Lhoksukon (Masnur)---Tari Rapai Geleng adalah salah satu tari tradisional dalam masyarakat Aceh yang cukup popular di kalangan masyarakat Aceh. Sebagai sebuah karya seni dari masyarakat yang sangat dekat dan lekat dengan nilai-nilai keislaman, tari Rapai Geleng juga memiliki dimensi keterpengaruhan dengan nilai-nilai keislaman yang dianut oleh masyarakat.
Tarian Rapai Geleng berkembang pesat di seluruh sanggar di Aceh, karena fungsinya sebagai media dakwah Islam dan hiburan serta gerakannya pun sangat dinamis dan cepat. Tarian ini dalam media penyampaiannya menggunakan bahasa Aceh yang dilantunkan oleh seorang Cahi (vokalis) yang diikuti oleh penarinya. Gerakannya hampir sama dengan gerakan saman, namun alat dan bahasa yang digunakan sangat berbeda.
Tarian Rapai Geleng menggunakan alat rapai atau rebana yang dipadukan dengan gerakan yang unik sesuai irama rapai. Syair-syair yang dilantunkan mengiringi gerak tari, juga sarat dengan pesan-pesan yang diinspirasi dari nilai-nilai agama, dalam bentuk nasehat terkait aspek ketauhidan, ibadah, semangat untuk menuntut ilmu dan anjuran pada nilai-nilai kebaikan serta dapat dijadikan sebagai sarana dakwah melalui seni.
Tarian ini sering ditampilkan pada upacara perkawinan, sunatan dan pada acara-acara penyambutan tamu kehormatan. Tarian ini adalah wujud persembahan sebagai ungkapan rasa gembira, yang tidak pernah luput dari puji-pujian kepada Allah SWT.
Melihat sudut kesenian tradisional daerah dan ikut andil dalam pelestarian nilai-nilai sosial budaya di lingkungan madrasah, maka keluarga besar MTsS Seunuddon Kabupaten Aceh Utara membentuk Sanggar Rapai Geleng beberapa waktu lalu.
Hal itu diungkapkan Kepala MTsS Seunuddon, Muhammad Johan, M.Pd, Rabu (21/09) malam.
Kini pihak madrasah, kata Johan, sedang menggarap bidang seni lainnya, yaitu Hafizd Al-Qur’an. Selain itu, juga di bidang olahraga batminton (bulutangkis) dalam meningkatkan keterampilan peserta didik MTsS Seunuddon, dan sudah terlihat hasilnya.
“Kedepannya nanti, kami telah mengagendakan tarian ranup lampuan, belajar menulis puisi dan belajar listrik bagi siswa-siswi,” ujarnya.
“Melalui seni kita juga bisa kampanyekan bahaya narkoba, pornografi dan kecanduan bermain game internet, serta kampanye perlindungan anak dan perempuan dari kekerasan rumah tangga dan lingkungan sekitar,” terang Johan.
Dirinya sangat mengharapkan dukungan dan bimbingan, baik internal Kankemenag Aceh Utara maupun eksternal pihak lainnya. “Semoga gaung MTsS Seunuddon semakin berjaya,” ucap putra asli Seunuddon.
Sementara itu, guru pembina tarian rapai geleng, Diniah, S.Pd, SD saat dikonfirmasi berharap, anak-anak binaannya itu harus bermental kuat dan semangat tinggi, maka perlu sekali mereka memiliki mental yang kuat agar berani tampil di depan umum.
“Oleh karenanya, mereka kami tampilkan di daerah sendiri terlebih dahulu, seperti di SD Negeri 5 Seunuddon pada Rabu kemarin dalam sebuah acara yang ikut dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara beserta rombongan,” ujar Dini, yang juga guru di sekolah tersebut.
Dalam melatih mental siswa binaannya, pertama Dini mengajak untuk senantiasa mengingat Allah Swt, selalu memohon dan kembalilah pada-Nya ketika memiliki kesulitan atau tantangan hidup yang berat. Kedua : berfikir positif, bahwa setiap tantangan hidup atau cobaan selalu memiliki tujuan baik untuk diri kita masing-masing. Berfikir positif untuk melatih mental mampu menghadapi tantangan dengan berani, katanya.
Ia berharap agar sanggar rapai geleng ini lebih baik lagi ke depannya, lebih disegani dan lebih berkualitas lagi serta menghasilkan para pemuda yang kreatif dalam bidang seni, khususnya mempertahankan kesenian Aceh, pungkas Dini, yang juga pelatih dan pakar seni kabupaten Aceh Utara.