[Banda Aceh | Yakub] Usai zhuhur, memang sebagian kita, tergoda untuk istirahat. Apalagi kalau belum ada agenda yang urgens dan mendesak, jeda sejenak itu pilihan.
Habis makan siang, apalagi hujan saat ini, memang sebagian kita tergerak untuk tidur, di mana yang memungkinkan.
Mungkin tidur beneran atau 'tidur ayam' di kursi kerja, bangku panjang, ruang tunggu, mushalla, ruang kosong, mobil, atau pulang ke rumah.
Kata medis, sejenak istirahat siang, memang dibutuhkan, dan baik adanya. Rehat itu, bisa bikin sel dan organ, rehat dan refresh sejenak.
Namun bukan seperti 'istirahat siang', kebiasaan sebagian kita, hingga berjam-jam, lupa jam kerja dan kewajiban selaku abdi negara, warga negara, kepala rumah tangga, dan hamba Allah.
Pilihan istirahat siang ala orang Jepang, di kursi kerja, juga menguntungkan. Orang 'matahari terbit' itu, memang sang pekerja keras.
Ujar ulama, untuk sanggup bangun ibadah malam, salah satu kiat, memang dengan 'rehat siang', sejenak.
Namun itu bukan persyaratan utama, karena hamba yang 'bangun malam' pun, bisa saja dia yang 'bekerja keras' di siang hari, dia yang sibuk seharian.
Orang 'alim juga bilang, jika tidur atau peurubah rueng (istilah lain 'tidur'), sampai alpa dan telat 'ashar, juga tidak mulia.
Apalagi tidur siang, yang bangunnya hingga jelang maghrib, gara-gara nonton bola dan bergadang, mungkin ikuti agenda duniawi, hingga larut malam semalam.
Menurut Kepala Subbag Perencanaan dan Keuangan Kanwil Kemenag Aceh H Saifuddin SE, budaya tidur siang memang 'warisan' Belanda, dulu.
"Rakyat kita disuruh tidur siang, sementara mereka angkut lada," ulang Saifuddin, alias Yah Wa, di sela-sela materi regulasi Perencanaan dan Keuangan, bagi peserta Workshop Perundang-Undangan seputar Tugas dan Fungsi Kemenag Aceh.
Warisan penjajah masih terngiang: 'tidur siang bikin sehat; makan ikan cacingan, tak usah sarapan pagi'. Sementara mereka siang kerja dan 'angkut lada'; doyan ikan; dan wajib sarapan.
Lanjut Yah Wa, jika ada paket acara jadwal siang, dan peserta sedikit (separuh peserta ada di ruangan, dan selebihnya masih 'istirahat' di kamar dingin), maka ia beri 'solusi', "Kita buat acara malam saja, siang tidur-tiduran saja!"
Solusi itu beralasan, karena sebagian kita sekarang siang tidur (seharusnya bekerja), dan malam hingga larut begadang (yang seharusnya istirahat).
Yah Wa sampaikan materi tentang 'keuangan', saat jamaah Kloter 8 mendarat di Blang Bintang, siang Selasa lalu (27/9), dan akhiri diskusi, saat jamaah sudah di asrama, asarnya.
Dalam sesi dialog Kasubbag Perencanaan dan Keuangan, H Saifuddin SE dan peserta bahas seputar tunjangan kinerja (Tunkin), dana sertifikasi, aneka biaya, pembelian, pengadaan, utang, BOS, PIP, laporan, hingga biaya (tunggakan) listrik. []
[Gambar atas: Kasubbag Perencanaan dan Keuangan H Saifuddin SE dampingi Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh, sementara di depan forum, Pembimas Hindu Sahnan Ginting paparkan hasil diskusi, Rabu (28/9). Gambar tengah: Kakanwil dan jajarannya bersama peserta saat pembukaan, Ahad (25/9). Gambar bawah: Kasubbag sampaikan materi regulasi 'Perencanaan dan Keuangan' di Grand Nanggroe Banda Aceh]