CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Mengais Rezeki di Masjid Raya

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 447
Kamis, 27 Agustus 2015
Featured Image

[Banda Aceh | Darmawan/Mahbub FC] Seorang nenek tua renta terlihat duduk beralaskan karton di depan pintu gerbang sebelah kiri masjid raya Baiturrahman. Mengenakan pakaian sederhana, dipadu kerudung warna merah jambu serta sarung kotak-kotak. Di sudut dinding tembok sebelah kanan nenek tua itu, tergantung tas kecil warna hitam yang bawahnya terdapat sebotol air mineral dan didepannya dia duduk, ada sebuah kaleng bekas cat.

“Nek, ini sedikit untuk nenek,” ujar kami sambil meletakkan selembar rupiah ke dalam kaleng di hadapan nenek tua yang bernama Hafsah (70 tahun).  Diapun nampak sumringah dan merasa senang menerimanya sambil mengucapkan terima kasih dengan bahasa Aceh yang kental serta bibirnya pun mengucapkan puji-pujian kepada Allah.Sejenak kamipun duduk di samping Nenek yang mengakunya berasal dari salah satu kecamatan di kabupaten Pidie. Dia datang dari Sigli satu minggu yang lalu. Bincang-bincang panjang lebar tanya jawab tentang alasan nenek tua itu menjadi pengemis di sekitaran Masjid Raya.

Kondisi ekonomi akibat hidup sebatang kara serta cacat fisik yang dideritanya menjadi alasan utama dia menjadi orang peminta-minta. Dari fisiknya pun kita bisa melihat bahwa Nek Hafsah yang sebatang kara itu indra penglihatannya kurang sempurna. Di samping juga kakinya payah berjalan sehingga tidak memungkinkan dia bisa bekerja selain menjadi seorang pengemis sesuai pengakuannya.Hal yang  sama terjadi pada seorang laki-laki sebut saja namanya Adam yang juga berasal dari Pidie.

Menuturkan kepada kami: “Saya sudah lama mencari nafkah di Banda Aceh, bahkan sejak tahun 2003 atau sebelum terjadi Tsunami saya dan keluarga sudah tinggal di Banda Aceh,” ujar laki-laki asal Pidie itu.Dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar, Yahwa juga menceritakan bahwa sebelum ke Banda Aceh, tahun 2001 dia pernah bermimpi, untuk melaksanakan shalat 5 (lima) waktu di masjid ini.

Kemudian mimpi tersebut dia tanyakan kepada seorang Teungku di kampungya mengenai kebenaran mimpi itu. “Kalau memang seperti itu mimpimu dalam tidur, maka kamu harus laksanakan, dan jangan disia-siakan karena perintah melaksanakan shalat itu hukumnya, wajib.” Demikian kata Yahwa menirukan ucapkan teungku. Bukan disuruh untuk mengemis datang ke Banda Aceh, tapi melaksanakan shalat 5 (lima) waktu di masjid ini,” pungkasnya.

Apalah daya tangan tak sampai, melihat kondisi saya seperti ini punya mata tapi tak sempurna melihat, punya kaki tak lancar berjalan, hanya mengharap belas kasih dari orang-orang yang datang ke sini.

Di Banda Aceh saya tinggal di Gampong Lampaseh bersama 1 (satu) orang anak, dan 1 (satu) orang istri serta 3 (tiga) orang anak yatim dari saudara. Penghasilan dari usaha pengemis (meminta-minta) ini sehari bisa dapat 30 ribu, kalau banyak pengunjung bisa mencapai 50 ribu rupiah perhari.

Jadi, hasil pengemis (meminta-minta) ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, biaya sekolah anak, dan sewa rumah. Cetusnya Dari dua orang pengemis yang kami temui langsung di antara beberapa orang pengemis yang ‘buka lapak’ di halaman mesjid raya itu, kiranya dapat dijadikan sampel tentang alasan atau latar belakang mereka menjadi pengemis serta hal-hal lain terkait dengan yang ditimbulkan dari merajalelanya pengemis di sekitaran masjid raya itu.

Seperti diungkapkan oleh Khadam Masjid bagian kebersihan, Zulaiha (21 tahun) yang beralamat di Peukan Bada; bahwa banyaknya pengemis di sekitaran masjid raya terkadang sangat mengganggu keindahan dan ketertiban masjid. Hal senada juga diungkapkan oleh petugas Sekuriti. Terutama sekali jika para pengemis itu menjadikan pintu gerbang masjid sebagai ‘singgasana’ dalam mengais rezeki dengan andalan tadahan tangannya.Bahkan terkadang juga masuk ke lokasi halaman dengan ‘menghadang’ jamaah atau tamu yang datang ke masjid tersebut.

“Kita terkadang serba salah. Satu sisi kita merasa sayang dan kasihan dengan kondisi orang susah. Tapi disisi lain kita juga harus menjaga ketertiban dan keasrian di mesjid ini,” ujar Suwardi salah seorang petugas Sekuriti dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Wilayatul Hisbah yang bertugas dari Pemrov menjaga lingkungan Mesjid Raya Baiturrahman.

Sementara itu tanggapan seorang pengunjung mengatakan, "Secara pribadi saya merasa tidak terganggu dengan keberadaan pengemis (meminta-minta) berada di lokasi masjid, toh mereka tidak mengganggu kita kok," ungkap seorang jamaah kepada kami dari Tim Reportase Kemenag.

Ia menambahkan, setiap sedekah yang hendak kita beri itu harus dilihat dulu siapa orangnya, kondisi fisiknya bagaimana, jangan-jangan salah kasih rupanya orang yang menerima itu kondisinya sehat, itu gak benar. Sebenarnya sudah ada pelarangan dari pemkot Banda Aceh mengenai pengemis (meminta-minta) berada di tempat umum, tapi sampai sekarang masih ada. Bagaimana sikap kita? [y]

[hasil praktek lapangan peserta Pelatihan Jurnalistik bagi Aparatur Kemenag se Aceh yang digelar Subbag Inmas Kanwil, di Pavilun Seulawah Banda Aceh, 25-27 Agustus]

 
Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh