***
BERBAGAI program kerja yang sudah menjadi dasar pegangan para jajaran Kantor Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Aceh sudah di tanamkan dengan baik. Program kerja tersebut mengalir bak air yang mengalir deras di sungai Peusangan.
Kesuksesan yang telah diraih pada tahun 2018, menjadi acuan dasar bagaimana program tersebut bisa berjalan dengan baik juga di tahun ini. Bahkan, jajaran Kanwil Kemenag Aceh di bawah kendali Kakanwil Senior di Indonesia yakni Drs HM Daud Pakeh, bertekad untuk bisa hasil kerja tahun ini bisa lebih baik lagi dari tahun 2018 lalu.
Eksekutor pengendali program di Kanwil Kemenag Aceh H Saifuddin, SE memiliki tahapan dan eksekusi planning yang sudah matang, agar pelaksanaan program tersebut bisa berjalan dengan baik. Sehingga, nama baik Kanwil Kemenag Aceh yang begitu harum bak bungong seulanga, bisa dipertahankan.
Untuk itu, TIM SANTUNAN secara khusus melakukan wawancara eksklusif dengan sang eksekutor program yang akrab disapa Yahwa tersebut dalam satu ruangan yang tidak begitu istimewa, namun dari ruang tersebut, banyak inspirasi yang lahir.
Ruangan tersebut adalah salah satu bagian di ruang kendali Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Kanwil Kemenag. Mengapa ruangan tersebut tidak begitu istimewa, sebab di ruangan tersebut hanya ada satu meja, dan langsung berhadapan dengan anak tangga dengan jendala yang terbuka.
Ditemani, semilir angin yang terkadang menyapa dari celah jendela kaca itu, Yahwa menerima Tim Santunan dan jawabannyapun mengalir laksana sejuknya angin yang menerobos masuk, tidak ada kata-kata yang terbatah-batah. Ini juga membuktikan, bahwa yahwa sangat menguasai detil dari semua relung dan seluk beluk di Kanwil Kemenag Aceh ini.
Mau tau, sejuknya jawaban Kabag TU Kanwil Kemenag Aceh ini? mari kita simak wawancara dalam bentuk dialog berikut ini:
TIM SANTUNAN: Terlihat Bapak begitu Happy dalam dalam bekerja?
H Saifuddin: Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Seberat apapun perkerjaan, selalu saya jalani dengan rasa gembira, tidak terbenani dengan pekerjaan. Suasana hati itu sangat berpengaruh bagaimana kita menjalani pekerjaan tersebut, dan pekerjaan itu bagian dari seni dalam kehidupan, bukan menjadikan pekerjaan menjadi beban.
Apa itu karena program kerja sudah mulai berjalan dengan baik?
Alhamdulillah, program kerja yang sudah kita susun bersama sudah berjalan sejak awal tahun, yakni bulan Januari. Hal ini sebagaimana amanat Pak Kakanwil, bahwa semua pekerjaan dilakukan sejak awal tahun, bila ada pekerjaan yang bisa dilakukan maka harus dilakukan terus, tanpa mesti menunda-nunda hingga pertengahan tahun atau akhir tahun. Sebab, jika dilakukan di pertengahan atau akhir tahun, nanti pekerjaannya juga terburu-buru dan tentu progresnya juga terburu-buru.
Ini menunjukan, sejauh ini belum ada hambatan yang berarti dalam melaksanakan Program Kerja?
Iya, kita bersyukur, ada sejumlah program kita sebelumnya terblokir (berbintang) kini sudah terbuka. Ada 80 persen sudah yang sudah buka blockir.
Berarti, program kerja sudah berjalan sesuai rencana?
Sesuai prinsif Pak Kakanwil, “tidak mau tahu, apa ada kendala atau tidak, yang penting bekerja”. Maka, saya sebagai Koordinator program, terus berjalan dalam menyelesaikan satu program ke program lain. Baik itu program unggulan maupun program yang soft.
Program yang soft? Maksudnya bagaimana?
Kita tidak terbeban dengan program yang berat-berat saja, namun program yang ringan namun menyentuh semua kalangan, tetap kita jalani. Ini bagian dari motivasi kerja dan efeknya juga berdampak dari semangat kerja bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kanwil Kemenag.
Mungkin bisa disebutkan beberapa program soft yang menyentuh tersebut?
Iya, baru-baru ini kita menyelenggarakan MTQ untuk kalangan honorer. Mengapa mereka yang kita pilih, agar para honorer ini bisa menggali potensi dirinya. Disamping itu juga bisa menumbuh kembangkan pemahaman akan Al-Quran, Dimana, kita tidak hanya bisa membaca Al-Quran, namun kita juga bisa memahami kandungan makna dari ayat-ayat suci tersebut.
Makna lainnya dari lomba tersebut, bagi yang menang kita berikan hadiah berupa uang. Tentu ini menjadi motivasi yang bagus bagi para tenaga honorer tersebut. Selain prestasi, mereka juga merasa diperhatikan dan uang tersebut bisa digunakan untuk keperluan keluarganya.
Setelah itu, jelang memasuki bulan suci Ramadhan lalu, kita juga mengadakan penyembelihan hewan untuk Meugang. Daging meugang ini kita bagikan untuk seluruh ASN dan tenaga honorer. Kebijakan ini kita ambil, sebagai bentuk kepedulian sesama kita. Apalagi, bila memasuki bulan Ramadhan harga daging begitu melonjak tinggi.
Masih dalam bulan Ramadhan juga, kita melakukan pengajian di aula Kanwil Kemenag dan banyak hal yang disampaikan dalam pengajian tersebut, sebagai santapan rohani bagi kita-kita semua di Kanwil Kemenag Aceh ini.
Intinya, kita ingin menghadirkan budaya ke Acehan yang kental dalam bulan Ramadhan ini. Bagaimana, generasi Aceh terdahulu begitu mengagungkan bulan ramadhan dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, makanya nuansa tersebut kita hadirkan. Agar budaya ke Acehan tidak hilang begitu saja.
Sosok Kakanwil Kemenag Aceh HM Daud Pakeh, tampaknya begitu melekat dalam budaya kerja yang Bapak lakukan?
Apapun pandangan orang terhadap Pak Kakanwil diluaran sana, namun para pegawai, baik ASN maupun honorer begitu menghormati Beliau, sebagai seorang pimpinan (Kakanwil), sebagai orang tua dan sebagai pengayom serta spirit dalam bekerja.
Sosok Kakanwil memperlihatkan mereka (ASN) untuk semangat bekerja, sebab tanggung jawab yang diberikan Kakanwil sepenuhnya diberikan kepada ASN dalam menterjemahkan budaya kerja yang baik. Bahkan, guna memberi spirit kerja, Pak Kanwil terkadang mendatangi ruangan para bawahannya, untuk menanyakan banyak hal, terutama kendala dan keluhan dalam bekerja.
Ini juga memperlihatkan, sosok Pak Kakanwil bukanlah Bos, yang minta dilayani, namun ikut menberikan layanan dan solusi dalam bekerja. Prinsif managerial ini langka ditemukan. Sebab, biasanya, jika seseorang yang sudah menjadi pimpinan, maka ia akan nge-BOS yang minta dilayani.
Apa ini menjadi salah satu kunci kesuksesan dalam bekerja di Kanwil Kemenag Aceh?
Pada intinya kita semua bekerja dengan hati, tidak money oriented. Apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) kita bekerja, maka itu yang kita kerjakan, dengan rasa senang, gembira dan tidak harus menjadi beban.
Bekerja dengan hati dan tidak money oriented ini juga selalu dipegang teguh Pak Kakanwil. Dengan demikian, para bawahan juga melihat hal itu dan menjadikan itu juga bagian dalam prinsif bekerja.
Bisa diterjemahkan secara jelas maksud Berkerja dengan Hati tersebut?
Dalam menjalankan tugas, kita bekerja dengan hati dalam melaksanakan semua pekerjaan, bukan bekerja dengan menggunakan otak. Otak digunakan untuk berpikir dan hasil buah pikir dari otak tersebut, kita kerjakan dengan hati.
Dengan begitu, dalam bekerja kita bisa melihat sejauh mana resiko, sejauh mana manfaatnya bagi ummat. Sebab, prinsif kerja kita yakni melayani umat. Kalau dalam melayani ummat kita berpikir bagaimana kita bisa meraih keuntungan, maka dampaknya, pekerjaan tersebut menjadi berat, karena otak terus berpikir untuk mencari keuntungan.
Makanya, diperlukan qalbu (hati) dalam bekerja, karena qalbu itulah yang membawa kita untuk menentukan mana yang hak dan mana yang bathil. Dengan begitu, sendirinya kita bisa bekerja dengan baik tanpa ada beban yang dirasakan.
Mungkin ada pesan bapak untuk semua ASN dan Honorer di Kanwil Kemenag?
Mari semua kita bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Tidak gampang berburuk sangka satu dengan yang lain. Jika bekerja dengan baik dan benar, maka tidak ada yang merasa dizalimin maupun terzalimin.
Sebagai bawahan, kepada pimpinan kita juga harus loyal. Sebab, sikap dan tingkah laku kita juga menjadi penilaian tersendiri bagi pimpinan. Maka, siapapun pemimpinanya, kita harus bisa menempatkan diri dengan baik. Pimpinan disini bukan hanya Kakanwil semata, namun juga kepada Kapala Bidang, kepala bagian dan lainnya.
Tiba-tiba, percakapan kami terhenti. Telepon genggam milik Yahwa berbunyi, dari seberang sana ternyata Kasubag Inmas menghubunginya dan menyatakan Pak Kakanwil sudah menunggu.
Yahwa pun pamit untuk menjumpai Pak Kakanwil, sebab ada kerjaan yang perlu dikonsultasikan dengan Pak Kakanwil. Sambil berdiri dan menjelang beranjak dari ruagan tempat kami duduk sambil wawancara tadi, ada satu pesan morah yang sangat dalam dari Yahwa.
“Prinsifnya,kalau kita mau dihormati dan dihargai orang lain, maka kitapun harus bisa menghormati dan menghargai orang lain juga,” ujar Yahwa dengan mengembangkan senyumnya sambi berlalu dan menghilang di balik pintu ruangan.[]
***Tulisan ini sudah dimuat di majalah Santunan Edisi 1 2019