Banda Aceh (Yakub) --- Di antara Ketua Regu (Karu) dan perwakilan jamaah haji 2017, Drs H Zulkifli bin Hasan MM, mengapresiasikan kinerja penyelenggaraan haji kita tahun ini. Namun harapnya, meski penilaian sudah kian baik, ke depan harus ditingkatkan mutu layanan di sana dan sebelum ke sana.
"Fiqih yang berlaku dalam penyelenggaran haji, ialah “Fiqih Kementerian Agama”," ajak mantan satu asisten di Setda Aceh dan mantan Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, warga Gampong Pineung Banda Aceh.
Harapan Pak Jol (sapaan jamaah dalam Kloter 4) ini, setelah memperhatikan ada keragaman pelaksanaan di lapangan, seakan lebih menonjol apa yang disampaikan pembimbing manasik dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
Harapnya, ke depan bagaimana cara lebih menonjol petugas kloter dan pemerintah, bukan pula pemahaman haji pembimbingnya. Juga bukan lebih dominan uniform KBIH jamaah, tapi baju nasional dan kloter.
"Manasik haji selama ini, masih pada tataran fiqih, belum mengarah pada perjalanan haji masa kini, yang perlu diaktualisasikan dengan kondisi sekarang. Memang rukun dan wajib haji tetap. Informasi haji perlu di-update-kan," jelas Kakanwil Kemenag Aceh, Drs HM Daud Pakeh, dalam rapat haji itu.
"Perlu sertifikasi petugas manasik haji, sehingga mampu memberi materi manasik yang aktual," sambungnya, di aula Kanwil.
Ajaknya, termasuk isi manasik yang harus dimasukkan ialah soal Baitul Asyi. "Ada jamaah yang memasukkan kartu Baitul Asyi bersamaan dengan paspor di tas dadanya. Saat paspor dikerluarkan, ikut dikeluarkan juga kartu jamaah Aceh itu," jelas Kakanwil, yang juga tahun ini diamanahkan membantu penyaluran kompensasi dana hibah Habib Bugak di Makkah.
Rapat diikuti mitra terkait, dan jajaran panitia haji. "Pembinaan sudah maksimal, juga sosialisasi kartu Baitul Asyi," jelas tim Penerimaan dan Pembingan dari Pembantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPPIH), Drs H Hamdan MA yang juga Kabid Urais Binsyar Kanwil.
Rapat juga dihadiri jamaah dan petugas Baitul Asyi dari Makkah, Tgk H Jamaluddin Alfian. Hal yang menarik, darinya adalah kebutuhan jamaah Aceh soal manasik haji masa kini.
Kini mendesak buku manasik aktual yang sesuai dengan kondisi jamaah Aceh, dan situasi Arab Saudi hari ini. "Abu-abu selama ini isi manasik, mesti dibawa sekali ke Tanah Suci, hasilnya nanti bisa dibuat satu buku manasik bersama," ajak Jamaluddin Alfian, yang pernah jadi Perwakilan dari Badan Wakaf Habib Bugak Asyi.
Tgk Jamal akui, memang pernah ada isu rencana penggunaan sebagian dana Baitul Asyi, untuk layanan haji tahun berikutnya. Namun informasi disampaikan secara tidak utuh, berlainan dengan kenyataan di sana, dan isu itu sudah selesai.
"Maka perlu koordinasi antara pengurus Baitul Asyi dan gubernur. Tahun depan Baitul Asyi yang tahun ini telah dicairkan Rp 23 milyar itu, bisa dialihkan pencairannya di Aceh," ajak putra Kabupaten Bireuen itu.
Sambungnya, "Haji plus tidak dibenarkan mendapatkan Baitul Asyi, karena ia diberangkat via travel luar Aceh." Haji Jamal pula yang menjadi jaminan, bagi jamaah Aceh yang kehilangan kartu dana kompensasi hibah.
Rapat Evaluasi Penyelenggaran Haji Embarkasi/Debarkasi Aceh 1438 H/2017 M, telah usai, beberapa hari lalu, bersamaan dengan syukuran dan pembubaran Panitia Pentas PAI Nasional, Rabu 25 Oktober 2017/5 Shafar 1439 H.[SY]
.