[Karang Baru | Muhammad Sofyan] Seorang da'i kondang asal Simpang Lhee Manyak Payed Aceh Tamiang, dengan baju koko warna biru muda bermotif pinto Aceh, di lehernya terselempang sehelai kain selempang bermotif kotak dan garis coklat, biru, merah dan hitam, masuki Aula Al-Ikhwan Kankemenag Tamiang. Diiringi beberapa orang di antaranya Salamina, MA, Kakankemenag Tamiang dan beberapa orang Kasi.
Ucapan salamnya menghentikan aktifitas seluruh orang-orang yang sejak tadi telah menunggu kedatangannya. Ruangan menjadi hening, setelah semua duduk di balik meja kayu yang diberi alas warna krem dipadu warna orange di depan forum, tanpa basa basi Novalita Fitri, MC kondang dari Kankemenag Tamiang langsung berdiri dan mengucapkan salam pertanda acara dimulai.
Sebelum Tausiyah yang akan disampaikan Tgk Abdul Wahid sang da'i kondang,terlebih dahulu Salamina menyampaikan sambutan. Antara lain menyampaikan agar penyuluh wajib mengetahui informasi penting terkini menyangkut Kementerian Agama dan perkembangan masyarakat terkini. “Penyuluh harus melakukan pengembangan kompetensi diri,” ujar salamina dalam arahannya.
Kehadiran Tgk. Wahid (sapaan akrabnya) hadir dalam rangka mengisi pengajian Perdana Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Tamiang. Dalam Tausiyahnya Tgk. Wahid memaparkan masalah Ibadah Haji secara panjang lebar dengan durasi 1 jam 27 menit 17 detik, antara lain menyinggung musibah yang dialami Jama'ah Haji di Makkah dan Mina. “Mati di Tanah Suci Makkah (saat Haji maupun Umrah) adalah tiket surga,” ujarnya.
Tgk. Wahid juga menyampaikan bahwa orang melaksanakan Haji ada yang dipanggil oleh Nabiullah Ibrahim AS (atas perintah Allah) adapula karena panggilan Iblis la'natullah `alaih. Orang yang berhaji karena panggilan Ibrahim sepulangnya dari Tanah Suci, akhlak dan ibadahnya semakin baik dan meningkat. Adapun orang yang berhaji karena panggilan Iblis sepulang dari Tanah Suci tidak ada perubahan dalam perilakunya (akhlaknya) maupun ibadahnya bahkan cenderung menurun.
Tgk. Wahid juga menyampaikan pentingnya Ilmu dalam beribadah termasuk saat melaksanakan Ibadah Haji, “Kalau kita ke tanah suci tanpa ilmu, maka saat ibadah kita akan kacau balau, karena di sana kita akan melihat berbagai ragam tingkah polah orang dalam beribadah,” ujarnya. [y]