Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah yang berlokasi di Gampong Matangkuli Aceh Utara mengadakan Rapat Senat Terbuka dalam rangka wisuda kedua Mahasantri di perguruan tinggi berbasis pesantren tersebut, Selasa, 24 September 2024.
Rapat Senat Terbuka yang berlangsung di Komplek Dayah Babussalam Al-Hanfiyyah ini dipimpin oleh Ketua Majelis Syuyukh, Waled H. Sirajuddin Hanafi yang juga Pimpinan Dayah Babussalam Al-Hanafiyyah yang membawahi sub Pendidikan Ma’had Aly Babussalam.
Selain itu, Rapat Senat Terbuka ini juga dihadiri para pimpinan Ma’had Aly Babussalam seperti Tgk. Dr. H. Teuku Zulkhairi, MA selaku Mudir (Direktur) dan para Wakil Mudir seperti Kyai Ahmad Rabhanuddin Murad, M.Pd, Tgk. Ibrahim dan Tgk. Marhaban Habibi.
Selain mahasantri dan orang tua, prosesi wisuda ini ikut juga dihadiri oleh sejumlah tamu undangan seperti Kepala Kementerian Agama Kabupaten Aceh Utara, Drs. Maiyusri, MA, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Dr. Munawar A. Djalil, MA, para alim ulama seperti Abi Zahrul dari Mudi Mesra Samalanga dan Abi Ismail Ishak, tokoh masyarakat dan tamu undangan lainnya dari sejumlah Ma’had Aly di Aceh. Selain itu, turut juga dihadiri Waled Landeng (Tgk. T. Zulfadli) anggota DPRA terpilih serta calon Wakil Bupati Aceh Utara Tarmizi Panyang.
Mudir Ma’had Aly Babussalam, Dr. H. Teuku Zulkhairi, MA dalam laporannya mengatakan, wisuda ini merupakan kali kedua diselenggarakan oleh Ma’had Aly Babussalam setelah mendapatkan izin operasional dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2019 lalu.
Ia juga mengatakan, pada wisuda kedua ini diikuti oleh sebanyak 67 Mahasantri yang telah menyelesaikan pendidikannya selama delapan semester dan telah selesai mengerjakan tugas akhir berupa penulisan risalah ilmiah/skripsi dan dengan demikian mereka berhak meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) sesuai dengan peraturan Kementerian Agama Republik Indonesia.
“Kitab kuning yang menjadi pegangan utama dalam kajian di Ma'had Aly serta menjadi rujukan utama dalam penulisan skripsi, merupakan bagian integral dari upaya menjaga tradisi keilmuan berbasis turats yang diwariskan oleh para ulama terdahulu. Tradisi keilmuan ini tidak hanya menjadi warisan intelektual, tetapi juga merupakan pondasi kokoh yang terus relevan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan umat Islam di era modern,“ ujar Tgk. Zulkhairi.
Tgk Zulkhairi melanjutkan, Dengan tetap berpegang pada kitab kuning, Ma'had Aly menjaga kesinambungan ilmu yang memiliki akar mendalam dalam sejarah Islam, sambil memastikan bahwa pemahaman yang lahir tetap kontekstual dan aplikatif.
Terlebih lagi, sambungnya lagi, dengan adanya jurusan Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly Babussalam, interaksi intensif dengan Alquran sebagai kitab suci semakin memperkaya keilmuan dan spiritualitas para santri. Proses pengkajian yang mendalam terhadap Alquran menjadikan Alquran tidak hanya sebagai sumber hukum, tetapi juga solusi untuk berbagai persoalan kehidupan. Pendekatan ini memperkuat posisi Ma'had Aly sebagai institusi yang tidak hanya melestarikan warisan keilmuan Islam, tetapi juga terus mengaktualisasikan ajaran Alquran dalam konteks kekinian.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar A. Djalil, MA dalam sambutannya antara lain menyampaikan pentingnya kaum terpelajar, khususnya mahasantri saat ini untuk fokus juga dalam agenda-agenda pembinaan akhlak. Sebab, problem utama yang kita hadapi saat ini adalah kerusakan akhlak yang mendera semua lapisan masyarakat Masyarakat. Dr. Munawar A. Djalil, MA dalam sambutannya ikut mengutup ungkapan hikmah yang berbunyi: ’Tegak bangsa karena budi, budi rusak bangsa binasa”.
Sampaikan Orasi Ilmiah, Dr. Rizwan Tawarkan Tiga Model Rumpun Keilmuan
Sementara itu, Abi Dr. Muhammad Rizwan H. Ali, MA yang menyampaikan orasi ilmiah dalam wisuda ini menyampaikan gagasan penting mengenai tiga model rumpun keilmuan yang berperan sebagai landasan epistemologis dalam pendidikan di Ma'had Aly dan Dayah secara keseluruhan.
Di hadapan para wisudawan, Dr. Rizwan yang merupakan Ketua PCNU Kota Lhokseumawe dan dosen Universitas Malikussaleh ini mengulas bagaimana tiga rumpun keilmuan ini tidak hanya mencakup tradisi intelektual pesantren, tetapi juga menawarkan kerangka berpikir modern yang relevan dengan perkembangan pendidikan Islam kontemporer. "Ma'had Aly dan Dayah memiliki kekayaan keilmuan yang berakar pada tradisi, namun mampu beradaptasi dengan pendekatan intelektual modern," ungkapnya.
Dr. Rizwan kemudian memaparkan rincian dari tiga model rumpun keilmuan tersebut. Pertama, rumpun keilmuan filosofis, yang terdiri dari ilmu-ilmu seperti Ushul Fiqh, Ushuluddin, dan Ulumul Qur'an. Menurutnya, ilmu-ilmu ini menjadi dasar pembentukan wawasan filosofis dan kerangka berpikir santri dalam memahami hukum-hukum dan prinsip-prinsip keagamaan.
Kedua, rumpun keilmuan metodologis, yang mencakup ilmu-ilmu alat seperti Ilmu Bayan, Mantiq, Nahwu, dan Sarat. Ilmu-ilmu alat ini, kata Dr. Rizwan, memberikan keterampilan analitis kepada para santri dalam menafsirkan teks-teks agama. "Meski menggunakan istilah tradisional, esensinya sama dengan pendekatan metodologis yang digunakan di berbagai perguruan tinggi," jelasnya.
Ketiga, rumpun keilmuan praktis, yang mencakup akhlak, tasawuf, fiqih, dan tauhid. Ilmu ini berperan dalam membentuk karakter serta aplikasi nyata dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dr. Rizwan menekankan pentingnya ilmu ini sebagai penopang amaliah yang membangun akhlak mulia.
Dalam orasinya, Dr. Rizwan juga menyoroti bagaimana tiga model keilmuan ini telah melatih para santri dengan cara berpikir modern, meskipun istilah yang digunakan masih berakar pada tradisi klasik. "Kita perlu melihat bahwa para santri sudah dibekali dengan pola pikir yang sistematis dan metodologis, yang sejatinya merupakan bagian dari pendekatan modern dalam pendidikan Islam," tambahnya.
Sebagai penutup, Dr. Rizwan mengajak para intelektual dan alumni Ma'had Aly untuk memperkuat dan mengembangkan klasifikasi tiga rumpun keilmuan ini. Langkah ini, menurutnya, akan memperkuat posisi Ma'had Aly dalam kancah pendidikan nasional serta meningkatkan kontribusinya dalam membentuk generasi intelektual Muslim yang berkualitas. Wisuda ini, katanya, adalah bukti nyata bahwa Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah mampu melahirkan lulusan-lulusan yang berdaya saing tinggi dan siap menghadapi tantangan zaman.
Acara wisuda ini tidak hanya menjadi momentum bagi para wisudawan, tetapi juga menandai komitmen Ma'had Aly dalam menjaga tradisi keilmuan sambil terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Para hadirin yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, para ulama, dan akademisi turut memberikan apresiasi atas orasi ilmiah yang disampaikan Dr. Rizwan, yang dinilai relevan dengan konteks pendidikan Islam masa kini.
Dalam wisuda ini juga diumumkan tiga mahasantri yang berhasil meraih penghargaan sebagai wisudawan terbaik yang berhasil meraih nilai Mumtaz (Cumlaude), yaitu Tgk Nurul Fathani, Tgk. Faizatul Munawwarah dan Tgk Cut Dinatul Hayati. Wisuda ini menjadi momentum bagi Ma'had Aly Babussalam untuk terus berkomitmen melahirkan generasi intelektual Muslim yang siap menghadapi tantangan zaman.[]