CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

`Jihad Itu di Jalan Allah, bukan di Jalan Thamrin`

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 508
Jumat, 29 Januari 2016
Featured Image

[Banda AcehYakub/]  Diawali dengan kutipan ayat 257 QS Al-Baqarah (2), yang makananya, “Allah itu tempat berlindung-bergantungnya orang mukmin, yang mengeluarkannya dari kegelapan menuju ke cahaya (an-nuur). Sedangkan orang kafir itu pelindungnya ialah thaghut (patung, simbol, dunia, atau sembahan materi dan nonmateri yang selain Allah), yang mengeluarkannya dari cahaya menuju kegelapan (azh-zhulm),” khatib Jumat di Masjid At-Taqwa itu, ajak jamaah laki-laki, dalami makna zhalim.

Ayat yang maknanya di atas itu, tersurat dua ayat setelah ayat Kursy.Allaahu waliyyulladziina aamanuu yukhrijuuhum minazhzhulumaati ilannuur, walladziina kafaruu awliyaa-ahumuth thaghuutu yukhrijuunahum minannuuri ilazhzhulumaat, ulaa-ika ash-habunnaari humfiihaa khaaliduun,” teksnya QS 2: 257 itu.

Zalim (azh-zhalim) itu lawan dari adil (al-‘adl). Kekafiran itu puncak kezaliman. Zhalim, lanjut khatib H Abrar Zym SAg, di ruang masjid lantai dua itu, “Adalah hamba yang menganiaya, menzalimi, menempatkan nikmat bukan pada proporsinya, dan membangkang aturan, dan tidak adil.”

Ustadz yang orator, yang lumayan kocak (di luar khutbah), lanjutkan di masjid di jalan KH Ahmad Dahlan, barat laut Blang Padang itu jelaskan dengan, “Nikah itu menenteramkan. Sebaliknya ‘jajan di luar’ (di Medan itu misalnya), atau zina itu menzalimi, itu zalim.”

Syirik (asy-syirk) dan kesyirikan itu puncak kezaliman. “Di antara prilaku zalim itu, ialah marah, umbar amarah, kasar, bengis, menganiaya, mengambil hak tanpa hak, dan membunuh,” di antara paparan aktivis Ikatan Siswa Kader Dakwah (Iskada) Aceh, H Abrar, di Masjid Muhammadiyah Aceh itu.

{H Abrar Zym bersama Kakanwil, Kadisdik, para Kabid, dan Mendikbud, Desember lalu di salah satu warung di Banda Aceh}

“Masuk zhalim itu, siapa saja yang jika diajak ikuti ayat dan hadits, sudah jelas dan dibilang padanya, ini ada dalil al-Quran dan as-Sunnah, tetapi dia tetap menolak, dengan menjawab suara keras: apa selalu Quran dan Sunnah, peue sabe Kuru-an Hadih. ini ada dalil yang lain. Dia mendasarinya pada pikiran sesatnya. Sehingga dia tergiring dalam kesesatan,” sambung khatib  H Abrar Zym, yang juga Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesanteren Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh, yang berbaju putih, dan berkacamata itu.

Gafatar itu, satu kasus aliran sesat yang baru-baru ini yang kembali dimunculkan,” jelas khatib asal Labuhan Haji Aceh Selatan itu, “Bahwa mereka yang tak ada shalat, atau shalat sekali, atau mengingkari ibadah lainnya, itu sesat, dan menyesatkan.” Aliran sesat itu, dengan gonta-ganti namanya itu, zalim dan pengecut!

“Di antara penyebab zalimnya seseorang, atau kelompok orang,” jelasnya, “Misalnya, karena pertama, dia tak siap menerima kekurangan, akhirnya dia menjelek dan mencelakakan saudaranya. “Han jeuet na manok agam laen, tak boleh ada ‘ayam jago‘ lain,” itu tanda prilaku egois dalam masyarakat, dan zalim.

Sebab lain, kedua, karena dia tunduk pada syahwat yang berlebihan. Di sini khatib jelaskan, bahwa zina itu zalim, “Jajan di Medan, atau di mana saja, itu haram.” Dan, nikah (an-nikaah) itu mengademayemkan.

[Kabid PD Pontren H Abrar Zym SAg dan Khalid SH (Kasi di Bidang PD Pontren) saat mematerikan satu acara, 2015]

Zalim juga pada syahwat kekuasaan, yang dengan ini, seseorang membunuh lawan politiknya, untuk naik, naik, dan naik lagi. Di sini khatib jelaskan bahwa Nabi saja cuma sekali naik, naik ke puncak keagungan (mi’raj), dan turun kembali mengajarkan umat akan etika politik, dan ‘cara naik’.

Jika diurai, sungguh kepanjangan khutbahnya, maka khatib memungkas beberapa penyebab zalim itu. Termasuk zalim karena, sebab ketiga, membangkang pada aturan. Ketika disodorkan dalil, dia menolak dengan kedunguan dan kesombongannya.

Dalam materi khutbah, sempat merinci: betapa tidak sangkut paut antara teroris dan jihad, yang  memang itu tidak sama. Soal membunuh, khatib sempat beranekdot, dari mimbar (disahuti jamaah dengan senyum dikulum, dan ini beberapa kali jamaah tampak tersenyum). Sungguh jihad itu berjuang dengan diri, pikiran, daya, harta, ilmu, dan kekuasaannya di jalan Allah, bukan jalan setan, bukan jalan syahwat, dan bukan jalan thaghut.

“Usai bom di Jalan MH Thamrin Jakarta, ada kiai (kiyai) ditanyai orang, apakah membom, bom bunuh diri, di Jalan Thamrin, apa itu masuk jihad?”

Sang kiai pun menjawab, setelah memahami lain, dan berkilah lain, bahwa “Jihad itu di Jalan Allah, bukan di Jalan Thamrin.” 

(Judul di atas memang dalam ‘tanda petik’, bukan hal diseriuskan, meskipun bisa serius; sepenggal pertama memang serius, sepotong lagi tidak serius; jalan Allah itu ruang agama yang amat luas, sedangkan Thamrin, atau jalan apa pun, itu nama ruas jalan).

{Plh Kakanwil Aceh H Abrar Zym, membuka diskusi ‘politik dan Kerukunan Umat Beragama (KUB)’ di aula Kanwil, Rabu (30/12) tahun lalu}

Sungguh, jika bersungguh-sungguh dengan daya dan upaya, dengan kerja ikhlas, atas aturan, profesional, dan tuntas demi agama, umat, bangsa dan negara, itu jug jihad di jalan Allah, bukan? Meskipun itu kerja di Kemenag RI Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, di Jalan Tgk Abu Lam U kawasan Taman Sari Banda Aceh, atau di mana pun itu. “Barakallaahulii walakum fil qur-aanil ‘azhiim wa naf’anii….,” tutup Kabid, khatib, yang pernah aktif di Kandepag Aceh Selatan itu.

Inti khutbah Jumat lalu (22/1) ini, sengaja kami turunkan, siapa yang mungkin jadi khatib siang Jumat ini (29/1), dan mau angkat tema yang serupa, kayaknya bagus juga. “Waladzikrullaahi akbar…,” tutup khatib, dan duduk untuk lanjutkan khutbah kedua.

Satu lagi, dalam tengah khutbah yang bertajuk zalim itu, khatib sempat sindir potret orang zalim yang sombong (al-kibr), yang bertolak belakang dengan tawadhu’ atau rendah hati. Meskipun ‘orang kaya’ sekarang, jalannya ‘menunduk’ bukan karena tawadhu’, tapi karena manahan perihnya buah dari ‘gaya hidup’ era modern.

Orang kini ‘kaya’, tapi jalannya ‘bungkuk’, karena di atas kepala (ubun) ada ‘perak’, matanya (katarak) ada ‘perak/timah’, giginya ada ‘emas’, ‘gas’ dalam perutnya (buncit), jantungnya ada ‘cincin’ (obat), pasir ada di ginjal (penyakit), ‘batu’ di empedu dan usus (penyakitan). Tanya khatib, “Padahal, berapa harga gas, pasir, dan ongkos ambil batu sekarang? Itu belum masuk ongkos ikatnya….”  []

{Foto atas: Saat simak live streaming HAB di aula Kanwil dari Menag RI di Jakarta, Kabid PD Pontren H Abrar Zym SAg bersama Kabag TU H Habib Badaruddin, Kepala UPT Asrama Haji Aceh Drs H Taifik Abdullah, Kakankemenag Aceh Besar Drs H Salahuddin MPd, Kakankemenag Kota Banda Aceh Drs H Amiruddin MA, dan jajarannya}

...maaf jaringan (webmail.kemenag.go.id, admin.kemenag.go.id, dan aceh.kemenag.go.id) dalam dua tiga hari ini lambat, ada utak-atik sama kawan di betawi, jelang evaluasi di Bali, awal bulan ini….

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh