[Idi | Jamaluddin] Guru sebagai pemberi ilmu dan menjadi contoh teladan para siswa hendaknya mengedapankan sikap budaya kerja yang telah disosialisasikan oleh Menteri Agama Lukman hakim Saifuddin yakni integritas, profesionalitas, inovatif, bertanggung jawab, dan keteladanan. Jangan ibarat robot, yang hanya bisa sesuai perintah, tidak bisa yang lain, atau ibarat burung beo.
“Guru ini datang jam sepuluh, pulang jam dua belas, tidak bisa dan tidak mau jika pergi jam delapan, pulang jam dua, guru ini ibarat robot,” demikian kata Kabid Pendidikan Madrasah (Dikmad) Kanwil Kemenag Aceh Drs Efendi M.Si saat silaturahmi dengan jajaran Kankemenag Aceh Timur, Rabu (4/2).
Guru robot merupakan 1 dari 3 kriteria guru yang disampaikan pak Kabid dihadapan para kepala madrasah, guru yang kedua yaitu guru materialistis, guru ini bekerja karena honor, “Anak ayam turun sepuluh, mati satu tinggal sembilan, bekerjalah sungguh-sungguh jangan banyak tuntut imbalan,” ujarnya lewat sebuah pantun.
Guru yang ketiga yaitu guru panggilan Ilahi, guru ini bekerja dengan ikhlas, kerja karena tanggung jawab dan amanah dari Allah, bangsa dan negara. “Kadangkala guru ini akan mengeluarkan air mata jika anak didiknya belum bisa atau belum paham apa yang ia ajarkan,” katanya dihadapan Kakanwil, Kabid Urais Binsyar, Kakankemenag Aceh Timur dan jajaran.
Di aula Kankemenag Aceh Timur itu, pak Kabid sampaikan pula bahwa di Aceh Timur ini akan ada madrasah unggulan yang melebihi tingkat nasional, MAN Insan Cendikia yang saat ini di Indonesia sudah berjalan 3 madrasah yaitu di Gorontalo, Jambi dan Serpong. Untuk tahun ini akan ada 6 lagi MA IC, termasuk di Aceh. “Tepilihnya Aceh Timur karena ingin melanjutkan perjuangan para ulama, Islam pertama masuk di Peureulak (Aceh Timur),” ujarnya yang juga menyebutkan bahwa tahun ini akan menerima 96 siswa baru secara online, “Tidak bisa kita beri kuota untuk Aceh sekian misalnya, karena rekrutmennya secara nasional,” tambahnya.
Menurut rencana, bulan maret mendatang akan diadakan bimbingan belajar di Banda Aceh yang akan diisi oleh kepala MAN IC yang sudah sukses. “Kepala MA IC dipanggil ke Aceh, kepala MTs bisa daftar ikut bimbel, kepala dan pegawai akan direkrut secara nasional, bukan hanya pintar saja yang diandalkan tapi juga harus sabar, kita sepakat agar siswa kita terjaring, untuk itu perlu komitmen bersama,” kata pak Efendi.
Mengenai magnet school, saat ini ada 28 siswa yang belajar di man perlak yaitu MA Filingual magnet School, tahun ini akan dibuka MA kejuruan di Maget School, untuk itu Kepala MAN Peureulak diharap segera bersiap, “Kita berharap kedua madrasah ini (MA IC dan Magnet School) hidup berdampingan, kedua lembaga maju dan berkembang, tidak satu maju dan satu lagi mundur, kerusakan di magnet school bisa diatasi segera,” ujarnya.
Sementara Kakanwil Kemenag Aceh Drs.H.Ibnu Sa’dan,M.Pd menambahkan bahwa madrasah Insan Cendikia bertaraf nasional, sedangkan magnet school lebih kepada tingkat lokal, “Ada 2 tawaran, Jika tidak dapat tertampung di MAN IC, dapat kita daftarkan di Magnet School,” ujarnya yang menyebutkan bahwa saat ini di MAN IC sudah ada 6 rumah dinas guru yang siap, ditambah rumah dinas kepala dan wakil kepala madrasah.