[Langsa | Hayatun Rahmah] Gerhana matahari dan gerhana bulan merupakan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah sebagai penciptanya, oleh karena itu janganlah kita bersujud kepada matahari dan bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya. Demikian penjelasan Ustadz Thabri, Lc pada acara arisan DW Senin (14/3) di Mushalla Kantor Kementerian Agama Kota Langsa.
Penjelasan ini disampaikan dengan merujuk pada Al-Qur’an: 37, yang artinya:
“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”
Ustadz yang membidangi Ilmu Tafsir ini melanjutkan pembahasan dan mengaitkannya dengan kisah Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan pada benda-benda langit seperti, bintang, bulan dan matahari (QS: Al An’am: 76-78), walaupun ke semua benda itu bersinar terang dan terbit (baazighah) akan tetapi pada waktunya mereka akan terbenam (afala), kemudian Nabi Ibrahim As menyimpulkan bahwa ini bukanlah Tuhan yang layak untuk disembah, dan pada akhir ayat beliau berkata kepada kaumnya yang menyembah matahari, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
Berbicara tentang kejadian gerhana matahari yang ternyata dapat diprediksikan oleh manusia, hal ini juga tak lain karena kebesaran Allah yang menjadikan matahari berjalan di tempat peredaran yang telah ditetapkan oleh yang Mahaperkasa (QS. Yasin: 38).
Sehingga manusia dapat memperhitungkan kapan bulan dan matahari itu bertemu sehingga dapat menyimpulkan hari, tanggal, pukul berapa dan dimana tempatnya gerhana itu akan terjadi. Seperti pada hari rabu 9 maret pukul 06. 30 wib yang lalu.
Gerhana ke depan pun telah diprediksi akan terjadi lagi pada tanggal 20 April 2023 juga karena ketetapan Allah akan tempat peredaran matahari dan bulan, sungguh Mahaperkasa Allah jika suatu saat benda-benda langit akan dijadikanNya bertabrakan, lalu bersujudlah kita kita kepadaNya. Demikian ustadz Thabri menambahkan penjelasannya sembari mengingatkan amalan yang kita lakukan pada saat gerhana itu terjadi.
Amalan yang dilakukan pada saat gerhana seharusnya beramal dengan ilmu sehingga tidak menyesatkan dengan polemik masyarakat yang menyalah artikan akan fenomena alam tersebut, bersujudlah pada Allah dengan melakukan shalat gerhana sejumlah dua raka’at dengan dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Jika gerhana matahari maka disirkan bacaannya, dan apabila gerhana bulan dijaharkan, dan disunatkan berkhutbah (menurut Imam Syafi’i) jika dilakukan secara berjama’ah.
Alhamdulillah pembahasan gerhana matahari pada arisan DW Kementerian Agama Kota Langsa, berlangsung khidmat dan bermanfaat, kemudian acara disusul dengan penarikan arisan dan pembagian doorprise bagi yang beruntung. [d/y]