[Banda Aceh | Yakub] Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun, atas musibah crane di Masjidil Haram, dan musibah Mina, yang renggut ratusan nyawa jamaah haji dari pelbagai negara, termasuk Indonesia.
Terakhir, menurut laporan panitia di Embarkasi Aceh/info haji web ini, jamaah yang meninggal ialah Hj Cut Salihin binti Tgk Hamzah (77 tahun), Kloter 2 (BTJ-002), warga Gampong Suka Makmur Aceh Singkil. Almarhumah meninggal Jumat (25 September) pagi Waktu Arab Saudi (dhuha di Aceh). Juga H Ismail bin Yusun bin Adam (72 tahun), Kloter 1 (BTJ-001), warga Gampong Lambarih Bak Mee Suka Makmur Aceh Besar. Almarhum meninggal isya Waktu Saudi Arabia (tengah malam di Aceh). Keduanya dimakamkan di Syaraya Makkah.
Jamaah haji asal Aceh yang juga meninggal di Tanah Suci ialah Hj Salbiyah binti Teungku Basyah (61 tahun), Kloter 5 (BTJ-005), warga Gampong Krueng Manyang, Kuta Makmur Aceh Utara, yang meninggal di Mina. Ini jamaah yang keempat yang meninggal dalam laksanakan rukun haji, yang berangkat sejak 8 September lalu itu. Demikian keterangan yang disampaikan Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Kabid PHU) Kanwil Kemenag Aceh, Drs H Herman MSc MA.
Menurutnya, meski bersamaan dengan musibah saat menuju ke jamarat (jumrah), almarhum meninggal karena sakit can cuaca yang menyengat hingga 43 derajat celcius. Jadi, tidak masuk dalam syuhada kasus Mina, pada hari pertama lebaran (Kamis, 10 Dzulhijjah/24 September) itu. Almarhum yang memang selama ini ada masalah dengan jantung, dimakamkan di Syaraya Makkah, ba’da Jumat di Makkah (‘ashar di Aceh).
Sementara sebelumnya (Kamis, 24 September) juga, Hj Aisyah Genap Bekor (80 tahun), Kloter 8 (BTJ-008), meninggal karena sakit dan cuaca yang sangat panas. Jadi, meninggalnya almarhumah asal Bener Meriah (Gampong Pante Raya), pada sore Kamis (ba’da maghrib di Aceh) tidak ada hubungan dengan kasus Mina juga.
Sebelumnya, ada dua jamaah Aceh yang telah meninggal selama musim haji 1436 H. Terasuk yang meninggal seusai wukuf pada Rabu (9 Dzulhijjah/ 23 September) ialah Hj Nurhayati binti Ishak bin Hasan (62 tahun), Kloter 6 (BTJ-006), warga Gampong Keude Luengputu Pidie Jaya; dan H Abdullah bin Umar bin Ali (62 tahun), Kloter 5 (BTJ-005), warga Gampong Meunasah Mee, Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Pak H Herman MSc, yang juga Sekretaris Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH), bahwa warga Aceh bagian di antara umat 140 negara alami kepanasan dan dehidrasi.
Sampai kini, ada dua jamaah yang masuk sedang dirawat karena sakit, Nurdin Abdul Gani, Kloter 7 (BTJ-007), asal Bireuen. Satu lagi atas nama Mariana Emma Leman binti Tambunan, Kloter 3 (BTJ-003), asal Nagan Raya, yang sakit karena kekurangan kadar glukosa darah.
Juga yang masih dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, usai dan sebelum pelemparan jumrah ialah Zainabon binti Abdul Gani bin Syamaun (Kloter 5/BTJ-005), warga Gampong Cot Girek Muara Dua Kota Lhokseumawe, Khatijah binti Basyah Abdullah warga Gampong Ketapang Aceh Jaya. Dan yang dirawat di RS Zahir adalah Umar bin Kasim bin Adam (Kloter 8/BTJ-008) warga Gampong Amor Bener Meriah.
Sementara, laporan dari Makkah, umumnya jamaah haji Indonesia dan Aceh memilih nafar awal dalam prosesi pelemparan jumrah. Nafar awal, jamaah haji meninggalkan Mina pada Sabtu (12 Dzulhijah 1436 H/ 26 September 2015), fase awal. Nafar ialah meninggalkan Mina dan berniat untuk tidak kembali lagi ke Mina
Jamaah duluan meninggalkan Mina, menuju ke Makkah dan hanya melontar jumrah 3 hari (Kamis-Sabtu, 10-12 Dulhijjah/ 24-16 September), dengan batu/kerikil yang dilontar jamaah pada nafal awal adalah 49 butir. Meninggalkan Mina setelah tergelincir matahari.
Nafar awal boleh, nafar tsani bisa, tak ada larangan dan dosa (QS Al-Baqarah 203). Nafar tsani, jamaah melontar jumrah selama 4 hari (Kamis-Ahad, 10-13 Dzulhijah/ 24-27 September), dengan jumlah batu yang dilontar nafar akhir ini 70 kerikil. Jamaah baru meninggalkan Mina pada Ahad (13 Dzulhijah/ 27 September).
Lokasi pelemparan jumrah di Mina ada tiga: ‘aqabah, ula dan wustha. Atau disebut juga ula wustha dan kubra. Tragedi Mina terjadi, sebelum sampai ke lokasi pelemparan, yang merupakan lokasinya pelemparan setan oleh Nabi Ibrahim as bersama anaknya Ismail as, duluuu sekali.
Usai nafar awal atau nafar tsani, jamaah haji asal Aceh siap-siap selesaikan rukun dan sunat haji lainnya, sebelum ke Madinah (karena Gelombang II). Di antaranya tahallul, yakni mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit rambut saja. Dengan menggunting mahkota ini, berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat ihram ibadah haji atau umrah.
Jamaah juga laksanakan thawaf wada’, yang bermakna perpisahan yang dilakukan ketika berpamitan dengan Makkah. Sementara prosesi sebelum itu semua, ada di ‘Arafah dengan wukufnya (Rabu, 9 Dzulhijjah), yang diawali dengan persiapan pada Selasa (8 Dzulhijjah) di Mina.
Area Mina ada di antara Makkah dan Mudzalifah. Dan Mudzalifah lokasinya di antara Mina dan ‘Arafah. Saat kumpulkan batu menuju Mina, sunat bermalam (mabit) di Mudzalifah. Selamat Idul Adha, mohon maaf lahir dan batin….
[foto: jch kloter 5, aceh utara dan kota lhokseumawe; kloter 6, aceh timur, kota langsa, aceh tamiang, pijay; kloter 8, aceh barat, aceh tengah, bene meriah, aceh jaya; kloter 1 aceh besar dan banda aceh]