Banda Aceh (Yakub) --- Macam-macam model, gaya, dan bahasapejabat yang lepaskan jemaahnya. Hanya Kloter 1 untuk jemaah asal pantai barat-selatan(Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Nagan Raya)yang dilepaskan Gubernur drh H Irwandi Yusuf MSc dan Wagub Ir H Nova Iriansyah MT dan dihadiri Forkopimda, Rabu (16/8) lalu.
Sedangkan kloter selanjutnya, dilepasBupati/Walikota setempat. Tergantung jemaah terbanyak dalam kelompok terbang itu. Kakanwil mengundang pejabat yang melepaskan, dan para undangan derah asal jemaahnya. Penggunaan bahasa campuran, dua bahasa, memang lazim saja, agar sambutan tidak sia-sia.
Misalnya pelepasan jemaah Kloter 10 pada Jumat (25/8) sore, rupanyamenyimpan kenangan tersendiri, bagi panitia dan jemaah, yang saksikan upacaradi aula utama (Aula Jeddah) ini. Diantara kenangan itu, selain peci Abu Syik (sapaan Bupati Pidie, Roni Ahmad) yangmerah cerah, tentu saja penggunaan dua bahasa dalam sambutannya.
Pertama, memang Abu Syik membaca konsep sambutanpelepasan, dalam Bahasa Indonesia. Sebelum penutup, Abu Syik mengingatkan padajemaahnya, dan beberapa harapan mulia, selama di Tanah Suci, dalam bahasa Aceh. Semua jemaahKloter 10 memang dari Pidie, yang melengkapi sebagian jemaah lain, dalam Kloter 9, yang telah tiba.
Sebelum Abu Syik, pelepasan Kloter 9 oleh Bupati PidieJaya H Aiyub Abbas, juga hampir sama dengan sambutan pelepasan Kloter 10.Meskipun dalam Kloter 9 ada campuran dari Simeulue (selain dari jemaah Kota Sabang,Pidie, dan Banda Aceh), yang tentu bahasanya ada yang berbeda, tapi Aiyub akuimemang perlu berbahasa Aceh. Sebab, lanjutnya di sela sambutan, Kamis malam (24/8),jika ia cuma berbahasa Indonesia pun, kuatir lari arahnya ke sana ke mari (ditajo sigo saho).
Jadilah dua bupati ini, sampaikan sambutan bercampur,pertama berbahasa Indonesia seseuai konsep, lalu dilengkapi sesuai kebutuhannya,dalam bahasa daerah (basa Aceh). Menarik juga kefasihan talbiyah dari Aiyub,yang diulangi hingga tiga kali, sebelum menutup sambutannya.
Sebelum Aiyub, Kloter 8 asal semua jemaah dari AcehUtara, dilepaskan Wabup Fauzi Yusuf. Ini juga punya kenangan sendiri bagijemaah sekampungnya. Apalagi saat menuntun talbiyah di ujung sambutan, Rabumalam (23/8) lalu, mungkin dari teks huruf Latin.
Sebelum Fauzi, Kloter 7 dilepaskan Wabup, dengan sambutan tanpasemua perlu membaca naskahnya. Dr H Muzakkar A Gani SH MSi, Selasa (22/8)malam itu, bebas dan santai saja sampaikan pidato pelepasan untuk jemaah Bireuen dan duatetangganya.
Lain lagi halnya, dengan pelepasan Kloter 6 asal AcehTengah, Banda Aceh, dan Aceh Besar bersama Bupati Drs H Nasaruddin MM, Senin sore(20/8). Bupati Nasaruddin semuanya gunakan bahasa Indonesia, seperti teks di podium,meskipun dia fasih berbahasa Gayo bagi jemaahnya, walaupun ia bisa lepaskan teks.
Akan halnya, Ahad sore (19/8), pelepasan Kloter 5untuk jemaah Aceh Barat, Aceh Besar, dan Banda Aceh, Dr (Hc) T Alaiddinsyah jugagunakan bahasa Indonesia relatif fasih. Sama dengan pelepasan Kloter 4, asal BandaAceh. Bersama Walikota H Aminullah Usman SEAk MM, ia lepaskan jemaah kota denganbahasa Indonesia, Sabtu (19/8) sore.
Sambutan berbahasa Aceh sebagian, dan sebagianlain dengan bahasa Indonesia, juga disampaikan pejabat, saat lepaskan semua jemaah AcehBesar. Wabup Waled Husaini (Tgk H Husaini A Wahab), lepaskan Kloter 3, Kamismalam (17/8). Dan sebelum itu, Rabu malam Toke Seum (Walikota Langsa, H Usman Abdullah SE) juga sama saat lepaskanKloter 2 asal Kota Langsa, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Selatan, danBanda Aceh.
Jumat malam, tinggal Kloter 11 asal Aceh Tamiang, AcehTimur, Gayo Lues, dan Kota Langsa, yang pelepasannya dilakukan Bupati AcehTimur H Hasballah HM Thaib. Biasa ini pun akan ada kenangan lain, bagi jemaahdan panitia, terutama protokolernya.[SY]