[Karang Baru | Muhammad Sofyan] Pada tahun ini Allah hanya memberikan kesempatan pada 72 orang dari sekian ratus ribu orang masyarakat Aceh Tamiang, ini merupakan kenikmatan yang sangat besar yang Allah tidak berikan kepada orang lain pada tahun ini. Allah juga sudah menyiapkan nikmat-nikmat yang lain nantinya yang beberapa hari kedepan akan Bapak ibu nikmati di Madinah, di Makkah sebagai rezeki kepada Bapak-Ibu para Jama’ah Haji dan yakinkan diri bahwa ini adalah nikmat dari Allah SWT.
Demikian Muhammad Fajar, MA dalam Tausiyahnya pada acara Peusijuk Jama’ah Haji Tamiang di Aula Al-Ikhwan Kankemenag Tamiang pada Kamis (18/9).Lebih lanjut beliau memaparkan konsep Imam Al-Ghazali dalam mensyukuri nikmat Allah SWT.
Konsep tersebut ada tiga; yang pertama kita harus tau nikmat itu datangnya dari mana. Yakinkan bahwa sesungguhnya semua nikmat itu (termasuk nikmat Ibadah Haji ini) datangnya dari Allah, bukan dari Kementerian Agama, bukan dari BRI, apalagi dari diri sendiri, yakinkalah diri bahwa semua yang Bapak-Ibu rasakan ini datangnya dari Allah SWT.
Tujuannya agar kita dalam melaksanakan Ibadah Haji ini jangan Salah niat, yakinkan bahwa diri kita ini hanyalah makhluk yang tidak bisa apa-apa tanpa izin Allah SWT, berserah dirilah kepada Allah SWT, yakinlah bahwa Bapak-Ibu akan menjadi Tamu Allah pasti Allah akan selamatkan tamunya, Allah bantu tamunya itu.
Jadi sekalilagi saya tegaskan “Yakinlah semua apa yang kita nikmati itu datangnya dari Allah SWT dan gantungkanlah diri kita hanya kepada Allah SWT” itu konsep yang pertama.“Konsep yang kedua menurut Imam Al-Ghazali” lanjut pak Fajar demikian panggilan akrabnya; adalah “memuji dan menyembah Sang Pemberi Nikat itu” jadi sebagai bentuk kesyukuran kita kepada Allah setelah Ia memberikan segala kemudahan kepada kita sehingga kita bisa setor haji (setor BPIBH; pen), kita bisa pergi haji untuk apa tak lain adalah agar kita bisa ibadah dan kita datang ke sana (Makkah dan Madainah) adalah untuk beribadah.
Abdikan diri kita ini kepada Allah SWT sebgai bentuk kesyukuran kita kepada nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, kondisikan diri kita di sana untuk selalu beribadah karena ada hadits yang mengatakan bahwa satu kali kita shalat di Masjidil Haram itu sama dengan seratus ribu kali beribadah di Masjid-masjid lain, manfaatkan waktu itu untuk beribadah, ibadah itu tidak hanya terbatas dalam bentuk Shalat saja, bisa dalam bentuk membaca Al-Qur-an, membantu orang lain. Kalau kita bantu orang lain sebagai tanu Allah yakinlah bahwa Allah akan membantu kita dan bantuan Allah itu boleh jadi akan lebih banyak dari bantuan kita kepada orang lain itu karena ada ayat yang mengatakan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan bukan satu balas satu tetapi satu dibalas sepuluh.
Konsep ketiga menurut Imam Al-Ghazali adalah mempergunakan nikmat yang Allah berikan itu ke jalan yang diridhai Allah SWT. Setelah kita ditempa selama empat puluh hari di tanah suci dan telah memperoleh prediket Haji Mabrur, ketika kembali ke tanah air pergunakanlah haji itu ke jalan yang diridhai Allah SWT. Haji itu bukan berpakaian putih, haji itu bukan berpeci putih, tapi haji itu adalah kemampuan kita merubah sikap dari yang kurang baik ke pada yang lebih baik.
Seorang haji itu harus bisa menjadi tauladan bagi keluarga dan bagi masyarakat.Haji itu bukan pada pakaian, haji itu bukan pada nama tapi haji itu bagaimana perilaku kita bisa lebih baik dari sebelum kita pergi haji. Kalau kita seorang pedagang jadi pedangang yang baik, kalau pejabat jadi pejabat yang amanah, jadilah sebagai contoh yang baik bagi masyarakat. Ungkap Pak Fajar di akhir Tausiyahnya. [yyy]