Ia adalah ananda Cheryl Nazwa, siswi yang duduk di bangku kelas VIII pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Aceh Tengah, peraih mendali perak bidang studi IPA dalam ajang Smart Student Best Competition 2024 tingkat Nasional.
Smart Student Best Competition sendiri merupakan kolaborasi Kompetisi online bersama Olimpiade Indonesia untuk tingkat SMP/MTs, & SMA/MA/SMK. Kompetisi ini ini dirancang khusus untuk membantu meraih prestasi, mengukur kemampuan, dan mengembangkan potensi secara mendalam.
Cheryl merupakan anak yatim piatu. Setelah ditinggal mendiang ayah dan ibunya, ia diasuh oleh sang Nenek yang saat ini tinggal di Kampung Blang Kolak II, Bebesen, Aceh Tengah.
Semangat dan ketekunan telah membuatnya mampu mensejajarkan diri bahkan unggul dengan bintang-bintang dari daerah lain.
“Sebelum mengikuti lomba tingkat kabupaten, provinsi dan nasional, Cheryl terlebih dahulu mendapatkan pembinaan dari guru pembimbingnya sebagai persiapan mengikuti lomba,” sebut Fashihah selaku Kepala MTsN 1 Aceh Tengah.
Sementara itu Kepala Kantor kementerian Agama Kabupaten Aceh Tengah, H Wahdi MS MA mengapresiasi dan merasa bangga atas prestasi yang diperoleh siswi tersebut.
Hal ini menambah deretan prestasi yang diperoleh MTsN 1 Aceh Tengah. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi dan memacu siswa lain untuk berprestasi sesuai bakat dan kompetensi.
“Selamat kepada Ananda Cheryl Nazwa atas prestasi yang didapatkan dan semangat buat ananda lainnya, jangan putus asa, mari kita tingkatkan lagi usaha dan semoga kedepan mampu untuk mengukir prestasi yang selanjutnya” kata Wahdi saat acara seremoni pengalungan medali kepada Cheryl Nazwa di halaman kantor setempat, Senin, 13 Mei 2024.
Disebutkan, Wahdi telah berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah dengan menerapkan program pengembangan diri, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik.
"Dibawah kepemimpinan kami, kami akan fokus dalam peningkatan prestasi anak didik," sebutnya.
Ia juga mengakui banyak murid yang memiliki potensi, namun tidak didorong dan diarahkan oleh gurunya sehingga penjaringan siswa itu terputus.
"Potensi siswa kita di Kemenag saya akui hebat-hebat, banyak yang memiliki potensi bagus, tapi kemauan kita yang belum kuat," tutup Wahdi.[]