Karang Baru (Sofyan)---Staf Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kankemenag Aceh Tamiang M Amin menyampaikan tausiyah kisah inspiratif tentang kemuliaan Ramadhan , Senin (3/5/2021).
Ia mengatakan, alkisah diceritakan bahwa di sebuah pegunungan hiduplah sepasang suami istri bersama seorang anak laki-lakinya. Setelah merasa matang si anak mengutarakan kepada kedua orang tuanya keinginannya untuk pergi ke kota mengadu peruntungan.
Amin melanjutkan, ketika anak laki-laki itu akan pergi, walaupun dengan berat hati, kedua orang tua tersebut melepas kepergian buah hatinya, sang bundapun berpesan, “Wahai anakku, jagalah dirimu baik-baik, pandai-pandailah hidup di rantau orang, bunda tak bisa memberimu bekal yang banyak, hanya inilah yang bisa bunda berikan,” sambil berurai air mata sang bunda menyerahkan sekantong benda berupa butiran.
"Tanpa memperhatikan bekal dari bundanya si anak berjalan menuruni lereng pegunungan yang sejuk dan nyaman," kata Amin.
Dalam perjalanannya ia bertemu dengan beberapa ekor burung murai yang bersuara merdu, terbersitlah dalam hatinya mengganggu burung tersebut, karena ia tak memiliki apa-apa selain bekal dari bundanya, maka diambillah sebutir dan dilempari burung tersebut, burungpun terbang bahagialah hatinya.
Perjalananpun berlanjut, ketika ia berjumpa rusa ia kembali melepari rusa dengan butiran bekal dari bundanya tadi, begitu juga letika jumpa gajah dan buana , sehingga ketika ia tiba di pinggiran kota, hari sudah menjelang sore dan bekalpun sudah tinggal sedikit.
Melihat ada sebuah warung dan iapun sudah merasa lapar dan lelah, ia memberanikan diri meminta sedikit makanan dan berkata kepada sipemilik warung “Saya tak punya apa, hanya ini yang saya punya,” ujarnya sambil menyerahkan sisa butiran dalam kantong bekalnya.
Melihat isi kantong tersebut si pemilik warung terkejut, melihat raut wajah si pemilik warung anak laki-laki tersebut merasa heran dan bertanya,
“Maaf bu, apakah bekal saya ini tidak berharga,” ujar Amin mencontohkan.
Setelah menarik nafas yang dalam si pemilik warungpun menjelaskan bahwa bekal si anak muda bukan tak berharga malah sangat berharga dan menyuruhnya membawa benda tersebut ke toko di tengah kota.
Ringkas cerita si anak muda tersebutpun membawa bekalnya ke toko yang ada di tengah kota dan si pemilik tokopun menjelaskan dengan jujur bahwa bekal anak muda tersebut adalah yang sangat mahal, harga perbutirnya mencapai Rp. 200 juta.
Mendengar penjelasan si pemilik toko, si anak muda menyesal dan sedih tidak terkira ia telah membuang sangat banyak butiran tersebut di sepanjang perjalanannya.
Dengan kisah Tamsilan ini Pak Amin demikian sapaan akrabnya mengajak seluruh jamaah untuk merenungkan hari-hari bulan Ramadhan yang telah berlalu.
“Adakah kita sudah memanfaatkan mutiara-mutiara yang kita miliki, ataukah kita sudah membuang mutiara kita karena kebodohan kita seperti dalam kisah tadi,” ujarnya.
“Setiap tarikan dan hembusan nafas kita adalah mutiara yang sangat berjarga, demikian juga hari-hari dalam bulan Ramadhan ini sangatlah berharga, Ramadhan tinggal 9 hari lagi, mari kita manfaatkan mutiara tersebut untuk bekal kita menuju akhirat,” pungkasnya.