[Batam | Mardani Malemi] “Dhuuuk!” benturan keras tapi lunak menandakan landing pesawat Lion Air setelah terbang hampir dua jam dari Bandara Sultan Islandar Muda ke Hang Nadim Batam.
“Alhamdulillah!” terdengar ucapan dari seseorang di dalam kabin pesawat. “Alhamdulilllah,” saya jawab. “Orang Aceh masih ada.”
“Welcome to Hang Nadim International Airport!” Hang Nadim adalah salah satu Bandara tersibuk di Indonesia. Jadwal penerbangannya hampir setiap 20 menit sekali. Tapi, arsitektur dan kenyamanan fasilitasnya mungkin masih kalah dengan Bandara Sultan Iskandar Muda saat ini.
Sebelumnya, mulai dari ruang tunggu Bandara Sultan Iskandar hingga naik ke pesawat, saya mencoba menghitung siapa saja yang ikut dalam rombongan ini. Ada kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, kepala kantor wilayah dan kepala kantor Kementerian Agama dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Juga kepala bidang Pendidikan Agama Islam, Kasi Pendidikan Islam (Pendis), Pendidikan Agama & Keagamaan Islam (Pakis) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) beserta staf lainnya.
Ini pertama kali saya ke Batam. Saya tidak tau yang lainnya. Belakangan Ibu Wildani, Kasi Pendis Kankemenag Kota Lhokseumawe mengatakan kepada saya bahwa ini adalah kali kedua kemari. Tapi saat itu Bu Wil (sapaan akrabnya) tidak ikut dalam rombongan kami dari Banda Aceh ke Batam. Melainkan berangkat dari Bandara Kuala Namu, Deliserdang, Sumatera Utara karena alasan keluarga.
Saya jadi ingat, perkemahan Pramuka santri nasional pernah digelar di sini (Batam). Saat itu, Pak Maiyusri, kepala Kankemenag Bireuen sekarang (dulu Kasi Pakis) juga pernah ikut dalam rombongan Pramuka santri tersebut.
Saya berdoa semoga Allah meridhai perjalanan ini. Sempat terlintas seandainya pesawat ini jatuh. Banyak pemimpin di sini. Tapi cepat-cepat saya buang jauh-jauh. Saya kembali berdoa.
“Alhamdulillah, Allah meridhai perjalanan kami.” Saya kembali teringat jika kelak pemimpin-pemimpin kita pensiun atau meninggal (semoga Allah memberi kesehatan kepada mereka. Amiin). Apa yang terjadi? Saya yakin akan sangat cepat mencari 23 kepala Kemenag kabupaten/kota, kepala Kanwil dan bahkan menteri sekalipun. Sistem dan regenerasi lembaga ini saya pikir sudah berjalan.
“Apa juga yang susah?” saya pikir mencari hal terbaik dan humanis yang pernah mereka kerjakan.
Di Batam, kepala Kantor Kementerian Agama-nya ternyata orang Aceh tulen. Beliau menempuh pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga Aliyah di Peureulak, Aceh Timur. Namanya Drs. H. Zulkifli Aka, M.Si. Bendaharanya yang menjadi pambawa acara pada malam itu ternyata juga orang Aceh, Mahdalena, perempuan asal Bireuen. Pak Zulkifli memperkenalkannya untuk kami. Orang-orang Aceh ternyata mendapat kepercayaan di sini.
Pak Zulkifli sempat menyentil tentang istilah tak resmi dari Batam. “Batam,” katanya, “Anda Datang Amoy Menunggu.” Ini bukan tanpa alasan, di Kota Batam memang banyak terdapat komunitas orang Tionghoa. Bahkan di kawasan Hotel Nagoya Plasa tempat acara kami berlangsung, “Nagoya.”
Beliau juga sempat menyebut tentang “Bukit Senyum.” Benar memang, kita bahkan tersenyum-senyum sendiri bila berdiri diatas bukit itu dan melihat “kecantikan wajah” tetangga, Singapura.
Di Batam, Pak Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh juga sempat mengungkapkan tentang keharmonisan, kehumanisan kerja dan cita-citanya. Usahanya memaksimalkan fungsi Ortala (organisasi dan tatalaksana) yang berada dalam satu sub bagian dengan kepegawaian.
Beliau (Kakanwil) bercerita tentang setiap saat memeriksa buku tamu ada saja guru yang datang ke Kanwil dari berbagai daerah untuk mengurus pangkat dan kepala madrasah yang datang membawa proposal anggaran.
“Bisa dibayangkan berapa banyak energi yang terbuang dari seorang guru. Berapa anak didik (murid) yang terkorbankan karena seorang guru tidak berada di sekolah. Padahal ia pergi untuk mengurus pangkat yang sebenarnya sudah ada Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) orang yang mengurusnya,” ujar Kakanwil.
“Begitupula dengan kepala madrasah yang datang membawa proposal. Padahal sekarang zamanya digitalisasi dan komputerisasi. Jaringan internet dimana-mana.”
Untuk itu, Kakanwil menyatakan komitmen dan cita-citanya agar Kanwil Kemenag Provinsi Aceh mempunyai aplikasi yang mumpuni untuk merencanakan, mengelola dan mengontrol sistem penganggaran.
“Mudah-mudahan tidak ada lagi kedepan kelebihan anggaran di Satker yang satu dan kekurangan anggaran di Satker lainnya. Anggaran direncanakan dan dilaksanakan sesuai kebutuhan dan cita-cita Kementerian Agama,” harapnya.
Rumitnya perencanaan dan penata laksanaan anggaran juga diakui Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs. Hasanuddin Darjo, MM yang hadir secara khusus di Batam atas undangan Kakanwil dan Kabid PAI, Drs. H. Saifuddin AR.
Pak Darjo malah meminta Irfan (staf Bidang PAI Kanwil) untuk mematikan kamera video yang ia standbykan untuk kerekam jalannya Rakor PAI di Batam. “Matikan, matikan itu dulu!” kata mantan Sekda Aceh Tenggara ini dengan penuh “emosional” dan semangat saat berbicara tentang penataan pendidikan Aceh. Ia menyatakan bersyukur hubungan kerja yang harmonis, humanis dan penuh semangat terjalin dengan Kanwil Kemenag Provinsi Aceh.
Off the record itu kemudian juga menjadi salah satu brainstorming bagi peserta Rakor hari itu. Selain yang utama, komitmen dan cita-cita Pak Kakanwil.
Ya, saya sepakat. Secara brainstorming dan pelatakan dasar semangat tata kelola pemerintahan dan penganggaran yang lebih baik, Rakor Batam berhasil. Apalagi unsur BPKP, Kanwil DJBP Aceh serta para Kakankemenag sebagai leader di kabupaten/kota ikut hadir di Batam.
Saat itu Pak Kakanwil menyatakan akan berusaha mensupport tim perencanaan dan keuangan Kanwil agar dapat segera menyelesaikan aplikasi terkait rencana kerja anggaran sebelum Rakor RKA-KL (Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga) Meulaboh. Dan, bisa disosialisasikan saat Rekor nantinya.
Kini, brainstorming dan pengarahan sebelum garis start telah berlalu, Meulaboh saya pikir adalah titik start dimana perlombaan akan dimulai. Sepanjang tahun 2016 adalah rute perlombaan dan finish-nya adalah DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) tahun 2017 yang sesuai kebutuhan dan mampu mewujudkan cita-cita bersama kementerian ini nantinya. Diseluruh Satker yang ada. Dari Kanwil, kantor kabupaten/kota hingga ke madrasah negeri. Semoga! Selamat be-Rakor. [yyy]
[Mardani Malemi, staf Seksi Pakis Kankemenag Bireuen/peserta Rakor Batam]
[Keterangan foto: Kakankemenag Kota Batam, Drs. H. Zulkifli, Kakanwil Kemenag Prov. Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, Kadis Pendidikan Aceh, Drs. Hasanuddin Darjo, MM, Kabid PAI Kanwil Kemenag Prov. Aceh, Drs. Saifuddin AR (dari kiri ke kanan) saat pembukaan Rakor PAI di aula Hotel Nagoya Plasa, Kota Batam, Selasa (9/2/2016). Foto: darwin]