Banda Aceh (Humas)---Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Dr Samsul Bahri MAg mengisi kajian Jumatan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh (23/4/2021).
Dalam materi "Tauhid dan Tasawuf" Penceramah Masjid Raya Baiturrahman ini uraikan sistematis perjalanan Ilmu Tauhid dan Tasawuf, juga disiplin ilmu keislaman, sampai lahirnya Ilmu Kalam.
Semua sisi hidup bersinggungan dengan tauhid. Semua problem kita, problem yang terhubung dengan Allah. Kita bekerja sebenarnya sedang menanti jadwal ritual penghambaan pada Allah, 'sambilan jelang shalat'.
"Apa yang terbersit dalam benak kita, berkaitan dengan Tauhid," ujarnya.
"Kita yang bertauhid, selallu berkenaan dengan tidur dan bangun, marah dan senang serta sedih, dan aspek kehidupan lainnya," kata Samsul Bahri putra Nagan Raya.
Pengisi Halqah Maghrib Masjid Raya yang disiarkan ragam radio di Aceh ini, uraikan pasang-surut Tauhid dan Tasawuf, sampai 'cuma' dipahami Tauhid itu Sifat 20 dan Sifat (I'tiqad) 50.
"Sampai tersistimatisnya Ilmu Tasawuf, dengan tahapan-tahapan, melalui tokoh-tokoh: Hasan Basri, Ibrahim bin Adham, Rabi'ah Al-Adawiyah, Abu Yazid Al-Bustami, Al-Ghazali, Al-Halaj, hingga Hamzah Fanshuri," imbuhnya.
"Wahdatul Wujud yang dikembangkan Hamzah Fanshury, yang diperkenalkan Ibnu 'Araby, dan ini (karya Hamzah Fanshury) 'sumbangan' terbesar bagi dunia Islam," tambahnya.
Penceramah juga kaitkan dengan fenomena keseharian masa kini, kaitan dengan sarana, sampai dinamika Tastafi, Tauhid Tasawuf di Aceh.
Dalam sesi diskusi, dibahas tema Ahlussunnah, sesat, tariqat, mursyid, baiat, sampai sosok dan pemikiran Abu Hasan Al-Asy'ary.
"Sesat itu konstruksi tauhid yang salah, bukan lantaran perbedaan kitab dan guru. 'Sesat' dirangkul, itu lahan dakwah," pungkasnya.
"Sebenarnya yang 'sesat' itu kesalahan ghayah dan arah dalam ibadah, bukan karena Allah semata. Misal dhuha untuk kaya, puasa untuk sehat dan seterusnya. Lakasana kita ke Medan tapi sampai ke Geureutee," jawabnya dalam sesi diskusi.[yyy]