(Karang Baru|Sofyan) – “Hari ini saya mau menyampaikan sebuah kisah seorang Sahabat Rasullullah SAW yang menyesal di ujung sakaratul mautnya,” ujar Alharis Staf Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kantor Kemenag Kabupaten Aceh Tamiang pada Senin (3/4/2023) di Mushalla Al-Ikhwan Kantor tersebut usai Shalat Zuhur berjamaah.
Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Sya’ban adalah seorang sahabat Rasulullah yang tak pernah tertinggal Shalat berjamaah bersama Rasulullah walaupun rumahnya sangat jauh dari kota Madinah, hingga disuatu Subuh Rasullullah tidak mendapati Sya’ban, hingga Rasulullah menanyakan adakah yang tahu tentang Sya’ban atau tahu rumahnya di mana. Seorang Sahabat menjawab bahwa ia tahu dimana rumah Sya’ban tapi tidak tahu ada apa dengannya, sehingga Rasul dan beberapa sahabat memutuskan mengunjunginya.
Ringkas cerita setelah berjalan lebih kurang 3 jam Rasulullah sampai di rumah Sya’ban dan disambut oleh Istrinya dan ketia Rasulullah bertanya tentang Sya’ban, istrinya menjawab bahwa Sya’ban telah berpulang kerahmatullah sebelum Subuh, kemudian Istri Sya’ban menanyakan tentang ucapan Sya’ban di ujung sakaratul mautnya, “aduh kenapa tidak lebih jauh,” “aduh kenapa tidak yang baru,” “aduh kenapa tidak semuanya.”
Kemudian Rasulullah menjelaskan bahwa pada ucapannya yang pertama “aduh kenapa tidak lebih jauh,” saat sakaratul maut Sya’ban diperlihatkan balasan yang akan diterimanya dari perjuangannya menempuh perjalanan jauh menuju Masjid Nabawi, sehingga terucapnyalah “aduh kenapa tidak lebih jauh,” maksudnya semakin jauh semakin besar pula balasan yang akan didapatkannya.
Sedangkan pada ucapan kedua “aduh kenapa tidak yang baru,” Sya’ban melihat balasa paha Ketika ia menyedekahkan sebuah mantel tua kepada seorang yang sedang kedinginan, karena saat itu Sya’ban sedang memakai dua mantel sekaligus untuk menghindari debu dan memakai mantel tua dibagian luar, sehingga ia menyesal saat sakarutl maut, kenapa ia tidak menyedekahkan mantel yang baru, tentulah pahalanya akan lebih besar.
Adapun ucapan ketiga, “aduh kenapa tidak semuanya,” maksudnya saat itu Sya’ban melihat pahala yang akan diterimanya karena menyedekahkan separuh dari roti yang dibawanya untuk sarapan pagi kepada seorang pengemis, dalam hatinya berkata kalau semuanya tentulah pahalanya lebih besar lagi sehingga terucaplah kalimat “aduh kenapa tidak semuanya.”
Diakhir tausiahnya Alharis mengajak semua jamaah untuk memperbanyak sedekah dibulan Ramadhan ini, mumpung masih ada waktu dan juga mengajak semua jamaah untuk berkurban di hari raya kurban yang akan datang, “jangan sampai kita menyesal di ujung sakaratul maut, Sy’ban saja yang sudah beramal masih menyesal, bagaimana pula bagi yang tidak pernah beramal,” pungkasnya.