Sabang (Humas) --- Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Sabang, Dr H Mukhlis MPd bertindak sebagai Khatib Shalat Jum'at di Masjid Al Muhajirin Baypass Gampong Cot Ba' U Kota Sabang. Jum'at (8/9/2023).
Dalam khutbahnya, Mukhlis menjelaskan bagaimana Luqman Al-Hakim adalah sosok teladan dalam mendidik anak. Keteladanan Luqman Al-Hakim dalam mendidik anak ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an Al-Karim agar menjadi contoh dan pedoman bagai umat sesudahnya dalam mendidik anak sebagai amanat sekaligus anugerah dari Allah Swt. Tersebut dalam Surah Luqman ayat 12-19.
’’Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji,”.
Keutamaan Luqman adalah beliau menggabungkan hikmah dan syukur menjadi karakter pendidik yang unggul. Karakter di mana ketika seorang hamba yang pandai berhikmah maka dia akan menjadi pribadi yang tenang akan setiap masalah karena tinggi ilmu yang dimiliki sehingga mudah saja memikirkan jalan keluar yang terbaik, bukan karena melupakannya.
"Syukur merupakan perilaku yang senantiasa meningkatkan kapasitas diri ketika nikmat di beri atasnya dan akan terus meningkatkan kapasitasnya dalam segi ibadah maupun muamalah ketika nikmat itu ditambah oleh Allah SWT," kata Mukhlis.
Luqman dalam pendidikan anak-anaknya mengutamakan pendidikan aqidah, di mana itulah penyelamat anak-anaknya ketika suatu tidak dapat menolongnya selain pertolongan Allah SWT dikarenakan sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Pada ayat ini Allah mengisahkan pembelajaran oleh Luqman terhadap anak-anaknya tentang keutamaan berbaktinya seorang anak karena kesusahan ayah dan ibunya saat anak masih dalam kandungan, terlebih ibu yang susah yang bertambah-tambah dan kita diwajibkan bersyukur kepada Allah dan kedua orang tua dengan berbakti kepada keduanya. Berbakti kepada orang tua termasuk meminta izin terhadap apa yang ingin kita lakukan dalam skala makro, seperti ingin menikah, bekerja, maupun pindah ke tempat baru.
Dari beberapa tinjauan munasah (keterkaitan) dalam surat luqman ayat 12-19 dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan luqman pada mulanya adalah membentuk manusia yang mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apupun juga.
Ketauhidan kepada Allah selanjutnya memiliki beberapa konsekuensi sebagaimana yang dikemukakan oleh K.H Hasyim Asy’ari sebagai berikut, Ketauhidan mewajibkan adanya keimanan, maka barang siapa yang tidak mempunyai keimanan berarti ia tidak mempunyai ketauhidan. Keimanan mewajibkan pelaksanaan syari’at, maka barang siapa yang tidak melaksanakan syari’at, berarti dia tidak mempunyai keimanan.
"Pelaksanaan syari’at mewajibkan adanya adab (akhlaq) maka barang siapa tidak mempunyai akhlaq, berarti dia tidak mempunyai syari’at, keimanan dan ketauhidan dalam dirinya," pungkasnya.[]