Banda Aceh (Humas)---Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Dr H Iqbal SAg MAg membuka dan menjadi narasumber pembuka dan sekaligus keynote speaker (pembicara kunci dan sesi penutup) saat dialog atau kampanye Kerukunan Umat Beragama (KUB), di aula kantor, Rabu 25 November 2020.
Kakanwil awali paparan, yang disiarkan live oleh RRI Banda Aceh melalui Program 1, FM 97,7 MHz itu, dengan potret dan dinamika keumatan dan kerukunan di Bumi Serambi Mekkah, yang sangat kondusif dan berjalan sangat baik.
"Jalinan kerukunan antar umat beragama di Aceh, sama sekali tidak terganggu. Kerukunan selalu berjalan sangat baik, juga toleransi sesama umat beragama," sebut Kakanwil di depan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Aceh, akademisi, pengurus ormas, tokoh agama, dan unsur intas sektoral.
Selain Kabag TU Drs H Amiruddin MA, para Kabid, para Pembimbing Masyarakat (Pembimas), turut hadir dalam dialog online bertajuk "Umat Rukun Indonesia Maju" itu, Karo Keistimewaan dan Kesra (Isra) Setda Aceh H Zahrul Fajri SAg MA.
Kakanwil lanjutkan soal kerukunan, "Termasuk di masa penjajah, masalah kerukunan sama sekali tidak tersentuh, baik-baik saja. Misalnya gereja yang dibangun tidak dibakar, tidak ada pembakaran di sini."
"Juga di masa konflik, kerukunan antar umat beragama sangat terjaga. Masa konflik juga, bagi umat non Muslim pun kerukunan di Aceh tidak terganggu," imbuh Kakanwil dalam acara satu jam online, sejak pukul 10.oo-11.oo WIB.
"Saat penerapan syariat Islam pun, toleransi berjalan luar biasa," ujar Iqbal, dengan beberapa contoh yang dibenarkan tokoh agama selain Islam, dalam testimoninya.
"Masa pemberlakuan syariat Islam di Aceh pun, Kerukunan tetap terbangun dalam berbagai situasi. Mungkin ada percikan kecil di internal umat beragama, yang menyangkut pendirian rumah ibadah. Ini masalah pada pemahaman atas aturan yang ada," katanya lebih lanjut dalam acara yang dimintakan Kanwil, FKUB, dan RRI Banda Aceh.
Menurut Kakanwil, bahwa masyarakat di tempat itu, di objek yang diberitakan, tidak ada masalah, tapi persoalannya hanya pada penyampaian informasi, yang seakan-akan masalahnya sangat rumit.
Kakanwil ulangi, bahwa pergesekan internal umat beragama barangkali ada. Dan ini tak ada masalah, cukup didialogkan sehingga kerukunan umat di Aceh berjalan baik.
"Ke depan kerukunan di Aceh, Insya Allah terus berjalan baik," harap Kakanwil saat closing acara di depan 30 peserta itu.
Lanjutnya, semoga dari dialog ada langkah mengupayakan kerukunan lagi ke depan, yang kita lakukan untuk umat beragama di di Aceh.
"Kerukunan antar dan inter umat beragama, ini tugas kita bersama. Dan ke depan akan kita upayakan akan lebih baik lagi. Memang masalah kecil mungkin tak akan habis-habisnya," sisip Kakanwil dalam dilaog interaktif bertema "Kampanye Kerukunan Umat Beragama, Umat Rukun Indonesia Maju" ini.
Sementara Ketua FKUB Aceh Nasir Zalba SE sampaikan bahwa hiruk-pikuk tidak mengganggu kerukunan. Bahwa tak ada persoalan yang tak selesai dengan dialog.
"FKUB ini pekerja masyarakat, volunter sifatnya. Dilibatkan jika terjadi pergesekan atau meredam pemicu konflik umat beragama. Dan moga masuk 2021 kasus Singkil yang hanya dibesar-besarkan ke luar misalnya, harus selesai," harap Nasir, mantan Kaban Kesbangpol Linmas Aceh.
Dalam dialog, masukan dan testimoni juga diberikan peserta. "Kami sering terjun ke Bireuen, dan terbaca dalam riset bahwa percikan internal itu terjadi misalnya dalam pengamalan ibadah," ujar satu Dosen Studi Agama-agama atau Perbandingan Agama UIN Ar-Raniry.
"Aceh daerah laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia," ajak akademisi dari UIN Ar-Raniry Dr Mawardi MAg.
"Kasus di Singkil pun sebenarnya tidak ada masalah, yang ada hanya pada 'penamaan rumah' ibadah di sana," sahut Karo Isra Zahrul Fajri SAg MA. Sebutnya rakor di lintas sektoral terus dan telah digelar di jenjang provinsi bersama Forkopimda.
"Khusus isu Singki, itu ada kepentingan orang luar, dan kepentingan orang dalam sendiri. Misalnya, memanfaatkan suara non Muslim untuk kepentingan politiknya," gambar DH Aliamin SEAk MSi CA, akademisi Unsyiah, Unmuha, Pengurus DPW Muhammadiyah Aceh, yang juga putra Singkil.
Ajak Aliamin, intensitas dialog seperti ini, mesti ditingkatkan.
"Kami mohon tokoh seluruh agama, sampaikan bahwa Aceh aman itu disampaikan juga pada umatnya," imbuh Pengurus DPW NU Aceh Tgk Asnawi Amin SAg.
"Seakan rasa aman hanya dirasakan oleh orang atas, sementara kalangan di akar rumput, masyarakat bawah seakan tidak merasakan sangat aman. Maka kita ajak tokoh agama menyampaikan kenyamanan itu sampai ke bawah," ulang akademisi UIN Ar-Raniry Dr Hj Nurjannah Ismail MA.
"Sudah lama saya, kami di Aceh, kami nyatakan selama di Aceh kami aman dan nyaman," sahut Pembimas Katolik Baron Ferryson Pandiangan SAg MTh.
Rasa kenyamanan selama di Aceh juga diakui, diberikan testimoninya oleh tokoh Buddha Yuswar, "Jika ada yang bilang Aceh tidak harmonis, itu masukan dan informasi yang salah, dari pihak yang tidak bertanggung jawab,"
"Apa yang kami dengar sebelum masuk ke Aceh, bahwa Aceh menakutkan, tapi begitu kami masuk ke Aceh, kabar menakutkan itu tak pernah terjadi bagi umat Katolik," akui Baron, dikaitkan dengan contoh penerapan hukuman bagi umat Muslimin, yang tidak terusik pada umat non Muslim.
"Di mana kita berada, kita instruksikan umat, ikuti regulasi yang ada," pungkasnya dalam testimoni yang di-MC-kan kru RRI Banda Aceh.[]