[Karang Baru | Muhammad Sofyan] Kehidupan kita ini harus artinya Allah boleh menciptakan kita boleh tidak menciptakan kita karena sifat harus pada Allah hanya satu yaitu boleh menjadikan boleh tidak menjadikan. Namun tatkala Allah telah menjadikan kita, suatu kewajiban bagi kita untuk kembali ke hadirat Allah SWT.
"Hidup itu harus tapi mati itu suatu kewajiban. Bagi orang yang sudah hidup maka wajib mati," ujar Tengku Mustafa Kamal pimpinan Pesantren Tradisional Mustafawiyah Alur Nunang Banda Mulia Aceh Tamiang mengawali Tausiahnya pada tahlil malam ketiga atas meninggalnya Sayuti Bin M. Jamin (Mertua Muhammad Sofyan Staf Urusan Umum Kankemenag Tamiang), Sabtu malam (19/4) di Pekan Sungai Iyu.
Muhammad Sofyan ialah admin kemenag.go.id dan kontributor majalah Santunan, dari Kemenag Aceh Tamiang. Jajaran Kanwil terutama Subbag Inmas ikut berduka dan belasungkawa atas musibah ini, Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun. Allaahummaghfirlahuu warhamhuu wa’aafihii wa’fu ‘anhuu.
Lanjut Tgk Mustafa, “Tidak ada satu manusia pun yang akan tersisa di dunia ini untuk tidak kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu perlu kita ingat apa pun yang kita miliki di muka bumi ini itu semuanya tidak kekal karena itu janji Allah. Hari ini Allah masih berikan kita nyawa tapi satu saat kita akan mati. Hari ini kita kaya mungkin satu saat kita akan jatuh miskin, tidak miskin di dunia miskin tatkala kita mati, kain yang kita pakai adalah kain yang tidak berharga sama sekali, kita tidur dalam bumi tidak beralas sama sekali. Hari ini kita masih punya istri satu saat ia akan meninggalkan kita atau kita yang akan meninggalkan dia.”
"Semuanya tidak ada yang kekal semuanya akan binasa. Maka perlu kita ingat semua yang Allah berikan kepada kita karena Allah mau menguji iman kita, Allah mau menguji dua kalimah syahadat yang selalu kita ucapkan, makanya apa pun yang Allah berikan itu merupakan ujian bukan milik kita makanya tatkala kita mati kita tidak membawa satu apapun, tidak ada satupun yang bermanfaat tatkala kita mati kecuali tiga hal saja," lanjutnya.
“Tiga hal tersebut adalah: Pertama; Ilmu yang bermanfaat bagi manusia (dalam arti bermanfaat untuk kebaikan), tatkala orang mengamalkan ilmu yang kita ajarkan maka selama itu pahalanya akan terus mengalir ke dalam pusara kita,” jelasnya.
“Kedua; adalaah Shadaqah Jariyah (dalam arti sadakah yang kekal dan terus bisa dimanfaatkan orang lain bukan shadaqah yang habis pakai) ikhlas karena Allah, selama benda itu masih dipakai/dimanfaatkan orang lain maka akan terus mengalir pahalanya kedalam kubur kita,” lanjutnya.
“Dan yang Ketiga; adalah anak yang shalih (yang ta’at pada perintah Allah dan Rasulnya) yang mendo’akan orang tuanya dan ini adalah hal yang sulit kita dapatkan. Orang yang mati itu akan dilupakan orang, coba bayangkan andaikan kita tidak memiliki anak yang shalih apa yang terjadi dengan diri kita tatkala kita sudah mati,” jelas Tgk. Mus, sapaan akrabnya.
“Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang mati itu seperti orang yang dilemparkan ketengah laut, kalau tidak ada pelampung binasalah ia. Setelah mati kita akan dimasukkan ke dalam kubur, kubur itu adalah tempat haru-hara bukan tempat istirahat, kubur itu tempat malaikat nungkar wa nangkir, tempat Malik Zabaniyah, tempat ular, tempat kalajengking, tempat segalahal yang ada dineraka ada disitu, kalaulah ada amal adalah yang menyelamatkan kita, kalau tidak ada amal apa yang terjadi, nah inilah yang perlu kita ingat orang tua kita, sudah cukupkan amal orang tua kita untuk membentengi dirinya dari ‘azab kubur? Maka bantulah orang tua, do’akan orang tua agar selamat dari ‘azab kubur,” ujar beliau lebih lanjut.
Di akhir Tausiahnya beliau berpesan, “Dunia yang ada di tangan kita gunakanlah dengan hati-hati, gunakan dunia yang ada di tangan kita itu sebagai alat untuk mencapai akhirat, jangan kita diperalat oleh dunia. Karena itu beruntunglah orang yang mati dan mempunyai anak yang shalih yang akan mendo’akannya nantinya. Do’a anak yang shalih akan mengurangi penyesalan kita setelah mati karena terlalaikan oleh dunia.” [yyy]