Di sela-sela rangkaian Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Nasional, kontingen Aceh kunjungi dan meneliti Istana dan Museum Sultan Iskandar M Djabir Sjah, Kompleks Kedaton Kesultanan Ternate, Kamis, 5 September 2024.
"Ini bagian dari misi kontingen Aceh selama di Ternate, sebagaimana pesan Bapak Sekjen Kemenag RI saat pembukaan KSM Senin lalu, bahwa 'belajar itu harus, juara itu bonus'," ujar Kabid Penmad H Zulkifli SAg MPd, penanggungjawab kontingen Serambi Mekkah.
Di dalam museum samping istana atas bukit, dekat Lapangan Ngaro Lamo tempat pembukaan KSM, peserta mewawancarai pengelola dan mendapatkan pendidikan sejarah kesultanan dan riwayat benda purbakalanya.
Siswa dan pendamping mendapatkan jawaban dari pengelola atau dapat dibaca sendiri di tiap bingkai situs museum memorial Kedaton Sultan Ternate ini.
Di sini ternyata banyak koleksi mulai dari benda geologi, arkeologi, etnografi, sejarah, numismatik/heraldik, filologi, teknologi, seni rupa, hingga keramik. Untuk masuk ke tempat ini pengunjung tidak dipungut biaya.
Peserta mengabadikan tiap sudut dan momen, juga kereta kencana.
dalam kedaton Anda dapat melihat benda-benda peninggalan milik kesultanan yang khas serta bernilai sejarah seperti mahkota dan Al-Quran tulisan tangan yang tertua di Indonesia serta berbagai peralatan perang.
Kontingen Aceh mengamati bagaimana mahkota sultan dengan sejumlah perhiasan batu permata, emas, perak, intan, berlian mira, zamrud akik dan shafir. Masyarakat adat Ternate menyebut mahkota dalam bahasa daerah stampa. Di depan istana terhampar lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang biasanya dipergunakan untuk prosesi upacara adat.
Di antara koleksi berbagai peninggalan bangsa Eropa, museum ini juga memiliki sebuah mahkota yang unik dan sakral yang tidak dimiliki istana lainnya di Indonesia, bahkan di dunia.
Peserta seakan terpesona menyimak dan sasikan kisah mahkona ini.
Alkisah mahkota ini memiliki rambut yang dapat tumbuh layaknya manusia sehingga menjadi satu kewajiban untuk melakukan upacara ritual istampa atau pemotongan rambut mahkota setiap satu tahun sekali setiap hari raya Idul Adha. Mahkota ini diperkirakan telah berumur 500 tahun sejak sultan yang pertama berkuasa.
Di Jalan Ahmad Yani Soa-Sio ini, ada dua istana, pertama adalah istana yang juga terkenal sebagai Kedaton Tidore. Sesuai dengan namanya, istana ini merupakan peninggalan dari Kesultanan Tidore yang sempat memiliki kekuasaan yang cukup diperhitungkan di daerah Maluku.
Istana ini dibangun sekitar tahun 1810 atas inisiasi dari Sultan Tidore ke-28 yang bernama Muhammad Tahir Muijuddin. Ada pula yang menyebutkan kalau kedaton ini didirikan pada 1812.
Bangunan yang memiliki pemandangan ke laut lepas ini sendiri dirancang oleh sang sultan yang sebelumnya memang memiliki keahlian sebagai arsitek sekaligus seniman.
Proses pembangunannya juga melibatkan warga sekitar dengan material khas yang ada di tanah Tidore.
Pada tahun 1912, ada sebuah konflik internal kerajaan yang membuat bangunan kedaton hancur. Sekarang, bangunan dengan status cagar budaya sudah direstorasi sesuai dengan bentuk aslinya dan bisa dikunjungi oleh masyarakat umum.
Ada juga kedaton Kesultanan Ternate. Lokasinya ada di Salero, Kecamatan Ternate Utara. Pembangunan kedaton ini dimulai pada tahun 1813 oleh Sultan Muhammad Ali. Sama seperti kedaton dari Kesultanan Tidore sebelumnya, Kedaton Ternate ini juga memiliki pemandangan ke laut lepas.
Selain itu, posisi kedaton ini membelakangi Gunung Gamalama membuatnya memiliki pemandangan yang menakjubkan. Siluet bangunan ini seakan menggambarkan singa yang sedang duduk.
Kini, Kedaton Ternate masih digunakan sebagai tempat tinggal dari keluarga keturunan dari Kesultanan Ternate. Selain itu tempat ini juga berfungsi sebagai museum yang menyimpan peninggalan kesultanan tersebut.
Selain dari kelima daftar tersebut, masih ada lagi berbagai istana peninggalan kerajaan zaman dulu yang kini masih berdiri maupun sudah hanya tinggal jejaknya saja di Sulawesi.
Selain sebagai sebuah peninggalan sejarah, istana-istana tersebut juga bisa Anda kunjungi sebagai tujuan wisata maupun dengan tujuan edukasi dengan napak tilas sejarah nusantara yang dulunya terpecah di setiap wilayahnya dan kini menjadi satu kesatuan.[]