[Banda Aceh| Yakub/Imamuddin] Kematian itu menggunakan sistem ‘cabut’, bukan sitem ‘urut’. Artinya, jika kelahiran itu berurut (kakek dulu, baru ayah, lalu anak, dan seterusnya cucu), maka kematian itu datang bagi siapa yang sudah ajal, bisa duluan anak baru kemudian giliran bapak.
Pesan ini selalu penting kita ingat, sebab mungkin sebagian orang berpikir kematian itu seperti urutan sebuah keluarga, padahal hakikatnya kematian itu menggunakan sistem ‘cabut’, sehingga kita selalu awas dan siapkan diri! Jadikan kematian sebagai mitra kehidupan.
Demikian penggalan isi nasehat yang disampaikan Kabid Urais Binsyar Drs H Hamdan MA, di hadapan jamaah ta’ziah, dari jajaran Kanwil Kemenag Aceh di kediaman Safriani SE, di Gampong Laksana, Kuta Alam Banda Aceh. Almarhum Muhammad Hasan ialah ayahanda dari Safriani, yang beralamat di Jalan Sahabat (barat Masjid Al-Huda), yang meninggal dunia beberapa hari lalu.
Tausiah disampaikan Kabid, seusai bacaan do’a yang dipandu oleh Kasi di Bidang PHU Kanwil Ustadz Drs H Mukzi Abdullah, yang juga muazzin/qari di Masjid Raya Baiturrahman. Dan dari ahlul bait, Ustadz A Manaf (salah satu Imam di Masjid Raya), sampaikan sambutannya.
Saat bacaan doa usai, ahlul bait langsung mempersilahkan hadirin dari para Kabid dan jajarannya untuk menikmati hidangan yang tersedia di kediaman karyawati yang mengabdi di Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil itu. Setelah siap semuanya, sebagian karyawan Kanwil Kemenag Aceh, pergi untuk memenuhi undangan maulid di salah satu madrasah yaitu di MIN Rukoh, Syiah Kuala. MC acara dipandu oleh Al-Ghazali MA, dari Bidang Penaiszawa Kanwil…
Innaalillaahi wa innaa ilayhi raa’jiuun. Allaahummaghfirlahaa warhamhaa….
[Yakub ialah ASN di Subbag Inmas; Imamuddin ialah mahasiswa magang dari Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Ar-Raniry]