[Banda Aceh | Halimsyah/Arbi] Kondisi Pesawat RI 001 yang dipajang di lapangan Blang Padang pada sudut bagian barat Kota Banda Aceh Kecamatan Baiturrahman adalah replika (tiruan). Dan sebenarnya ada tiga pesawat seulawah RI-001 replika yang dibuat. Satu lagi ditempatkan di Taman Mini Jakarta. Replika terakhir adanya di Museum Ranggon, Myanmar.
Pesawat RI 001 ini dibeli dari hasil sumbangan masyarakat Aceh ketika Pada tanggal 16 Juni 1984 di Hotel Kutaraja (Banda Aceh). Presiden Soekarno berhasil membangkitkan patriotisme rakyat Aceh. Melalui sebuah kepanitiaan yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji, berhasil dikumpulkan sumbangan dari rakyat Aceh setara dengan 20 kg emas.
Sampai akhir kunjungan Soekarno di Aceh pada 20 Juni 1948, total sumbangan yang untuk membeli pesawat terkumpul sekira 130 ribu dolar Malaya, disertai 20 kilogram emas.
Pesawat Dakota sumbangan dari rakyat Aceh itu kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah. Seulawah sendiri berarti “Gunung Emas”.
Pesawat Dakota Seulawah ini memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter, ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg.
Kendati sudah tak lagi mengudara, “spirit” Seulawah RI-001 berusaha tetap dijaga dengan didirikannya Monumen Pesawat Seulawah di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh pada 30 Juli 1984 yang diresmikan Panglima ABRI kala itu, Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani.
Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia, dan merupakan sejarah berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesia Airways.
Penulis Sejarah, Tgk AK Jakobi mencatatkan peristiwa itu dalam bukunya “Aceh Daerah Modal” (Yayasan Seulawah RI-001, 1992) Kondisi terkini nasib Peaswat RI 001 di lapangan Blang Padang Berdasarkan dari hasil pantauan penulis dilokasi sangat memperihatinkan setelah mengamati kondisi fisik situs yang bersejarah tersebut.
Ini terlihat adanya kerusakan pada badan pesawat seperti kaca jendela pecah, pintu rusak, warna cat sudh pudar dan adanya tempelan brouser serta coretan pada tugu mmonumen pesawat. Serta tingginya tanaman pohon yang ada disekeliling pesawat sehingga menghambat pandangan dari kejauhan, serta adanya sampah bekas minuman pengunjung berserakan di sekeliling monument.
Dan adanya penambahan pembangunan sarana olahraga disekitar daerah lokasi monument sehingga mengurangi keindahan pandangan pengunjung.
Di lokasi kami menemui seorang pengunjung pagi Rabu (26/8), Mas MIko (53 tahun), dari Aceh Tengah memberi komentar bahwa situasi keadaan pesawat ini sangat menyedihkan karena menurut beliau kurangnya pemeliharaan sehingga dikhawatirkan tidak terlestari sampai anak cucu kita.
Mas Miko dengan penuh harapan adanya petugas yang bertanggung jawab untuk kelestarian monument pesawat RI.001, dengan adanya petugas tersebut dapat memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung.
Harapan penulis, melihat kondisi reil di lapangan yang sangat menyedihkan berharap agar pemerintah dapat mengucurkan dana untuk pengawasan dan pemeliharan sehingga keberaadaan situs ersebut dapat dinikmati seluruh warga Indonesia khususnya masyarakat Aceh. [yyy]
[Penulis: Halimsyah, MA (Aceh Singkil) & Arbi, S.Sos.I (Aceh Tenggara), peserta ‘Pelatihan Jurnalistik’ Kementerian Agama Aceh, di Pavilium Seulawah Hotel (25-27 Agustus), yang digelar Subbag Inmas Kanwil. Ini salah satu reportasi dari materi praktek lapangan].