Teguh Syahputra dan Aghnia Salman, siswa kelas XII Madrasah Aliyah Neger (MAN) 1 Aceh Tengah, mengaku senang mendapatkan santunan dari Ihmal Market, usaha wakaf produktif Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Aceh Tengah.
Mereka dan 13 siswa MAN 1 lainnya mendapatkan santunan saat Hari Amal Bakti Kemenag ke-79 awal tahun ini dan Lebaran Anak Yatim pada 10 Muharam, 6 Juli lalu.
Ditemui di sekolahnya, Sabtu, 4 Oktober 2025 lalu, Keduanya duduk bersisian, mengenakan seragam pramuka. Teguh memakai peci hitam, mukanya lebih sering tertunduk, senyumnya pun seperti tertahan. Sementara Aghniya tampak lebih ceria.
“Alhamdulillah, bisa dapat bantuan dari Ihmal Market,” ucap Aghnia lirih, matanya berbinar.
Di sebelahnya, Teguh mengangguk pelan. “Senang juga, dapat bantuan itu,” katanya menimpali.
Teguh adalah seorang piatu yang tinggal bersama neneknya. Sehari-hari sebelum berangkat ke sekolah, ia membantu menyiapkan dagangan neneknya menjual sayur di pasar Paya Ilang, Takengon.
Sepulang sekolah, Teguh kembali ke pasar, membantu neneknya berjualan. Tugas sekolah, kalau ada, ia kerjakan di waktu malam.
Meski duduk di kelas tiga aliyah, Teguh tidak berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tidak berani bermimpi terlalu jauh, ia sadar dengan kondisi ekonominya. Asanya tertahan bersama sayur neneknya.
“Jadi pedagang aja, kayak sayur, gitu,” katanya lirih.
Ada pasrah di nada suaranya, tapi juga keteguhan yang selaras dengan namanya. Ia tahu, untuk sementara, cita-cita harus tunduk pada kenyataan ekonomi.
Berbeda dengan Teguh, Aghnia, bungsu dari lima bersaudara yang tinggal bersama ibunya ini menyimpan harapan yang besar.
“Abdi negara, Pak,” jawabnya tegas saat ditanya soal cita-cita. Ia ingin menjadi Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat), juga kuliah dan bekerja sampingan.
"Buka kursus silat, kayak gitu," katanya.
Benar, Aghnia adalah atlet pencak silat. Ia pernah mengikuti kejuaraan Popda (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) tingkat Provinsi Aceh, meski belum mendapat juara.
"Ini nanti mau Pra-PORA, bulan sebelas," ujarnya. Pra PORA (Pra Kualifikasi Pekan Olahraga Aceh) adalah ajang olahraga empat tahunan tingkat provinsi untuk mencari atlet-atlet yang akan mewakili kabupaten atau kota di PORA.
Keresahan Teguh dan Aghnia direspon cepat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kankemenag Aceh Tengah, Syahria Putraga. Mereka tidak perlu kuatir tentang biaya pendidikan nantinya selama mereka mau kuliah di Aceh Tengah.
Kemenag Aceh Tengah sudah menandatangani kerjasama dengan IAIN Takengon tentang beasiswa bagi anak berprestasi dan kurang mampu.
"Pak Kakankemenag sudah menyampaikan siapa yang mau masuk ke perguruan tinggi, khususnya di IAIN Takengon, Insyaallah, Ihmal Market akan membantu. Membantu semacam beasiswa, bahkan sampai selesai," kata Syahria yang juga nazir wakaf Ihmal Market.
Meski mendapatkan bantuan, keduanya tidak tamak. Teguh dan Aghnia sadar masih ada yang lebih susah dari mereka. Kalau ada bantuan lagi, ia ingin teman-temannya didahulukan.
"Masih berharap, Pak. Tapi, ada yang lebih susah dari kami, kan. Jadi, dahulukan dulu yang lebih susah dari kami," ujar Teguh.
Teguh dan Aghnia adalah wajah dari perjuangan banyak anak madrasah di pelosok negeri, bertahan di tengah keterbatasan, tapi tidak berhenti bermimpi.
Kisah Teguh dan Aghnia tidak lepas dari perjalanan Ihmal Market, sebuah ide kecil dari para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kemenag Aceh Tengah yang kini tumbuh menjadi gerakan besar.
“Ihmal Market ini cikal bakalnya dari tahun 2018,” tutur Wahdi MS, Kepala Kankemenag Aceh Tengah.
Saat itu, Kepala Kankemenag Aceh Tengah, Amrun Saleh mengajak ASN Kemenag di Aceh Tengah untuk berwakaf. Wahdi sendiri saat itu menjabat sebagai Kasubbag Tata Usaha.
Dibuatlah sosialisasi tentang wakaf produktif kepada para kepala madrasah, kepala KUA, penyuluh, kepala seksi, dan seluruh ASN yang ada di Kankemenag Aceh Tengah.
"Teman-teman tergugah. 'Oke kalau begitu kami mau berwakaf 10 ribu, wakaf uang,' terkumpul uang wakaf tadi lebih kurang 40 jutaan,” kenang Wahdi.
Dari dana itu, mereka menyewa ruko di Bebesen, Aceh Tengah dengan konsep sederhana, memenuhi kebutuhan para ASN, sembako dan kebutuhan dasar rumah tangga.
“Selama ini kan ASN belanja di tempat lain. Nah, kalau mereka belanja di market kita, keuntungannya bisa kembali ke umat. Jadi, dua-duanya dapat—dunia dan akhirat,” jelasnya.
Toko itu mereka beri nama Ihmal Market, akronim dari Ikhlas Beramal.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Setelah berjalan dua tahun, Ihmal Market sempat terhenti setelah 2020.
“Tentu fluktuatif ya, kadang naik, kadang turun. Tapi semangat itu tidak padam,” kata Wahdi.
Akhir tahun 2023 menjadi titik balik. Wahdi kembali ke Aceh Tengah dari Kepala Kankemenag Bener Meriah. Dengan semangat baru, ia mengajak kembali untuk membangun Ihmal Market di tempat baru.
Bangunan sederhana dari papan kemudian didirikan di lahan milik Kemenag Aceh Tengah, di samping MAN 1 Aceh Tengah.
"Ini tanah wakaf juga, ini konteks pinjam. Nanti kita berpikir bahwa suatu hari setelah hasilnya sudah lumayan kita dapatkan, mungkin kita bisa buat ruko sendiri, beli tanah sendiri. Akhirnya bisa mandiri," ujarnya.
Tidak tanggung-tanggung, untuk hasil yang lebih maksimal, selain market dibuat juga warung kopi, Ihmal Kopi Jaya yang menjual kopi, kue dan gorengan.
“Rencana awal hanya market, tapi karena lahannya cukup, kita buat juga kafe. Budaya Aceh itu kan suka ngopi setelah subuh. Dari situ lahir Ihmal Kopi Jaya,” ujar Wahdi.
Meski kecil dan sederhana, pengelolaannya tetap transparan dan teratur.
“Sudah ada rekening khusus untuk maukuf alaih,” ujar Syahria. “Setiap bulan, pengelola menyetor 30 persen untuk penerima manfaat.”
Saiful, pengelola Ihmal Market, memastikan pencatatan dan laporan berjalan baik.
"40-60. 40 persen untuk pengelola, 30 untuk pengembangan dan perawatan, 30 lagi untuk maukuf alaih," kata Saiful.
“Manajemennya sudah dibentuk—ada nazir, ada pengawas. Pencatatan masih saya kerjakan sendiri, yang penting manfaatnya nyata,” ujarnya.
Saiful sebagai pengelola market tidak ikut campur dalam penyaluran untuk penerima manfaat. Semua dikelola oleh nazir. Dia hanya fokus pada pengelolaan market dan kafe saja.
"Bukan saya. Pengawas (dari Kemenang), mereka yang menyalurkannya. Tergantung perjanjian wakafnya juga, ke mana disalurkan, mereka yang tahu," kata Saiful
Kini, Ihmal Market dan Ihmal Kopi Jaya menjadi lebih dari sekadar tempat jual beli. Ia telah menjelma menjadi wadah dakwah sosial, tempat di mana nilai keagamaan dan ekonomi saling bertemu.
“Dari awal kita ingin dua-dua dapat,” ujar Wahdi. “ASN dapat pahala, masyarakat dapat manfaat. Dunia dan akhirat sama-sama jalan.”
Sementara itu, semangat berbagi lewat wakaf terus berkembang. Masyarakat juga ikut mewakafkan langsung uangnya untuk Ihmal Market. Ke depan, Kemenag Aceh Tengah juga berencana membuka rekening wakaf untuk publik dan menggandeng beberapa bank syariah untuk pengembangannya.[]