Perjalanan dinas dari Kabupaten Simeulue ke Banda Aceh menjadi tantangan logistik tersendiri, melibatkan pelayaran laut belasan jam dan perjalanan darat melelahkan di tengah kondisi geografis Aceh yang berat.
Simeulue, kabupaten terluar di lepas pantai barat Aceh, hanya dapat diakses melalui jalur laut. Perjalanan dimulai dari pelabuhan utama Simeulue dengan Kapal ferry yang menempuh lautan selama 10 hingga 12 jam. Jika cuaca buruk, durasi pelayaran dapat mencapai 16 jam.
Setibanya di daratan Aceh, perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat menuju Banda Aceh. Beberapa pelabuhan transit antara lain Aceh Singkil, Labuhan Haji, Meulaboh, dan Calang, yang masing-masing memiliki tantangan tersendiri dari sisi waktu dan aksesibilitas.
“Perjalanan ini bukan hanya soal waktu, tapi juga ketahanan fisik dan logistik,” ujar Safardin, salah satu Staf Subbag TU Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue, yang rutin melakukan perjalanan dinas tersebut.
Ia menyampaikan pentingnya perencanaan matang sebelum keberangkatan, termasuk memperhatikan kondisi cuaca laut serta kesiapan transportasi darat.
Pemerintah Kabupaten Simeulue terus berupaya memperbaiki konektivitas dengan membenahi jadwal pelayaran dan infrastruktur pelabuhan. Namun, kondisi geografis dan cuaca ekstrem laut masih menjadi tantangan utama.
Meski demikian, aparatur sipil negara, dari Simeulue tetap menjalankan tugas, aktifitas dengan dedikasi tinggi, menjadikan perjalanan panjang ini sebagai bagian dari pengabdian di wilayah terluar Aceh.
Terakhir misalnya, Safardin baru tuntaskan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut di The Pade Hotel Aceh Besar, Rabu, 7-9 Mei 2025.