CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Bahasa Aceh Bertemu AI, Cara Siswa MAN Sabang Melestarikan Budaya Tutur

Image Description
Rizal Fahmi
  • Kontributor
  • Dilihat 169
Rabu, 1 Oktober 2025
Featured Image
Dari kiri ke kanan, Zhairah Salsabila, Chairul Amna dan Dea Fitriani bersama guru pembimbing riset, Hafiz Arif Lubis

Zhairah Salsabila, Dea Fitriani, dan Chairul Amna patut bangga. Pasalnya, Rabu, 1 Oktober 2025, proposal riset mereka tentang peranan kecerdasan buatan (AI) untuk pelestarian Bahasa Aceh dinyatakan lolos babak semifinal Festival Madrasah Young Researcher (FEST MYRA) 2025 yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) Indonesia Provinsi Aceh.

 

Bagi Zhairah, Dea, dan Amna yang merupakan siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sabang, keberhasilan lolos semifinal FEST MYRA 2025 bukanlah akhir. Lebih dari itu, mereka ingin menunjukkan bahwa Sabang bisa turut berkontribusi bagi Aceh.

 

“Kami ingin membuktikan bahwa Sabang bukan daerah yang tertinggal, tapi justru mampu memberi kontribusi nyata. Bahasa Aceh adalah identitas kita, dan teknologi bisa menjadi jembatan agar ia tetap hidup di hati generasi muda,” kata mereka optimis.

 

Zhairah bercerita, ide riset ini muncul ketika mengamati teman-temannya. Banyak kawannya yang tidak bisa bertutur kata dalam Bahasa Aceh.

 

“Fenomena ini membuat kami berpikir, apa yang bisa dilakukan agar Bahasa Aceh tetap hidup, khususnya di kalangan generasi muda. Dari sanalah muncul gagasan untuk menggunakan AI,” kata Zhairah.

 

Penggunaan kecerdasan buatan dipandang tepat karena generasi muda sangat akrab dengan teknologi digital. Menurut Zhairah, AI bisa jadi media yang menarik dan efektif. Misalnya sebagai platform pembelajaran berbasis digital, pengenalan suara, hingga alat penerjemah otomatis.

 

"Dengan itu, Bahasa Aceh bisa hadir lebih adaptif tanpa kehilangan makna aslinya,” jelasnya penuh semangat.

 

Bagaimana nilai filosofi Aceh dilibatkan dalam riset mereka? Teman satu timnya, Chairul Amna menjelaskan, “mate aneuk meupat jeurat, mate adat pat tamita” bukan sekadar pepatah, melainkan pesan mendalam bahwa hilangnya adat dan bahasa berarti hilangnya identitas.

 

“Kami ingin AI bukan hanya sebagai alat, tapi juga sarana untuk menghidupkan kembali makna filosofis ini. Jadi, belajar Bahasa Aceh menjadi sesuatu yang bermakna, bukan sekadar hafalan kata,” ujar Amna.

 

Melalui riset ini, tim siswa MAN Sabang mengusulkan agar AI digunakan untuk berbagai bentuk pembelajaran bahasa Aceh: mulai dari membangun bank kosakata, menyediakan fitur penerjemah, melatih pelafalan dengan blackbox AI, hingga menyajikan kalimat kontekstual yang dekat dengan keseharian anak muda.

 

"Dengan cara ini, Bahasa Aceh dapat lebih mudah dipelajari, sekaligus tetap terjaga keasliannya," katanya.

 

Senada dengan ketiga siswanya, guru pembimbing mereka, Hafiz Arif Lubis juga menekankan bahwa melemahnya penggunaan bahasa Aceh di kalangan siswa merupakan fenomena serius.

 

“Banyak anak merasa malu atau menganggap Bahasa Aceh ketinggalan zaman. Jika dibiarkan, bukan hanya kosa kata yang hilang, tetapi juga nilai-nilai filosofis dan budaya yang terkandung di dalamnya. Padahal pepatah Matee Aneuk Meupat Jeurat, Matee Adat Pat Tamita adalah penegasan bahwa hilangnya adat sama dengan hilangnya jati diri sebuah komunitas. Karena itu, riset siswa ini menjadi penting sebagai upaya melestarikan bahasa Aceh dengan pendekatan yang sesuai zaman,” jelasnya.

 

Kepala MAN Sabang, Saddam Kadafi menegaskan bahwa keberhasilan siswa ini merupakan hasil kerja keras mereka sendiri sekaligus dukungan dari para guru. Sebagai kepala madrasah, ia selalu mendorong siswanya untuk berani bermimpi dan menuliskannya dalam bentuk riset.

 

“Ini menjadi motivasi agar lebih banyak lagi siswa MAN Sabang yang berani tampil membawa ide besar bagi Aceh dan Indonesia,” ucapnya.

 

Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama (kankemenag) Kota Sabang, Samsul Bahri memberikan apresiasi khusus atas capaian ini. Hal ini ia sampaikan setelah melepas kontingen Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Kota Sabang.

 

“Ini menunjukkan bahwa siswa madrasah di Sabang mampu menghadirkan riset yang tidak hanya relevan, tetapi juga berpihak pada pelestarian kearifan lokal. Saya berharap ide-ide kreatif seperti ini terus dikembangkan sehingga madrasah benar-benar menjadi pusat lahirnya generasi yang cerdas, berkarakter, dan peduli terhadap budaya,” ujarnya.[]

Editor : Muhammad Yakub Yahya
Fotografer : Ayu Zakia
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh