CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Jendela Jumat Hari Arafah 1446 H; Haji Itu Syiar

Image Description
Muhammad Yakub Yahya
  • Penulis
  • Dilihat 136
Jumat, 6 Juni 2025
Featured Image
Admin website aceh.kemenag.go.id Muhammad Yakub Yahya dan penulis opini Juhaimi Bakri

Jendela Jumat Hari Arafah 1446 H

HAJI ITU SYIAR

oleh Juhaimi Bakri, Katim Bina Haji dan Advokasi Haji Reguler Bidang PHU Kanwil Kemenag Aceh

 

Allah SWT telah menetapkan Baitullah (Ka’bah) sejak zaman Nabi Adam  di jantung kota suci Mekkah sebagai tempat beribadah. Nabi Ibrahim Bersama putranya Nabi Ismail AS diperintahkan Allah agar meninggikan kembali Baitullah atau Ka’bah. Ibrahim yang dijuluki “khalilullah” berusaha mencari bekas fondasi Ka’bah atas bimbingan. Lalu Allah menggerakkan angin untuk membuka tumpukan pasir yang menutupi sisa bangunan Ka’bah warisan Nabi Adam hingga Ibrahim dapat membina kembali kembali Baitullah.

 

Philip K. Hitti seorang orientalis dan Islamolog ternama menjuluki Mekkah sebagai “the religious capital” atau “ibukota spiritual umat Islam” dan Madinah “the chaliphal capital” (ibukota kekhalifahan Islam). Zainal Abidin Ahmad mengutip pernyataan Guru Besar Kesusasteraan Semitic Princeton University Amerika Serikat itu, sebagaimana selanjutnya menyebut Damaskus adalah “the imperial capital” (ibukota imperium Islam), Baghdad “the intellectual capital” (ibukota intelektual Dunia Islam), Cairo “the dissident capital” (ibukota yang berselisih) serta Cordoba “European capital” (ibukota Eropa dalam sejarah Dunia Islam).

 

Ribuan tahun silam Mekkah tidak pernah berhenti dari yang orang melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, baik siang maupun malam, kecuali berhenti sebentar saat berlangsungnya shalat berjamaah lima waktu saja. Baitullah di kota suci Mekkah akan terus diramaikan oleh orang orang yang melakukan tawaf hingga akhir zaman. Umat Islam tidak menyembah Ka’bah, melainkan hanya sebagai penyatuan arah dalam melaksanakan shalat. Penelitian ilmiah di zaman modern membuktikan di sanalah terletak energi yang menghasilkan konduktor bagi jalannya bumi.

 

Allah berfirman, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) bagi manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran [3]: 96)

 

Pada tiap musim haji kota suci Mekkah selalu dipadati oleh jutaan jemaah haji yang menunaikan puncak rukun Islam. Di luar musim haji, tanah haramain dikunjungi oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia yang melaksanakan ibadah umrah. 

 

Haji merupakan syariat agama yang ditetapkan Allah kepada mukmin melalui para Nabi dan Rasul yang diutus-Nya dengan membawa risalah Islam yang benar. Karenanya Haji bukan budaya Arab yang dilanjutkan oleh umat Nabi Muhammad. Haji bukan sekadar gerak ritual yang dilakukan tanpa makna dan tujuan. Haji adalah syiar agama yang menggemparkan semesta raya.

 

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah (sebagian daripadanya) dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS [22] Al-Hajj: 27-28). Demikian Allah menyampaikan kewajiban untuk berhaji yang selalu dirindukan oleh sengenap raga.

 

Penegasan Allah tentang kewajiban haji terpatri pada ayat lain, “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.” (QS [3] Ali ‘Imran: 97).

 

Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada kalian ibadah haji!” Kemudian berdiri Al-Aqra’ bin Habis seraya bertanya, “Apakah haji itu wajib ditunaikan setiap tahun, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Kalau aku katakan, ya, niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun. Dan bila diwajibkan setiap tahun, niscaya kalian tidak akan sanggup untuk menunaikannya. Kewajiban haji itu hanya sekali (seumur hidup). Barangsiapa menunaikannya lebih dari sekali, maka dia telah bertathawwu’ (melakukan perbuatan sunnah).” [HR. Abu Dawud, An-Nasa`i, Ad-Darimi, Ad-Daraquthni, Al-Hakim dan Ahmad).

 

Hasrat ber-haji merupakan harapan nyata setiap muslim yang ingin mereka capai sebelum kembali pulang ke Rabb. Bahkan janji Rasulullah menyatakan, sengenap harta yang dibelanjakan untuk menuju Baitullah mendapat balasan ganjaran dari Allah sebagaimana balasan fisabilillah.

 

Ibadah Haji adalah ibadah kepastian, ditempat yang telah ditentukan, waktu yang telah ditetapkan. Sehingga rukun Islam kelima ini sejatinya melatih merasakan kesamaan derajat dengan manusia lain di hadapan-Nya. Melatih qalbu agar semakin dekat dengan Sang Pencipta sesuai dengan tuntunan dalam Al Quran dan Sunnah Nabi.

 

Gema Talbiyah (Panggilan Haji), “Ya Tuhan kami. kami datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah bagi-Mu, dan Engkaulah yang menguasai segala sesuatu. Tidak ada yang menyekutui-Mu!”

 

Dalam Buku “Mengapa Kita Wajib Menunaikan Ibadah Haji’, Nasaruddin Latif menulis, “Kedatangan seorang muslim ke Mekkah membawa hati dan imannya, bukannya membawa mata-kepalanya semata dalam arti hanya untuk melihat-lihat kota atau daerah-daerah yang belum pernah dilihatnya dengan pandangan seorang wisatawan. Kedatangan anda ke Mekkah sebagai muslim-muslimat dengan niat untuk beribadat dan mengharapkan keridhaan Allah Swt semata, dengan segala kerendahan hati dan penuh khidmat.”

 

Gambaran yang lebih dalam disebutkan juga oleh Grand Syeikh Universitas Al-Azhar Cairo Cairo Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout dalam buku Al Islam, Aqidah wa Syari’ah (terjemahan Prof. Bustami A. Gani, dkk) “… meninggalkan sanak keluarga, harta benda dan tanah airnya, jemaah hají itu rela menahan segala macam penderitaan dalam perjalanan dan segala kesulitannya, demi berbakti kepada Rabb-nya. Mereka dengan rela dan mengharap ridha bukan dengan tujuan mencari keuntungan materi untuk memuaskan hawa nafsunya, tetapi semata-mata karena meneguhkan diri sebagai hamba di hadapan Allah, bertaubat atas segala kesalahan dan kealpaannya. Apabila sudah selesai ibadah haji, maka hatinya tenteram, dan dengan perasaan puas mereka kembali ke tanah airnya, membawa hati yang thuma’ninah, semangat yang kuat, dengan tekad yang bulat untuk memperbaiki dirinya dan umatnya.”

 

Ibnu Abbas dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Baihaqi bahwa Nabi Saw bersabda, “Di Baitullah ini setiap hari diturunkan sebanyak 120 rahmat. Enam puluh rahmat diberikan kepada orang-orang yang tawaf, empat puluh rahmat diberikan kepada orang-orang yang shalat, dan dua puluh rahmat diberikan untuk orang-orang yang memandang Baitullah.”

 

Selama melaksanakan haji di Tanah Suci, Jamaah Haji di larang bertengkar, berperang, menumpahkan darah, serta dilarang merusak tanaman yang terdapat di tanah haram. Dengan demikian, haji memiliki makna yang khusus disisi Allah karena menjanjikan surga bagi yang meraih haji mabrur. Haji mabrur dapat diraih apabila menunaikan ibadah haji dengan niat karena Allah serta menggunakan harta yang halal dan manasik hajinya sesuai dengan tuntunan Nabi. Kemabruran haji lebih jauh harus tercermin setelah kembali ke tanah air dalam perilaku sehari-hari.

 

Ibadah haji itu syiar Islam terbesar. Hal itu terwujud di atas landasan penyatuan aqidah dan pandangan hidup sebagai muslim. Kesatuan aqidah sebagai pilar utama  persatuan umat. Persatuan adalah investasi yang sangat berharga dan tidak dapat di ukur materi. Islam mengajarkan persatuan universal yang egaliter dan inklusif  melampaui tabir kebangsaan, kedaerahan, kesukuan, organisasi atau golongan politik.

 

Ibadah haji hakikatnya mampu mempererat persaudaraan, persatuan, solidaritas, serta memperteguh identitas umat muslim sedunia. Oleh sebab itu selama di Arab Saudi jamaah haji dari setiap negara perlu berbaur dengan jamaah haji dari negara lain agar dapat merasakan hidup dalam nuansa cosmopolitan.

 

Tanggal 9 Dzulhijjah merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji. Wuquf mengangkat martabat kemanusiaan yang melambangkan semangat egaliter umat manusia di hadapan Allah. Dengan memakai busana ihram, yang serba putih dalam wujud tanpa bentuk. Baik raja maupun rakyat jelata bisa bersama-sama melepaskan baju kebesaran, menanggalkan atribut duniawi yang berbau rasis. Keadaan inilah yang melandasi  Rasulullah menyatakan bahwa wuquf di Arafah adalah intinya haji.

 

Suasana miniatur Padang Mahsyar begitu terasa saat wuquf di Arafah, saat ketika umat manusia setelah dibangkitkan dari alam kuburnya sebelum menghadapi Mahkamah Allah mempertanggungkan tentang qadar baik dan qadar buruk selama hidup di dunia.

 

Ampunan Allah ada lantunan dalam setiap ungkapan bait bait doa yang senantiasa dipanjatkan. Alangkah beruntungnya jemaah haji yang mendapat ampunan Allah di hari Arafah, dan alangkah ruginya bagi mereka yang tidak memperolah ampunan-Nya karena tidak bisa diukur sekalipun dengan sengenap isian dunia.

 

Ibadah haji dalam konteks simbolisme sering juga disebut sebagai “Perjalanan Spiritual menuju kesucian”  dalam Islam, di mana jemaah haji berusaha untuk membersihkan diri dari dosa dosa dengan harapan memperolah ampunan dari Rabb-Nya. 

 

Ibadah haji juga momentum untuk memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Umat Islam yang sudah berhaji maupun yang belum, wajib menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya. Berharganya ajaran Islam dalam kehidupan ini menjadi ukuran seberapa taat nya ummat menjalankan perintah Allah dan menerapkan Sunnah Rasulullah  SAW dengan demikian akan berharganya kita di mata Allah.[]

Fotografer : Muhammad Yakub Yahya
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh