[Meulaboh │ Muhammad Sofyan] Usai Shalat Jumat (26/2) di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh Aceh Barat, rombongan Kontributor Tamiang beserta peserta Rakor RKA-SK dari Tamiang bersantai sejenak di sebuah warung kopi di pinggir sungai ujung jembatan Suak Ribee. Menurut beberapa rekan bahwa kopi di ujung titi tersebut memiliki cta rasa yang khas disamping juga memiliki keunikan nama dan cara menikmatinya.
Kami mendapat pengalaman baru saat menikmati Kopi tersebut. Kopinya disajikan dalam gelas yang terbalik dan meminumnya menggunakan pipet sedangkan gelasnya tidak boleh diangkat karena bila diangkat maka kopi akan tumpah. Untuk menarik pipet yang diselipkan dibawah gelas juga harus hati-hati. Setelah pipet ditarik kemudian diletakkan di sudut bawah gelas yang bertumpu pada piring lalu ditiup maka kopi akan keluar sedikit lalu disedot menggunakan pipet. Bila ingin berbincang-bincang dengan rekan maka pipetnya harus diselipkan kembali kebawah gelas dengan hati-hati pula agartidak terbang tertiup angin. Begitulah seterusnya diulang-ulang sampai kopi habis diminum.
Keunikan dari kopi di warung tersebut adalah nama kopinya, ada Kopi Nen yang disajikan dengan gelas yang pendek, ada pula Kopi Nen Tower yang disajikan dengan gelas yang tinggi/panjang. Menurut salah seorang teman Kopi tersebut di namakan Kopi Nen karenan dicampur susu, Kopi + Susu = Kopi Susu, Susu dianalogiskan dengan Nen (ASI) maka Kopi Susu dianalogiskan dengan Kopi Nen, kalau gelasnya tinggi maka disebut Kopi Nen Tower.
Ada pula yang menganalogiskannya dari cara menikmatinya, karena cara menikmati kopi tersebut dibuka pelan-pelan, ditiup pelan-pelan dan dihisap pelan-pelan, persis seperti bayi menikmati ASI (nen), kalau salah caranya bisa berabe, maka kopi yang disajikan dengan gelas yang terbalik dan dihisap pakai pipet itu disebut KOPI NEN. Wallahu a`lam hanya pemberinamanya yang pertama yang mengetahui Analogisnya.