CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Ekoteologi Gagasan Menteri Agama: Upaya Nyata Menjaga Lingkungan

Image Description
Muhammad Yakub Yahya
  • Penulis
  • Dilihat 122
Selasa, 20 Mei 2025
Featured Image

Ekoteologi Gagasan Menteri Agama: Upaya Nyata Menjaga Lingkungan

Oleh Tgk. H. Mukhlisuddin

(Ketua PD IPARI Kab. Pidie, Dosen UNISAI Aceh, Anggota ISNU Pidie)

 

Permasalahan lingkungan hidup saat ini telah menjadi isu global yang mendesak dan kompleks. Perubahan iklim, pemanasan global, deforestasi, dan pencemaran alam merupakan dampak nyata dari krisis ekologi yang terjadi akibat ulah manusia yang eksploitatif terhadap alam. Di tengah berbagai upaya penyelamatan lingkungan dari berbagai kalangan, pendekatan berbasis nilai-nilai spiritual dan keagamaan mulai mendapat perhatian. Salah satu pendekatan tersebut adalah ekoteologi, yaitu integrasi antara kesadaran ekologis dan nilai-nilai keagamaan.

 

Di Indonesia, konsep ekoteologi semakin mengemuka berkat gagasan progresif yang disuarakan oleh Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar. Dalam berbagai kesempatan, Menteri Agama menekankan pentingnya memandang alam bukan sekadar sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi, tetapi sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat. Salah satu implementasi nyata dari gagasan ini adalah program penanaman pohon yang melibatkan lembaga-lembaga keagamaan, pesantren, tokoh agama, dan masyarakat luas.

 

Menteri Agama, KH Nasaruddin Umar, mempromosikan ekoteologi dan cinta sebagai dasar utama dalam program pendidikan Islam, termasuk memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan agama. Ekoteologi diartikan sebagai konsep yang membahas inter-relasi antara pandangan teologis-filosofis dalam ajaran agama dengan alam, khususnya lingkungan. Dalam konteks ini, Menag mendorong agar nilai-nilai cinta dan kepedulian terhadap lingkungan, termasuk pelestarian alam, diintegrasikan ke dalam pendidikan keagamaan. 

 

Ekoteologi: Menghimpun Iman dan Kepedulian Ekologis

Ekoteologi merupakan pendekatan teologis yang menempatkan lingkungan hidup sebagai bagian integral dari ajaran keimanan. Dalam konteks Islam, misalnya, manusia dipandang sebagai khalifah (wakil Tuhan) di muka bumi yang bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga ciptaan-Nya. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW sarat dengan perintah untuk menjaga keseimbangan alam dan larangan berbuat kerusakan (fasad) di bumi.

 

Gagasan Menteri Agama mengenai ekoteologi menekankan bahwa ibadah tidak hanya berbentuk ritual formal, tetapi juga harus tercermin dalam tindakan nyata yang membawa maslahat, termasuk dalam menjaga kelestarian alam. Maka, menjaga lingkungan hidup dipandang sebagai wujud nyata pengabdian kepada Tuhan. Dengan demikian, penanaman pohon bukan sekadar kegiatan simbolis, tetapi menjadi ibadah ekologis yang sarat makna spiritual.

 

Menanam Pohon sebagai Ibadah Ekologis

Salah satu program unggulan Kementerian Agama yang sejalan dengan gagasan ekoteologi adalah gerakan menanam pohon di lingkungan lembaga pendidikan keagamaan, kantor-kantor kementerian, serta rumah-rumah ibadah. Program ini tidak hanya bertujuan menambah tutupan hijau dan mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga membangun kesadaran kolektif umat beragama bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab iman.

 

Menanam pohon memiliki banyak manfaat ekologis dan sosial. Dari sisi ekologis, pohon berperan penting dalam menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, menjaga kelembaban udara, serta mencegah erosi tanah dan banjir. Dari sisi sosial, kegiatan ini menumbuhkan nilai gotong royong, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab bersama terhadap lingkungan sekitar.

 

Gerakan menanam pohon yang digerakkan oleh Kementerian Agama juga memiliki nilai edukatif. Di lembaga pendidikan seperti madrasah dan pesantren, kegiatan ini menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan sejak dini. Anak-anak diajarkan bahwa merawat pohon adalah bagian dari ibadah dan bahwa alam memiliki hak untuk dilestarikan. Dalam konteks ini, ekoteologi menjadi sarana pendidikan karakter berbasis nilai-nilai spiritual dan ekologis.

 

Kolaborasi Lintas Agama dan Pemerintah

Kekuatan lain dari pendekatan ekoteologi yang digagas Menteri Agama adalah potensi kolaborasi lintas agama dan lintas sektor. Semua agama di Indonesia pada dasarnya memiliki ajaran tentang pentingnya menjaga alam. Melalui pendekatan ini, pemimpin dan tokoh agama dari berbagai agama bisa bersatu dalam misi bersama menyelamatkan lingkungan.

 

Kolaborasi antara Kementerian Agama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, organisasi masyarakat, serta lembaga internasional juga menjadi kekuatan strategis. Dengan sinergi ini, gerakan ekoteologi menjadi lebih masif, terstruktur, dan berkelanjutan.

 

Diantara langkah nyata Implementasi ekoteologi yang digagas oleh Menteri Agama sebelum pelantikan Calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (CPPPK) tahun 2025, dengan mewajibkan semua peserta menanam pohon, merupakan langkah konkret dan inspiratif. Kebijakan ini tidak hanya menjadi simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan, tetapi juga bentuk nyata dari integrasi nilai-nilai keagamaan dengan kepedulian ekologis. Dengan mewajibkan tanam pohon sebelum pelantikan, Kementerian Agama secara efektif menanamkan pesan bahwa pengabdian sebagai aparatur sipil negara tidak hanya menyangkut tugas administratif, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual terhadap alam ciptaan Tuhan. Langkah ini patut diapresiasi dan dijadikan teladan oleh instansi pemerintah lainnya dalam mendorong kesadaran ekologis berbasis iman.

 

Ekoteologi; Menuju Peradaban Hijau Berbasis Iman

Gagasan Menteri Agama tentang ekoteologi merupakan langkah progresif dalam menghadirkan pendekatan spiritual terhadap isu lingkungan. Gerakan menanam pohon sebagai implementasi nyata dari konsep ini menunjukkan bahwa agama bukan hanya mengurusi urusan akhirat, tetapi juga memiliki peran penting dalam membangun peradaban yang berkelanjutan.

 

Di tengah krisis lingkungan global, pendekatan ekoteologi memberi harapan baru. Ia menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas para aktivis lingkungan, tetapi juga kewajiban setiap insan beriman. Dengan demikian, gerakan menanam pohon bukan hanya menumbuhkan rimbunnya dedaunan, tetapi juga menyemai nilai-nilai kasih, tanggung jawab, dan cinta terhadap ciptaan Tuhan. Itulah peradaban hijau yang lahir dari iman dan diwujudkan dalam tindakan nyata.

Fotografer : Tgk Mukhlisuddin Marzuki
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh