Banda Aceh-KemenagNews (15/4/2013) UN untuk MA/ SMU pada pagi pertama (Senin, 15/4) belum mulus. Ada 11 provinsi ujian ditunda, hingga Kamis (18/4). Persoalan kertas dan kelengkapan soal yang kurang atau tertukar sampul, juga masih diinformasikan ada. Bahkan di Medan, ada sekolah/madrasah yang tadi siang belum ada soal. Di Batam, soal di-copy lagi, oleh sekolah. Akankah tujuan UN akan tercapai? Pemerhati pendidikan Aceh, Dr. Sofyan A. Gani, MA menyuarakan bahwa, "Tujuan pendidikan bukan hanya menghasilkan anak yang hebat secara intelektual, tetapi juga mempersiapkan mereka dengan berbagai sikap dan perilaku terpuji termasuk kejururan. Setiap menjelang Ujian Nasional (UN), berbagai kalangan terutama pembuat kebijakan dan pelaksana pendidikan menjadi was-was dan khawatir terhadap hasil yang akan dicapai oleh anak didik. Berbagai usaha dilakukan termasuk melupakan pelajaran lain di sekolah dan berkonsentrasi pada pelajaran UN untuk siswa kelas III, dan banyak diskusi dilakukan termasuk menyusun strategi pemenangan UN." DR. Sofyan, Dosen FKIP Unsyiah itu juga menjawab, "Model ujian dengan 20 paket soal tahun ini mungkin sebagai jawaban terhadap kebocoran soal selama ini. Akibatnya, berbagai kalangan terutama “sipembocor soal†sedang berfikir keras apa strategi yang akan dilakukan agar siswa tetap lulus 100% seperti pengalaman sebelumnya. Berhasilkah atau harus menerima kenyataan bahwa tingkat kelulusan siswa masih jauh dari kenyataan. Waktu yang akan menjawab.Pemerintah sampai saat ini tidak mau surut terhadap kebijakan UN walau berbagai kritik telah dilontarkan. Jawaban yang sering disampaikan adalah “UN bertujuan untuk pemetaan mutu pendidikan di negeri iniâ€. Sayangnya, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan untuk setiap sekolah luput dari perhatian. Delapan Standar Nasional Pendidikan untuk SMP/SMA dan sederajat masih jauh dari kenyataan. Tidak salah kalau ada mengatakan, “UN seperti mengajak lomba lari antara orang sehat dengan yang sakitâ€. Hasil UN yang rendah untuk sebuah sekolah seharusnya menjadi dasar bagi pemerintah untuk memperbaiki sekolah dimaksud. Tetapi dalam kenyataannya tujuan UN seperti salah kaprah, yaitu berobah fungsi menjadi harga diri sekolah dan ukuran kenerja bagi kepala sekolah dan Kepala Dinas/Depag. Akibatnya, banyak sekolah menjadi “som gasien peuleumah kaya†dengan berlomba-lomba mendapat angka UN yang fantastis walau dengan cara tidak halal. Kita sering terjebak dengan pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan identik dengan nilai rata-rata pelajaran 9, dan itu sebenarnya sangat tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sangat naïf, kalau ukuran moral dan perilaku baik tidak lagi menjadi indikator keberhasilan pendidikan. Aceh sebagai negeri syariat dan dikenal dengan daerah Serambi Mekkah seharusnya punya indikator tersendiri terhadap keberhasilan pendidikan selain yang telah ditetapkan secara nasional.Banyak kalangan sering bertanya darimana datangnya lulus UN 90 dan 100% di hampir semua sekolah di negeri ini termasuk Aceh. Walau sering ditanyakan tetapi jawaban yang rasional atau masuk akal susah diberikan, seperti: “bagaimana bisa sekolah tanpa guru matematika bisa mendapat nilai UN 9 untuk pelajaran tersebut?†Di samping itu, mereka yang punya pikiran jernih juga bertanya: “bagaimana bisa nilai try out UN hanya lulus 5% pada sebuah sekolah kemudian menjelma menjadi 99% saat UN dilaksanakan sebulan kemudian?†Kondisi ini terus berlangsung dan menganggap itu bukan suatu masalah. Itulah gambaran sektor pendidikan yang “sedang sakitâ€. Makna sebuah kejujuran sebenarnya bukan hanya mengikuti perintah agama, tetapi juga berimplikasi pada lemahnya motivasi siswa dalam belajar karena mereka tahu pertolongan akan datang saat ujian tiba. Disamping itu, tidak jujur dalam ujian juga menyebabkankan pandangan siswa terhadap guru sangat minim karena beranggapan tanpa guru merekapun bisa sukses ujian. Yang lebih fatal lagi keterlibatan oknum guru dalam memberi jawaban soal membuat harga guru sangat rendah di mata mereka.Mudah-mudahan kali ini UN akan mencerminkan sebuah kejujuran sebagaimana sering didambakan. Tentu resiko ketidak lulusan harus dihadapi dan itu bukan akhir dari dunia. Negara dan bangsa membutuhkan orang yang jujur walau kalah secara intelektual. Sangat berbahaya kalau pendidikan hanya berorientasi untuk menghasilkan manusia yang pandai secara intelektual tetapi tidak bermoral. Pendidikan yang ideal adalah mampu menyelaraskan dan menghasilkan siswa yang pandai dan berakhlak mulia. Semoga... [gemabaiturrahman/ yakub](foto: Santriwati TPQ Plus Baiturrahman (jenjang TQS) sedang diwisuda di AAC Dayan Dawood, Juni 2012, usai ujian)
Tentang Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota. Alamat Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242