CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Kenangan Surat As-Sajadah Bersama Almarhum DR Lukman

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 857
Sabtu, 8 Desember 2012
Featured Image
Banda Aceh-KemenagNews(8/12/2012) Untuk selama-lamanya, kaum muslimin, baik warga kota yang malas shalat, maupun jamaah yang rajin shalat bersama, terutama di Masjid Raya Baiturrahman, tidak akan mendengar lagi lantunan Kalam Ilahi dari lisan yang fasih, milik DR Lukman. Juga tak ada lagi ceramah tafsirnya, baik usai shubuh (biasa juga sebagai penceramah pengganti), maupun kuliah tafsir di kampus dan di majelis lainnya.Sejak almarhum DR Lukmanul Hakim MAg (seorang imam rawatib Masjid Raya Baiturrahman) itu sakit dan pingsan, saat sedang menunaikan MTQ Nasional I Korpri di Makassar (Sabtu, 24/11), sebagai utusan Aceh, hingga meninggal dunia (Selasa, 4/12), jadwal imam rawatib bersama Ustadz Lukman sudah diganti oleh para imam lain. Kini jadwal shubuh Jumat misalnya diganti oleh Ustadz Salman al-Hafiz dan Ustadz Jamhuri Ramli al-Hafiz. Namun di kala fajar nan dingin, tetap para imam itu, seusai surat Al-Fatihah, membawa surat yang sama, surat As-Sajadah, untuk dua rakaat shubuh, satu shalat yang paling berat bagi sang munafiq itu.Saat imam shubuh pagi Jumat diimami Ustadz Lukman al-Hafiz, almarhum selalu membawa surat As-Sajadah, hingga tuntas. As-Sajadah, surah ke 32 dalam Al-Quran, berisi 30 ayat, yang Rasululullah menerangkan keutamaan pembaca surat Makkiyah (surat As-Sajadah) itu, dengan fadhilah akan dapat keimanan yang kuat dan curahan ilmu yaqin, serta meraih pahala bagaikan pahala orang yang ibadah pada laylatul qadar. Jika dilanjutkan dengan surat Tabarak (Al-Mulk), Allah mencatatkan 70 kebaikan, mencabut 70 keburukan, dan menambah 70 derajat. Masya Allah.Saat DR Lukman atau imam lain membaca surat As-Sajadah di shubuh Jumat, kita terkesan dengan suara syahdu dan merdu, bahkan kadang terisak, sekaligus diajarkan potret bagaimana shalat sebagian saudara kita. Apalagi saat ramai pendatang ke Banda Aceh, misalnya saat mengantar jamaah haji, atau momen lainnya.Manakala imam memulai ayat pertama (Alif laam miim), hingga ayat ke 15 (Innamaa yu’minuu bi aayaatinal ladziinaa…) lalu sujud --sujud tilawah karena itu ayat sajadah, maka akan ada beberapa macam ‘ulah’ jamaah di shaf belakang. Padahal imam dan para jamaah yang akrab dengan sujud tilawah, sujud cuma sekali, lalu berdiri lagi, melanjutkan rakaat pertama, dan imam menyambung ayat ke 16 (Tatajaafaa junuubuhum…) hingga ayat ke 22 (Waman azlamu mimman zukkira…) baru ruku’ dan i’tidal, sujud, duduk, sujud, dan berdiri, yang itu masih rangkaian rakaat pertama.Ada sebagian jamaah yang keliru menilai (saat imam sujud tilawah), lalu dia tak sujud ,tapi ruku’, i’tidal, lalu sujud dua kali, dan bangun untuk rakaat kedua. Nyaris saja terdengar bacaan subhanallaah (mengingatkan imam ‘keliru’). Ada sebagiannya, sujud dua kali (saat imam sujud tilawah sekali), tanpa ruku', lalu bangun juga dia untuk rakaat kedua. Ada mengira sudah dua rakaat (setelah imam berdiri dari sujud tilawah), padahal lanjutkan rakaat pertama. Hingga ada yang melanjutkan shubuh secara mufrad (sendirian) di tengah shaf yang lagi berdiri (jadi terputus barisan jadinya), tapi tetap shubuhnya dua rakaat.Ada yang salam besamaan dengan imam, padahal ia sudah tiga rakaat (saat rakaat kedua imam, dia sedang rakaat ketiga). Hingga sama-sama berdoa, shalawat, dan dengarkan Drs Tgk H A Karim Syekh MA berceramah tauhid-akhlaq pada shubuh Jumat, yang dipersilahkan (biasa) oleh Ustadz Mukzi Abdullah. Yang masbuq (terlambat) lain lagi kisahnya, akan ada shubuhnya sampai tiga rakaat. Maka, bagi kita yang khusyu’ pun, jika ada yang ganjil di samping kita kayak begini, jika sudah keseringan, akan memancing perhatian juga berbagi cerita.Ini pelajaran bagi kita, pertama, betapa pemahaman soal sujud tilawah yang sunnah itu saja, kita masih awam (seperti awam dan enggannya saudara kita, juga sopir, untuk shalat jamak dan qashar yang ada sunnah, tapi lebih memilih ‘qadha’ dan lewatkan shalat dengan entengnya). Aneh lagi, jika sempat diceritakan ke kampung, bahwa ‘aneh sekali’ shalat shubuh di Masjid Raya (sujud tanpa ruku’), padahal dia yang bercerita yang ‘aneh’. Belum lagi misalnya, dia lihat shalat di Masjid Taqwa Muhammadiyah, maka Imam Syuja’ (imam magrib atau isya) misalnya, biasa membaca surat Al-‘Alaq, surat ke 96 (dari ayat pertama, Iqra’ bismi rabbikalladzii… hingga ujung ayat ke 19, …wasjud waqtarib), lalu sujud sekali (sujud tilawah sebab ini ayat sajadah), lalu berdiri, lalu terus ruku’ dan i’tidal, tentu ‘lebih aneh’ bagi siapa pun yang tak mau paham soal ini.Kedua, kapergiaan Ustadz Lukman yang muda (lebih muda dari saya), mencemeti kita, yang membelakangi azan dan menyahuti azan, betapa kesementaraan di dunia ini, bahwa mata Izrail, senatiasa mengintai kita, mari kita kian sadar. Syukran, ‘afwan, wassalam. [muhammad yakub yahya, direktur tpq plus baiturrahman]
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh