Idi|Jamaluddin|Setiap orang tentu ingin memiliki anak yang cerdas dan sholeh-sholehah. Cerdas artinya anak mempunyai daya nalar yang baik dan daya tangkap pengertian terhadap lingkungan, sementara anak sholeh artinya anak mempunyai perilaku yang mulia, berakhlak baik, berbudi luhur, dan lainnya. perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh perilaku orangtua, bahkan sejak dalam kandungan.
“Setiap pasangan suami istri beriman pasti merindukan anak sholeh. Untuk memiliki anak yang sholeh, pasangan suami istri wajib berusaha menjadi sholeh terlebih dahulu. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya. Untuk itu, semua ibu bapak harus menjadi teladan bagi anak-anaknya,” ujar Said Muhammad,S.Ag,M.Pd pada kegiatan arisan Dharma Wanita (DW) di aula Kankemenag Aceh Timur, Kamis (9/1).
Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren pada Kankemenag Aceh Timur itu mengajak para ibu-ibu DW Kankemenag agar senantiasa membaca Al-Quran sejak dalam kandungan. “Ibu dan bapak adalah guru pertama dan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-Qur’an adalah materi pendidikan utama yang harus diberikan sebelum lainnya. Jangan menunggu umur enam tahun, jangan menunggu umur empat tahun. Mulailah sedini mungkin. Mulailah segera. Mulailah sejak dalam kandungan,” ujar suami dari Nurhajarah,S.Pd itu.
Dalam tausiahnya Said Muhammad menyampaikan saran kepada para suami agar membaca surat Al-Mulk untuk anak dalam kandungan, dan bagi para ibu agar membaca surat Ar-Rahman dari ayat 1 s/d 4, kemudian meniupnya ke ubun-ubun si anak. “Dan ketika anaknya lahir disunatkan azan di telinga kanan dan kiri, mudah-mudahan menjadi anak yang soleh solehah,” imbuhnya.
Suatu hari Nabi Muhammad SAW mengunjungi salah seorang sahabatnya. Di rumah sahabatnya itu Nabi menyaksikan anak sang sahabat meloncat-loncat sambil menginjak bahu dan kepala bapaknya.
Lalu Nabi mencari tahu mengapa si anak bisa berperilaku seperti itu kepada sang sahabat. Kata Nabi, “Apakah ada sesuatu makanan yang keliru masuk ke perut istrimu saat sedang mengandung?” “Benar,” jawab sahabatnya. Ketika sang istri mengandung, ia memberi sebiji korma yang diambil dari sebuah kebun tanpa seizin pemiliknya. Nabi mengangguk-angguk ketika mendengar penuturan tersebut.
Cerita ini menjadi bukti bahwa mendidik anak sudah harus dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan. Selain makanan yang dimakan sang ibu haruslah halal dan berkah, didikan secara fisik juga perlu dilakukan. [y]