[Karang Baru | Dahlan/Sofyan] Bila seseorang dikabarkan masuk Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau lebih dikenal dikalangan masyarakat awam dengan istilah Penjara, konotasinya adalah karena yang bersangkutan telah melakukan tindakan yang melawan hukum. Namun kini, istilah masuk LP (Penjara) haruslah dilihat dalam kontek apa seseorang tersebut masuk LP. Dalam hal tersebut ada lima orang dari Pihak Kankemenag yang akan masuk penjara setiap minggunya secara bergantian, bukan sebagai bukan sebagai pelaku tindakan melawan hukum melainnkan sebagai tenaga pengajar di Ponpes Al-Hikmah.
Belum lama ini, LP Aceh Tamiang membuat sebuah program pembelajaran bagi masyarakat Binaan dengan mendirikan satu lembaga seperti Pondok Pesantren dengan materi pembelajaran berkurikulum Pesantren (Fikih, Akhlak, Tasawuf, Tauhid, Tahsinul Kiraah, dan praktek ibadah) dan diberi nama Pestren Al-Hikmah. Untuk mengisi pembelajarannya, pihak LP selaku pengasuh meminta tenaga pengajar kepada MPU, Dinas Syari'at Islam, Kankemenag, Mahkamah Syar'iyah dan IKADI.
Dari Kankemenag Tamiang telah ditunjuk untuk itu sebanyak lima orang yang akan mengisi pengajian di Ponpes Al-Hikmah, Salamina (Kakankemenag), M. Siddiq (Penyuluh Fungsional), M. Dahlan (Ketua Kelompok Penyuluh/Pokjaluh), Ahmad Jalil (Pengawas), Zulfahmi (Staf KUA) dengan materi Akhlak dan Tasawuf.
Muhammad Dahlan (Ketua Pokjaluh) dalam kesempatannya baru-baru ini masuk penjara, memberikan materi Akhlak tentang Ikhlas. Pak Dahlan (demikian sapaan akrabnya) antara lain menyampaikan, “Secara bahasa ikhlas adalah suci, murni, bersih tidak tercampuran dengan kotoran/kemaksiatan. Secara istilah sesuatu amalan semata-mata karena Allah, bukan pengharapan kepada makhluk.”
“Betapa banyak orang berilmu dan mengajari ilmu tapi manfaat sia-sia di hari pembalasan karena tidak ihklas pengharapan dari manusia supaya dikatakan orang alim atau pintar. Betapa banyak orang beriman, shalat, sedekah dan ibadah lainnya karena hatinya masih penghargaan dari makhluk menjadi sirna amal ibadahnya.” Jelasnya lebih lanjut.
Pahdahlan juga menjelaskan, orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal memiliki ciri; Terlalu berharap kepada makhluk, sering merasa kecewa dalam hidupnya karena apa yang didapatnya tak sesuai dengan harapannya, selalu mengumbarkan amal kebaikannya, membeda-bedakan amal, tidak tulus, dan kurang rasa syukur.