Banda Aceh-KemenagNews (8/8/2013) Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Provinsi Aceh, Prof Dr Tgk H Warul Walidin Ak MA menjadi khatib Shalat Idul Fitri pada 1 Syawal 1434 H (8/8), di Lapangan Blang Padang. Shalat berlangsun khitmad dan tertib, sebagaimana juga di sekitar lapangan itu, dan wilayah lain di Banda Aceh dan luar ibukota.“Bagi Aceh, ada tiga momen bersejarah dikaitkan dengan Idul Fitri 1434 H. Pertama, pada 15 Agustus, kita memperingati MoU Helsinki, untuk perdamaian Aceh. Kedua, pada 17 Agustus, rakyat Aceh bersama rakyat Indonesia peringati HUT Kemerdekaan RI. Dan ketiga, pada 2 September, Aceh peringati Hardikda, yang Aceh saja memiliki Hari Pendidikan Daerahnya. Memang Aceh selalu jadi model,†jelas Prof Dr Warul, yang lama jadi Katua MPD Aceh, dalam shalat di tengah angin lumayan kencang, di hadapan ribuan jamaah, yang juga ada Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Prof Dr Azman Ismail, Dewan Imam, Muazzin, Qari, lainnya. Lalu Prof Dr Warul banyak menguraikan analogi kereta api dengan manusia, soal kelambatan dan kecepatannya, juga soal suaranya. Pun demikian, sejelek-jelek suara geulitan apui, masih terdengar lima kilometer ke depan. Artinya, visi hidup dan kehidupan kita meski jauh ke depan. Soal lokomotof yang dirancang untuk jalan datar, untuk Bireueng dan Langsa, dan lokomotif buat jalan menanjak seperti untuk menaiki Seulawah, Tgk Warul Walidin di hadapan jamaah sekalian, yang juga hadir unsur Muspida (Forkompimda) Aceh, unsur SKPA, termasuk Kakanwil Kemenag Aceh dan jajarannya, di shaf depan, kembali tamsilkan dengan pendidikan yang mesti menggerakkan lokomotif diri dan masyarakat.Prof Warul yang juga pernah jadi Rektor Unaya Aceh Besar, gambarkan suara kereta api, ada yang “‘iet choh ‘iet choh†(pendek, tak jauh-jauh), ada suara kereta yang memakai bara itu, “duiit-duiit-duiiit†(uang-uang), yang menggambarkan, bahwa jika dalam kepala kita hanya uang-uang, maka sama saja kepala manusia dengan lokomotof kereta api. Warul selanjutnya uraikan rongga di dalam tubuh kita (hati, otak, dan perut), yang mesti kita isi secara wajar. Dan Al-Quran menuntun untuk keserasian itu.Dalam bagian lain khutbahnya, Khatib Warul yang juga Guru Besar PPS IAIN Ar-Raniry, menyerukan pentingnya pendidikan demi tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik. Sebab menurutnya, pendidikan yang layak menghasilkan manusia-manusia terampil yang mampu mengelola sumber daya demi terciptanya kualitas dan kemakmuran hidup. Khatib juga mengajak agar seluruh jamaah untuk terus mengkaji ilmu pendidikan hingga akhir hayat. Demikian paparan seusai shalat yang diimami Ustadz H Munawir Darwis, salah menjadi Imam Masjid Raya Baiturrahman, itu terasa singkat dibandingkan dengan masjid di sekitar Blang Padang. Shalat dimulai tepat pukul 07.45. Shalat Ied ini berlangsung hingga pukul 08:40 WIB.Seperti tahun-tahun sebelumnya, salat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H di Banda Aceh dipusatkan di lapangan Blang Padang. Jika hujan maka dialihkan ke Masjid Raya. Namun hingga pagi terasa aman dan terkendali, meski angin menerbangkan sebagian sajadah dan ‘sajadah koran’ jamaah. Saat Shalat Macet, Usai Shalat Sepi Kamis (8/8), ribuan warga Banda Aceh memadati lapangan Desah Arafah (nama Blang Padang), yang berada di pusat kota tersebut. Lapangan yang sering menjadi pusat aktivitas warga itu pun layaknya menjadi lautan manusia. Sebelum salat dimulai warga telah memenuhi shaf-shaf yang telah disiapakan. Jalanan menuju ke lapangan pun macet total dimulai dari ruas jalan di kawasan Masjid Raya Baiturrahman menuju ke Blang Padang.Kemacetan juga tampak di kawasan Taman Sari dan Museum Tsunami Aceh. Bahkan parkiran kendaraan hingga ke badan jalan. Setelah shalat, lain sekali kondisi kota, yang mungkin ‘menggoda’ warga perantau untuk pulang kampung saja, sepi! Suasana Kota Banda Aceh tampak sepi di pagi lebaran ini, dan biasa hari kedua saja agak ramai dengan anak-anak. Lalulintas pun, usai shalat hingga sore tampak lengang, berbeda ketika malam takbiran berlangsung semalam yang dipenuhi ribuan warga kota.Pusat perbelanjaan dan pertokoan tampak tutup. Masyarakat berbondong-bondong memenuhi masjid guna melaksanakan salat Ied. Suara takbiran pun bertalu-talu di penjuru kota. Setelah itu seakan senyap, yang memang Banda Aceh banyak ditinggalkan pemudik.‘Kesepian’ tampak bahkan saat shalat Ied usai. Di seputaran jalan Teungku Chik Ditiro, Peuniti, Jalan Tgk Daud Beureueh, pusat pertokoan di Peunayong, yang biasanya ramai, tampak sepi. Hampir seluruh pertokoan meniadakan traksanski di hari lebaran pertama ini. Keadaan serupa juga tampak di persimpangan Surabaya hingga persimpangan Jambotape. Persimpangan Jam Taman Sari hingga Simpang Tiga Lamteumen. [yakub][foto: shala ied di blang padang (8/8) dengan latar museum tsunami (foto: yakub yang mudik ke meureudu, jumat esoknya)]
Tentang Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota. Alamat Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242