CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji: Resep untuk Bentengi Aliran Sesat

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 1017
Rabu, 27 April 2011
Featured Image
Suburnya aliran sesat menggugah banyak pihak, termasuk Menteri Agama Republik Indonesia, program "maghrib mengaji" pun dicanangkan.Suasana syahdu menyelimuti Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, ketika 135 orang berdiri rapi di shaf depan, sambil melafalkan syahadat di bawah panduan Tgk. Muslim Ibrahim, ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh.Hari itu Jumat (22/4/2011), ketika pengikut ajaran millata Abraham diangkut ke mesjid Raya baiturrahman dengan menggunakan reo milik kepolisian, setelah melalui proses identifikasi di Polresta Banda Aceh.Dari 344 orang yang tergabung dalam Komunitas Millata Abraham (Komar), baru 135 orang yang berhasil diidentifikasi, 38 di antaranya adalah perempuan, akhirnya pensyahatan ulang berhasil dilakukan dengan aman di bawah pengawalan ketat pihak kepolisian. Wajah-wajah yang masuk ke dalam masjid itu, 90 persen muda-mudi yang wajahnya lumayan tampan dan cantik dan rata-rata berpendidikan. Perempuannya mengenakan jilbab. Kedatangan mereka ke masjid tak luput dari hujatan warga yang ikut menyaksikan prosesi itu. Tapi secara keseluruhan prosesi itu berlangsung aman.Pengikut Millata yang pria tampak mengenakan baju koko. Ada yang berwarna biru, merah, dan hijau, serta mengenakan peci khas Aceh yang berpita merah-putih. Sedangkan pengikut yang perempuan, mengenakan baju muslimah dan menyematkan pita merah-putih di bagian depan bajunya. Sebagian lainnya memegang mukena yang masih berplastik. Perlengkapan ini mereka dapatkan saat di Polresta Banda Aceh, tempat mereka berkumpul sebelum dibawa ke Masjid Raya Baiturrahman. Tampak pula dalam kelompok itu anak-anak berusia balita di pangkuan ibunya.Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang hadir dalam acara tersebut menegaskan, Pemerintah Aceh tidak mentolerir jika ada aliran-aliran sesat atau agama ciptaan baru di Aceh. Tidak ada tempat di Aceh bagi aliran sesat dan agama baru itu. "Tugas kita ulama, umara, dan masyarakat untuk tetap menjaga kesucian agama Allah dari segala bentuk kebatilan. Di Aceh tidak boleh ada Syiah, Khawarij, Muktazilah, Bahaiyyah, Ahmadiyah, Karimiyah, Nasiriah, Druz, dan Qaramitah, dan sebagainya. Di Aceh hanya ada Ahlussunnah wal Jamaah," tegas Irwandi.Sedangkan Kapolda Aceh, Irjen Pol Drs Iskandar Hasan SH MH, secara tegas mengatakan, meski 135 orang pengikut Millata sudah disyahadatkan, penyebar Millata Abraham tetap akan menjalani proses hukum hingga ke pengadilan. Pensyahadatan yang dilakukan kemarin itu akan menjadi salah satu pertimbangan bagi hakim nanti untuk meringankan hukum mereka."Ingat, pensyahadatan hari ini jangan pura-pura. Jika mengingkarinya, maka kita akan menyeretnya ke proses hukum. Kepada masyarakat agar menerima saudara-saudara kita yang sudah kembali ke jalan yang benar ini. Tidak boleh seorang pun melakukan kekerasan dan anarkis kepada mereka," imbuh Kapolda. Setelah itu, Zainuddin, mewakili komunitasnya, menandatangani sepuluh pernyataan yang mereka ikrarkan. Kemudian, Kapolda ikut menandatanganinya sebagai saksi.Gerakan Maghrib MengajiMenyikapi suburnya aliran sesat di Indonesia, Menteri Agama Suryadharma Ali meluncurkan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemmar Mengaji), dalam rangka mencegah munculnya ajaran menyimpang tersebut."Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji dalam upaya menutup celah masuknya pikiran-pikiran atau ajaran sesat ke masyarakat, melalui gerakan ini diharapkan kekosongan dakwah bisa terisi," kata Menteri Agama Suryadharma Ali dalam pertemuan dengan pimpinan Pondok Pesantren tingkat Jawa Barat di Jatinangor, Sumedang, Kamis (17/3/2011).Gerakan yang dulunya sangat merakyat di kalangan muslim Indonesia itu, menurut Menag merupakan upaya untuk menutup peluang masuknya pikiran yang menyesatkan dalam masyarakat.Kekosongan dakwah selama ini dimanfaatkan oleh sebagian golongan untuk memasukan pikiran-pikiran yang menyesatkan dan membuat kondisi kemasyarakatan tidak kondusif."Tindakan preventif harus dilakukan, tingkatkan kemampuan dakwah dengan demikian tak ada celah masuknya ajaran sesat. Selama ini memang ada celah yang harus segera dibenahi," kata Suryadharma Ali.Di lain pihak, Menag juga menghimbau kepada masyarakat untuk ikut menyelesaikan permasalahan yang ada secara bijak supaya tidak muncul masalah baru."Para guru hendaknya membuat mekanisme bahwa anak kita pada saat maghrib melakukan aktifitas maghrib mengaji, bukan hanya mengaji Al-Quran tapi bisa mengaji ilmu-ilmu yang lain," pesannya. Sementara itu, Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama RI, Nasaruddin Umar mengatakan, kegiatan ini akan dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai upaya menumbuhkan kembali budaya masyarakat untuk mengaji."Kita sekarang jarang mendengar teriakan mengaji anak-anak di masjid. Akan hilang tradisi positif ini. Maka kita gaungkan kembali tradisi positif ini," kata Nasaruddin.Menurut Nasaruddin, gerakan ini akan dilakukan di seluruh Indonesia. Namun untuk tahap awal, Kementerian Agama melakukan "Gemmar Mengaji" ini di enam provinsi sebagai daerah percontohan, yakni DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Banten, dan DIY.Nasaruddin menambahkan, ada 800 ribu masjid/musholla yang akan menyemarakkan pengajian bakda Maghrib hingga Isya ini dengan melibatkan 95 ribu penyuluh di seluruh pelosok tanah air.Para penyuluh itu membentuk minimal tiga majelis taklim. Sehingga, minimal saat ini ada 496.000 majelis taklim di Indonesia. Sebanyak 300 ribu guru agama dan 50.000 pondok pesantren pun akan dilibatkan dan mendukung gerakan ini.Senada dengan itu berbagai kalangan di Aceh mengakui perlunya peningkatan pendidikan agama di tengah masyarakat, hal itu sebagaimana dikemukakan Tgk. H. Bulqaini Tanjungan, Pimpinan Dayah Markaz al-Ishlah al-Aziziyah Banda Aceh."Semestinya pemerintah Aceh memanfaatkan kesempatan penyelenggaraan keistimewaan Aceh, jangan cuma tahu berpikir merubah kurikulum dayah, tapi kurikulum sekolah yang harus dibenahi agar anak-anak kita tidak dangkal agamanya," ujarnya kepada Santunan.Menurutnya pendidikan yang ada sekarang belum memberikan bekal agama yang cukup bagi anak didik sehingga kekosongan akidah dimanfaatkan oleh pihak lain untuk merekrut mereka."Sekarang harus dipikirkan agar pendidikan agama di sekolah tidak cuma cara bersuci, cara salat, dan bisa baca Alquran. Baca Alquran saja tidak membuat anak paham kandungan isi Alquran, apalagi ajaran akidahnya," tambahnya.Sementara itu Direktur Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Prof. Dr. Al Yasa Abubakar, MA, membenarkan kekosongan ilmu agama sering membuat generasi muda terpengaruh oleh ajaran sesat yang mengandalkan logika dalam penyebarannya."Karena anak muda tidak punya basis tentang agama, tidak ada pengetahuannya tentang sejarah Nabi, dan sejarah yang lain, tidak ada pengetahuannya tentang kesalahan-kesalahan dalam logika. Mereka terbawa arus. Itu satu, kemampuan retorika dari mentor dan juru dakwah Millata Abraham relatif bagus," jelasnya kepada Santunan.Guru Besar Ushul Fiqih pada Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry tersebut menganjurkan supaya dilakukan pendekatan dengan anak-anak yang sudah terlanjur sesat, supaya dapat kembali ke jalan yang benar."Dekati saja mereka, karena anak-anak yang kesitu anak yang kritis. Ada anak yang ketika bertemu dengan saya, saya kasih buku, dia tidak mau baca. Waktu saya tanya, dijawab dia tidak suka baca buku, dia hanya mau membaca buku sekolahnya saja. Tetapi penjelasan dari guru-guru itu dia senangi, karena dia tidak suka baca buku," tambahnya. (mulyadi nurdin)
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh