Dalam rangkaian Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh rangkaikan dengan Seminar Budaya Islam, Rabu, 30 Oktober 2024.
Bertempat dalam aula kantor, acara bersamaan dengan Festival Seni dan Budaya Islam Se Aceh 2024 ini diikuti Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Azhari MSi, Kabag TU Ahmad Yani SPdI, para Kakankemenag, para Kasi Bimas, dan undangan. Juga jajaran DWP Kemenag Aceh.
Tampil menjadi narasumber, akademisi Antropolog Aceh Prof Dr Kamaruzzaman Bustamam Ahmad MA (Dosen UIN Ar-Raniry), dan Peneliti Sejarah Aceh Tgk Taqiyuddin Muhammad Lc (pendiri Masyarakat Peduli Sejarah/Mapesa).
Kabag TU didampingi Kabid Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat Wakaf (Penaiszawa) H Zulfikar SAg MAg sampaikan, seminar ini memilih tema "Seni Budaya Islam sebagai Penguat Moderasi Beragama" dirangkai dengan seminar dan pameran budaya.
Di sini, dalam arena festival, dipajang juga situs, barang, dan artefak budaya Aceh.
Prof Kamaruzzaman antara lain, sampaikan dalam seminar yang dipandu Rifki Ismail SAg MPd, bahwa ada kecenderungan perubahan sosok umat Islam di Aceh.
Ketidakbahagiaan dan kebahagiaan kita, bisa kita amati di jalan. Mengamatinya bisa di lampu merah (simpang). Dan seni yang islami akan membantu menuju ke kenyamanan kebahagiaan.
"Wajah orang Aceh saat di lampu merah, kadang auranya kurang bahagia. Mungkin bisa demikian," ungkapnya.
Menurutnya, seni budaya patut terus dipelihara dan dikembangkan sampai ke daerah-daerah.
Budaya itu, katanya, adalah menurut perspektif sudut pandang seseorang sesuai landasan akademik yang ia miliki.
"Strategi membumikan budaya islami antara lain dengan menekankan pada kekuatan konsep, kekuatan aliran pemikiran Islam, kekuatan sosial/ummah, dan setting sosial islami," ujar Guru Besar Antropologi UIN Ar-Raniry.
Inilah tipologi perubahan dari masyarakat normatif ke masyarakat etis.
Peserta dari Kakankemena dan undangan juga tampak antusias ikuti hingga usai.
"Pemaparan yang sangat menarik, dan memberikan pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang seni dan budaya Islam. Sungguh keren," ujar Kakankemenag Aceh Tamiang H Anwar Padli MA.
Sebelum ikuti seminar, di outdoor, mewakili Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh, Kabag TU Ahmad Yani juga telah membuka Festival Seni Budaya Islam se Aceh.
"Jadikan momentum ini penuh dengan nilai estetika yang bisa kita ambil hikmahnya," ajak Kabag TU.
Kabid Penaiszawa sampaikan bahwa di antara tujuan ajang Seni budaya ini ialah: menyiarkan seni dan budaya Islam yang moderat.
"Mengembangkan, melestarikan, dan menggali potensi dalam berkreatifitas dalam memanfaatkan teknologi," sebut Zulfikar, dalam acara yang di-MC-kan Rifki Ismail SAg MPd.
Juga ajang ini bertujuan, lanjutnya, untuk lestarikan seni dan budaya lokal yang islami.
Lapor Ust Zulfikar lagi, ada dua giat dalam momen maulid ini: Kompetisi Film Islami (KFI) yang panitia telah terima 12 naskah film dari pegiat film Aceh, dan telah diputuskan 3 nominasinya.
"Satu lagi, ini adalah lomba nasyid acapella, yang diikuti 21 grup nasyid mewakili madrasah, sekolah, pontren, dan tim/grup kesenian.
Saat sedang festival, Seminar Budaya Islam Tingkat Provinsi Aceh pun berlangsung di aula. Tampil menjadi narasumber Prof Dr Kamaruzzaman Bustamam Ahmad MA, dan Tgk Taqiyuddin Muhammad Lc.
Kakanwil, Kabag TU, para Kakankemenag/Kasi Bimas dan undangan juga hadir mengisi forum ilmiah ini.
Sebelumnya, Kabid Penaiszawa sampaikan bahwa bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, juga ada santunan yatim.
Saat maulid Kamis besoknya, juga disyiarkan oleh tim Rapai Shalawat Zawiyah Nurun Nabi pimpinan H Jamhuri Ramli SQ MA.[]