Kepala Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat Wakaf (Kabid Penaiszawa) H Zulfikar SAg MAg dan Pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Wilayah Aceh, hadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BWI, di Jakarta, Selasa-Kamis, 5-7 Agustus 2025.
Zulfikar yang juga Sekretaris Perwakilan BWI Provinsi Aceh dan tim menghadiri rangkaian acara di Hotel Pullman kawasan Thamrin Jakarta Pusat, yang pembukaannya Selasa malam, 5 Agustus 2025.
Dari Aceh, hadir Pengurus BWI Prof Dr H Fauzi Saleh Lc MA dan Pengurus BWI sebelumnya Dr H A Gani Isa SH MAg dan Rahmawati STh yang juga Ketua Tim Zakat Wakaf Bidang Penaiszawa Kanwil Kemenag Aceh.
Acara bersama Perwakilan Pengurus BWI se-Indonesia, dihadiri Menteri Agama (Menag) Prof Dr H Nasaruddin Umar MA, dan dibuka oleh Ketua MPR RI H Ahmad Muzani.
Bersama pejabat Kemenag, raker juga dihadiri Wakil Menteri ATR/BPN H Ossy Dermawan BS MSc.
Menag sampaikan, bahwa potensi wakaf di Indonesia cukup besar. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menekankan bila wakaf dikelola dengan baik, maka dapat menjadi kekuatan ekonomi umat.
“Peran negara sudah hadir sejak lama, dan sekarang saatnya kita optimistis," kata Menag usai pembukaan acara.
"Lembaga-lembaga keumatan harus diberdayakan untuk menutup celah yang selama ini ada, karena sebagian besar umat Islam kita berada dalam kondisi ekonomi lemah,” imbuhnya.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia berpotensi besar menjadi pusat peradaban Islam dunia menggantikan Timur Tengah.
“Kini saatnya Indonesia mengambil peran itu, dengan dukungan lembaga keumatan dan pengelolaan dana wakaf yang kuat,” katanya
Mengutip keterangan Ketua BWI Prof Dr Phil H Kamaruddin Amin MA sebagai penyelenggara Rakornas dengan tema "Gerakan Indonesia Berwakaf: Meneguhkan Asta Cita Menuju Indonesia Emas" ini, aset wakaf di Indonesia nilainya mencapai sekitar Rp2.000 triliun. Aset yang ini bersifat abadi dan tidak bisa diganggu gugat.
Menurut Menag, kalau ini dikelola secara produktif, akan menjadi instrumen strategis bagi penguatan ekonomi umat yang luar biasa.
Dari sekitar 450 ribu tanah wakaf yang ada, baru 9 hingga 10 persen yang telah dikelola secara produktif, seperti untuk pertanian, sawah, kehutanan, dan sektor lainnya. Ke depan, Kementerian Agama dan BWI akan mendorong optimalisasi pengelolaan wakaf agar semakin berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Di sini, Menag Nasaruddin berharap BWI mampu menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi dan peradaban Islam modern melalui pengelolaan wakaf yang profesional dan visioner.
Di sisi lain, saat membuka rakernas, Ketua MPR H Ahmad Muzani menegaskan bahwa wakaf harus naik kelas, dari urusan ibadah personal menjadi instrumen pembangunan nasional.
"Banyak masyarakat ingin mewakafkan harta, tapi tidak tahu ke mana. Mereka bingung, lembaga mana yang bisa dipercaya dan apakah wakafnya akan produktif. Di sinilah peran negara, dan BWI harus tampil di garis depan," tegas Muzani.[]