[Baiturrahman | Muhammad Yakub Yahya] Andai Anda mau ni’mati alakadar kanji rumbi, bisa Anda singgah ke meunasah, mushalla, dan masjid yang ada menu itu. Atau bagi warga kota, Anda singgah ke Masjid Raya Baiturrahman, jelang bedug.
Memang, sejak habis tsunami, sejak awal Ramadhan, Pengurus Masjis Raya Baiturrahman sediakan puluhan paket berbuka bagi jamaah yang akan shalaatual-maghriib, atau bagi musafir.
Saban sore ada sekitar 30-an tamu yang berbuka, ditambah dengan petugas dan dewan kahadam/imam/muazzin/qari, bisa 50-an juga.
Di Baiturrahman, lokasi berbuka, dulu-dulu di teras sebelah barat, dan tahun lalu digeserkan ke halaman barat laut, sisi parkirnya, di bawah tenda. Lalu bergeser lagi ke teras di barat masjid.
Dan kini ‘buka bareng’ bagi umum, dibuat dalam aula (kecuali sore Rabu, 8 Juli, yang aula dipakai TPQ Plus Baiturrahman untuk sekali saja, maka jamaah pindah satu sore ke teras, tempat apel karyawan itu).
Menurut Sekuriti, menu berbuka disediakan oleh masjid, atau donatur luar. Pernah Kapolda Aceh yang menanggung takjil berbuka, sebulan. Pernah juga LSM Turki yang bagi-bagikan nasi bagi jamaah. Namun kali ini ditanggung dengan bea masjid.
“Kadang ada nasi kotak, kadang tak ada, tergantung pendonor, tahun ini,” kata Afdhalil Ilyas, SPdI, MC acara niikah di Masjid Raya, yang juga Wakabag Pengajaran TPQ Plus Baiturrahman, yang juga Pengurus RM Baiturrahman.
Pengamatan kami, jika mau menjajakan kanji, seperti “Kanji Abbi” yang biasa di kantin samping Kanwil Kemenag (Ramadhan di depan Bank Aceh yang terbakar itu), atau kanji rumbimade in lainnya di beberapa ruas jalan kota, semangkuk kanji biasa Rp 5000. Bagus untuk awali berbuka, dan kesehatan usus, bukan?
Menu memang sederahan, ada kanji rumbi (beras dan santan diracik rempah alami), teh atau mentimun, tapi dengan berbuka di lingkungan masjid bisa lebih cepat penuhi azan maghrib, bukan?
Namun sayang, terkadang menu yang disediakan diperebutkan oleh anak jalanan, pengemis, yang senagaja berbajukan kumal (padahal sehat), yang sebagian mungkin tidak puasa dan tidak shalat. Namun siapa bisa menyeleksi, dan kalau bukan untuk mereka, buat siapa lagi? []