[Baiturrahman | Yakub] Dua pekan sebelum wisuda, atau usai ujian semester genap 1436 H/2015, TPQ Plus kembali menggelar aneka musabaqah/lomba, serta HB3 atau ‘rihlah’. Aneka lomba diikuti murid, ustadz/ah, dan wali murid, bersambung dalam HB3. Selalu yang sangat berkesan ialah kalah-menang tarik tambang walimurid yang pria vs ustadz, dan menang-kalah tarik tambang ustadzah vs wali yang wanita.
HB3 (Hari Belajar, Bermain, dan Beramal), yang tahun ini dipilih lokasi yang sangat alami, Pantai Jantang Lhoong, Jalan Banda Aceh Lamno km 46 (lewat air terjung Seuhom) itu, bertujuan di samping jadi ajang pencarian bakat murid, silaturrahmi, dan juga refresing para murid, ustadz, dan wali murid setelah ujian.
Asyik dan meriahnya, terasa sejak 10 truk reo yang ada bangku dari Kodam (yang sering parkir di samping kolam renang kuta alam) sudah berjejer di depan Masjid Raya, sejak pukul 08.00 WIB.
Jadi, di samping tujuan tadi, salah tujuan sampingan ialah meleburkan sekat lembaga dengan tentara, yang selama ini lumayan baik, misalnya jamaah tetap Masjid Raya ada yang dari komandan TNI, dalam shaf yang sama, dengan shaf ustadz itu, dan komunikasi pun lancar.
Dalam perjalanannya, peserta dari walimurid (keluarga), murid, dan ustadz/ah leluasa menikmati pemandangan Paro dan Kulu, serta kaki Geureutee, di samping ada ni’mati deri dalam 50-an minibus pribadi. Murid yang numpang moto tantra (mobil tentara) bisa bercengkrama dengan sopir loreng itu.
“Saya dari Jambi, mas…,” ujar salah satu sopir, Praka Wahyu. “Pernah ke Jambi…?” Saya bilang, “September lalu dengan kontingen Musabaqah Santri kami lama di Olak Kemang Jambi Seberang….” Silaturrahmi pun lancar hingga truk meraun-raun di puncak Gunung Kulu.
Kata Wadir, Ridhwan MA (juga MAS Darusysyari’ah), “Usai ujian, sebelum wisuda, digelar HB3 (Hari Belajar, Bermain, dan Beramal) atawa rihlah ke Jalan Banda Aceh-Lamno km 46 pantai Jantang, Gampong Jantang Lhoong, Ahad 17 Mei.”
“Kita sewa reo yang ada bangku/bus hingga 10 unit untuk murid dan walinya, juga ustadz, meskipun biasanya ada yang bawa puluhan mobil pribadi…,” kata Syukri Zulkifli MA, Ketua Panitia.
Sebelumnya, selama 10 hari, anak didik yang hampir 900 santri di bawah binaan 130 ustaz/ah, melengkapi nilai ujian, usai mereka belajar dua, empat, atau enam semester.
Dalam Masjid dan halaman selatan Baiturrahman, dari jenjang Taman Kanak-kanak Al-Quran (TKQ), Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), Ta’limul Quran lil Awlad (TQA), hingga Ta’limul Quran lisy Syabab (TQS), meramaikan suasana sore, sebelum acara rihlah dan wisuda itu.
“Usai ujian, hingga pewisudaann (tasyakur, wisuda, dan munaqasyah) ke 19 (Selasa, 2 Juni 2015), pengajian belum libur, dan dilanjutkan dengan ujian susulan (bagi yang sakit), latihan-latihan, dan lomba, serta belajar,” kata Kabag Pengajaran dan Wakabagnya Nadiatul Hikmah SAg dan Afdhalil Ilyas SPdI, yang juga guru SMAN 1 Banda Aceh.
“Kita terima murid baru, lusanya usai wisuda (wisuda di AACDayan Dawood Darussalam, Selasa 2 Juni), yakni sejak Kamis (4 Juni), dalam kapasitas terbatas,” ujar Melly Andriani SPdI (juga guru TK Sari).
“Libur anak-anak selama dua pekan (tapi kantor buka), selama masa penerimaan murid baru, dan pengajian Semester Ganjil, di pekan pertama puasa,” ujar Rafiqa Rahmah SPdI (yang juga karyawati TB (Toko Buku) Furqan Darussalam).
“Penerimaan murid selama 3-4 hari, sorenya, bukan pagi. Wali mendaftar dulu, lalu nomornya dibagi, lihat tanggal seleksi, dan yang lulus seleksi (tes ukuran anak-anak), baru ada formulir,” jelasnya. Sekitar usia 5-18 tahun untuk jumlah 300 calon santri.
“Ya, kami memilih tasyakur Selasa (2 Juni), tanggal merah (gladi Senin sebelumnya, untuk hindari mati lampu. Jika kami buat Ahad Kopelma langganan mati lampu Sabtu-Ahad). Jika lampu mati, mata solar genset kita yang tanggung,” sambung Sekretaris Panitia Afnan SPdI.
“Moga jika pilih Selasa, lampu PLNon…” keluh Bendahara Samsul Bahri yang juga khadam Baiturrahman dan mantan Bendahara Masjid Raya…. [muhammad yakub yahya, direktur]