[Banda Aceh| Muhammad Yakub Yahya] Dengan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) PAI (Pendidikan Agama Islam) moga akan mengembalikan dan meningkatkan kewibaan guru agama di sekolah. Belum lagi dikaitkan denga prilaku anak didik di sekolah.

“Salah satu fungsi USBNPAI, untuk kelulusan. Guru sepakat, anak bernilai rendah tidak lulus. Tujuan lain, semacam umpan balik untuk kurikulum PAI. Semangat belajar agama pun meningkat di mana-mana,” jelas Kasi PAI, A Rahman.  

Selama ini jika guru lain masuk anak serius, dan saat guru agama  masuk, anak akan menertawakan. Sebab mata pelajaran sekolah yang diujiankan hanya yang eksakta. Sedangkan mata pelajaran agama? Tak diujiannasionalkan, kurang perlu.

“Jika diajak, kapan kita kunjungan sosial, dan kapan kita rapat, anak jawabnya: ya nanti sama-sama atau kapan-kapan ya…” sindir Drs. A Rahman Hanafiah MPd, karena anak jauh dengan agama dan sosial.

“Kini ada les PAI, kini ayah ibu (calon orang tua) belajar agama. Apalagi kisi-kisi soal PAI ada di tangan guru masing-masing,” kisah Drs A Rahman, Kasi PAISMK di Bidang PAI Kanwil Kemenag Aceh.

Dalam acara Sosialisasi USBNPAI bersama Kasi PAIS/PENDIS/PAKIS dan Kabid Dikmen Disdik, di Hotel Grand Nanggroe, A Rahman Hanafiah, mantan Plt Kabid PAI Kanwil Kemenag Aceh, kisahkan perbandingan dua kabupaten yang anjlok nilainya dengan kabupaten yang tinggi nilainya.

“Saat kami ke Kankemenag dan dibawa ke Dinas, dan diantar ke sekolah. Mantan anak didik pun santun. Anak paham dan bisa menjawab soal, soal shalat. Saat kami kunjungi kabupaten yang anjlok nilainya, anak didik pun tak sopan, dan sarana ibadah pun tidak ada,” jelas dan bandingnya.

Menyangkut soal PAI, ada tiga paket. Dua untuk membedakan ganjil dan genap. Dan satu satu paket untuk susulan, untuk yang sakit mungkin… [j/l]