Aceh Tengah (Inmas)---Film Dokumenter "Cahaya di atas Bukit" yang merupakan hasil Karya Kanwil Kemenag Aceh selain mengisahkan tentang Potret pendidikan di pedalaman Aceh Tengah dan Aceh Tamiang, Film tersebut juga mempromosikan keindahan alam Tanoh Gayo, Takengon, Aceh Tengah.
Hal tersebut disampaikan Kakanwil Kemenag Aceh, Drs.H. M. Daud Pakeh dalam sambutannya pada malam Pemutaran Film tersebut di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon Aceh Tengah, Jum'at (15/12) malam.
"Selain mengisahkan tentang pendidikan, Film ini juga untuk promosi keindahan alam dataran tinggi Gayo, sehingga dunia luar bisa mengetahui keindahan alam disini, dan juga Potret kehidupan umat beragama yang hidup damai dan rukun," ujar Kakanwil.
Dalam kesempatan tersebut, Kakanwil juga menyampaikan terimakasih kepada bupati Aceh Tengah yang telah banyak membantu kemajuan Madrasah di Pedalaman Aceh Tengah itu.
Pemutaran Film Dokumenter Cahaya di atas Bukit itu disaksikan Bupati Aceh Tengah, Kakanwil, Kakankemenag Aceh Tengah beserta jajaran dan Ratusan masyarakat.
Film yang berdurasi 40 menit itu mengisahkan tentang sosok Pak Thamrin. Semasa hidupnya putera Gayo itu menjabat kepala KUA di Takengon. Namun di sela-sela waktunya dia terus menyempatkan diri membangun pendidikan pada sebuah dusun di kecamatan Pegasing Aceh Tengah.
Usahanya tidak sia-sia. Tahun 2013, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Kala Wih Ilang resmi berdiri dan beroperasi. Bangunannya berlantai tanah dan berdinding papan, atapnya seng bekas sumbangan dari masyarakat sekitar.
Walau jauh dari pusat keramaian dan fasilitas pendidikan sangat terbatas, namun semangat anak-anak disana tidak berkurang untuk menuntut ilmu.
Selain itu, pada film ini juga diceritakan, diantara murid-murid MIS Kala Wih Ilang, terdapat anak-anak dari keluarga non-muslim yang ikut menimba ilmu disana. Namun, guru-guru disana tidak pernah membatasi anak-anak non muslim untuk belajar. Menurut para pengajar, ilmu adalah cahaya untuk semua orang. Soal keimanan adalah masalah pribadi setiap orang.
Dalam film ini juga mengisahkan tentang pendidikan di Gampong Jambo Rambong Kec Tamiang Hulu, Aceh Tamiang. Ada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al-Kautsar yang dindingnya terbuat dari tepas bambu.
Pendiri MIS al-Kausar jadi inspirasi banyak orang karena Jufri dan istrinya yang mendirikan sekolah ini tidak bersekolah, hanya menjalani pendidikan dasar selama 6 bulan saja, kemudian kenyataan pahit membuat mereka untuk berjuang menjalani hidup.
Namun, keterbatasan mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk membangun pendidikan di daerah pedalaman itu. Baginya membangun madrasah bagi anak-anak sekitar untuk melanjutkan pendidikan adalah memberi cahaya peradaban. []