[Karang Baru | Muhammad Sofyan] “Tema Muzakarah kita pada hari ini adalah 'Keledai',” ujar Muhammad Amin, MAB Bendaharawan Kankemenag Tamiang, dalam muzakarahnya ba’da zhuhur di Mushalla Al-Ikhwan pada Rabu (8/7). Kendatipun beliau seorang Master Ekonomi, bukan hanya piawai dalam hal-hal yang menyangkut keuangan, tetapi piawai juga dalam urusan Agama Islam.
Selanjutnya Pak Amin (demikian sapaan akrabnya) memaparkan bahwa dalam Al-Qur-an kata keledai disebutkan sebanyak 5 kali yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 259, An-Nahl: 8, Luqman: 19, Al-Jumu’ah: 5, dan Al-Muddatsir: 50.
Dari 5 perumpamaan 3 diantaranya merupakan perumpamaan yang “tidak baik atau buruk” seperti yang disebutkan dalam surat Luqman ayat 19 yang artinya “19, “Dan sederhanakanlah langkahmu semasa berjalan, juga rendahkanlah suaramu (semasa berkata-kata), Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keldai”.
Dalam Ayat yang lain disebutkan (Al-Jumu’ah:5) “(Sifat-sifat Nabi Muhammad itu telahpun diterangkan Dalam Kitab Taurat tetapi orang-orang Yahudi tidak juga mempercayainya, maka) bandingan orang-orang (Yahudi) Yang ditanggungjawab dan ditugaskan (mengetahui dan melaksanakan hukum) Kitab Taurat, kemudian mereka tidak menyempurnakan tanggungjawab dan tugas itu, samalah seperti keldai Yang memikul bendela Kitab-kitab besar (sedang ia tidak mengetahui kandungannya).
Buruk sungguh bandingan kaum Yang mendustakan ayat-ayat keterangan Allah; dan (ingatlah), Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum Yang zalim.”Ada sebuah perumpamaan yang juga menggunakan kata “Keledai” yaitu “Hanya Keledailah yang jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. “Karena kita dalam keadaan puasa mari kita hubungkan antara “Puasa dengan Keledai”.
Pak Amin lebih lanjut memaparkan tingkatan orang berpuasa menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” yaitu pertama; puasanya orang awwam (umum) yakni orang yang hanya menahan lapar dan dahaga serta menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Kedua puasanya orang khusus/sspesial yakni orang yang selain menahan lapar dan dahaga serta hal-hal yang membatalkan puasa juga menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota tubuhnya dari dosa dan maksiat.
Adapun yang ketiga adalah puasanya orang-orang Istimewa yaitu orang-orang yang menahan hatinya dari keragu-raguan akan hari akhirat, menahan fikirannya dari hal-hal keduniawian dan menahan fikirannya untuk memikirkan selain Allah SWT.
Yang menjadi pertanyaanya adalah berapa tahunkah kita melaksanakan puasa?, di tingkat manakah puasa kita?, apakah masih sepeti tahun-tahun yang lalu?, Masihkah kita jatuh ke dalam lubang (puasa) yang sama setiap tahunnya??, bukankah hanya keledai yang terjatuh 2 kali kedalam lubang yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi Pak Amin mengajak semua jama’ah untuk memperbaiki tingkatan puasa kita. “Masih ada 9 hari lagi untuk memperbaikinya”.
“Mari kita ikuti hadit Nabi yang menyuruh 'Aisyah RA untuk memohon kemafaan dari Allah dengan ucapan “Allahumma innaKa ‘Afuwun Tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni” (Ya Allahengkau maha pemaaf, menyukai (orang-orang yang ) meminta maaf, maka maafkanlah aku). [y]