[Yogyakarta | Muhammad Yakub Yahya] Setelah Sekjen Kemenag RI Prof DR H Nur Syam MA, Kamis malam (14/5) menutup dengan resmi PPMN (perkemahan pramuka madrasah nasional), kontingen lipat tenda, gulung tikar, dan kosongkan Lapangan Tembak Akmil Magelang. Pimpinan kontingen darerah (pinkonda) Aceh, memakluminya, karena itulah perlombaan di negeri orang. Namun bagi anak-anak, lama baru mengerti, sebab lelahnya luar biasa, sejak dari Meulaboh misalnya.
Kontingen kembali ke Aceh Sabtu malam (16.5), dan disambut Kakanwi di Bandara SIM. Sementara Kabid Penma Kanwil Drs H Efendi MSi, duluan ke Banda Aceh via Semarang.
Dalam bus kontingen kembali ke Yogya (15/5), untuk balik ke Banda Aceh via Jakarta, sambil menatap pabrik patung di Jalan Yogya-Magelang, kontingen menghibur diri dengan nyanyian Aceh. Aceh dalam pentas seni bawakan Ratoh Jaroe dan Likok Pulo.
“Aceh mengalah demi provinsi lain, jadi kita menang, bukan kalah, masak dikalahkan dengan tarian ujung timur ting tong ting ting tiong itu…,” hibur Mulkan di seat tengah sambil terus bercanda hingga ke Museum TNU AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
Untuk ‘mengobati duka’ anak-anak, kontingen sebelumnua ke Candi Brobudur, lalu pagi, sore, hingga Jumat malam diajak ke Malioboro. Asyik dan senang, terlihat dari wajah peserta (16) dan pendambing (2) guru, plus di raut dua pinkonda. Di museum kontingen melihat dari pesawat lama RI, baju, peluru, diodrama, dll.
Sebagaimana kabar kami, penutupan dirangkai dengan sejumlah tarian dari pentas seni provinsi yang menjuarai, Papua dan Jambi, serta tarian gabungan antara Bali, Banten, dan Jambi.
Kabid Penmad Kanwil Kemenag Aceh telah hadir sejak Rabu (13/5). Saat dibuka Menag RI (12/5), Kakanwil Kemenag Aceh hadir di acara dengan membawahi 26 kontingen Aceh.
Kata ‘Selamat Jalan’ disampaikan Kakanwil Kemenag Jateng Drs H Ahmadi MAg, yang disimak peserta dan warga di depan panggung dan di tenda. Kontingen Aceh diapit perkemahan Papua, Sulsel, Bayolali, Klaten, Kebumen dan lainnya.
Dan, pengumuman sang juara perlombaan pun diumumkan yang disambut tepuk tangan oleh sebagian kecil peserta, dan disambut dingin oleh mayoritas kontingen. “Soalnya, banyak sekali daerah yang tak disebut atau ‘tak dieja’ dalam ‘SK Dewan Juri’ yang diteken Prof DR Phil H Kamaruddin Amin MA, Dirjen Pendis Kemenag RI itu,” cerita M Chairul Saleh SAg, Pinkonda Aceh di pinggir lapangan.
“Aneh, Sulawesi cuma dibaca satu kali namanya buat juara, Kalimatan sedikit kali dibaca, dan yang diulang-ulang hanya Jambi, Bali, Jateng, dan Papua…,” balas Mulkan Sidamanik dengan geram, dalam mobil sambil pulang ke penginapan dekat Candi Brobudur.
“Memang tak bisa dinilai sebuah tarian yang tidak sekufu, misalnya Ratoh Jaroe dengan seni milik provinsi lain. Yang bisa dinilai lomba, jika itu sama muatannya seperti hymne, mars, paskibra dan lainnya. Namun siapa yang bisa membandingkan seni daerah bagus atau tidak, jika bukan oleh juri yang spesialis dan ahli, dan tetap menzalimi seni daerah,” jelas Khairul Azhar SAg pada rekan provinsi lain. Memang ada kontingen yang abai dengan skenario sebelumnya, sebab ada keliru dalam juklaknya, seperti paskibra.
“Dasar juri dari tuan rumah, maka juara umum pun milik mereka…,” kritik kawan lain dari kontingen Aceh, setelah mendengar Juara I, II, dan II untuk K3 (kebersihan dan lingkungan) untuk Bali, DKI, dan Kalteng (putra). Juara I, II, dan IIIK3 putri ialah Jateng, DIY, dan Bengkulu itu.
Seharian memang awak media mewawancarai kontingen Aceh. Esoknya ke pos-pos kontingen, juga buat kemah Aceh koran dibagi-bagi juga. Dari wartawan Jawa Post, juga mewawancarai siswa Aceh. Aceh kali ini diwakili oleh MAN Model Meulaboh, MAN Model Banda Aceh, MAN Montasik, dan RIAB.
Para juara dapat tropi dan alakadar uang pembinaan (dari 1 juta hingga 4,5 juta, tergantung cabang). Juara I, II, dan III putra; serta I, II, III putri untuk cabang Pentas Seni dimenangkan juri untuk Papua Barat, Jateng, Lampung; serta Jambi, Jateng, dan Bali.
Juara I, II, III cabang Ekspo Teknologi Terbarukan adalah Bali, Jatim, dan Riau. Dan Bengkulu, Jateng, dan Kalbar untuk harapan I, II, dan III. Juara PBB jatuh untuk DKI dan Bali.
Lomba Yel yel Madrasah, oleh juri dimenangkan untuk Bali, Sulsel, dan Bengkulu. Unik untuk Bali, ada yang nonmuslim sebagai kontingen, karena memang dari madrasah.
Juara Dolanan (seni tradisional) dimenangakan Jatim, Kaltim, Jambi, Kalbar, Lampung, dan Banbel untuk juara I, II, III dan harapan.
Sebelumnya, Selasa malam (12/5) lomba pentas seni dan lomba lainnya, digelar dalam Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) ke 1, di Lapangan Tembak Akademi Militer di Plempungan, Salaman, Kabupaten Magelang.
Siangnya usai pembukaan dan pemantaun oleh Menag RI dan para Kakakanwil, peserta penuhi 10 anjungan milil Akmil itu untuk acara saka, kesiagaan, dan wawasan, termasuk jurnalistik. Dan sebagian Kakanwil langsung pulang, tapi tidak bagi Aceh, yang diketuai Khairul Azhar SAg (Kasi Kesiswaan) itu.
Jadi yang menarik bagi kontingen Aceh ialah kebersamaan dengan Kakakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh yang seharian dan malam ikut bersama adik-adik pramuka, dan pendamping. Pendamping putra Abdurrazak SPdI (MAN Meulaboh) dan pendamping putri Nadiatul Hikmah SAg (SMAN 1 Banda Aceh, Kwarda Pramuka Aceh).
Sedangkan M Chairul Saleh SAg (Staf di Bidang Penmad) dan Fauziah Usman SPdI (MAN Model) selaku Pinkonda (Pimpinan Kontingen Daerah) terus koordinasi dengan pihak provinsi tuan rumah, kabupaten, kecamatan, kelurahan, RT dan RW di perkemahan.
“Juara belakangan, yang penting kesan kita selama di sini,” kata Pak Kanwil memecahkan kebekuan saat makan bersama, di bawah tenta di bawah terik mentari Magelang. Tentu kesan makan nasi masakan anak pramuka dengan menu telur, kangkung, tempe, dan kerupuk.
Menurut Kakanwil, ada Kakanwil yang perkampungan kontingennya saja tak tahu, sebab datang bersama Menteri dan pulang. Tapi Kakanwil Aceh, cari bambu, ikat pagar, dan makan bersama di tenda.
Dalam tenda, Kakanwil juga bicarakan kemungkinan 2016 Aceh bisa tuan rumah untuk even nasional, meski ada yang belum memungkinkan menginat anggaran dan jarak sekali di ujung Sumatera bagi saudara dari ujung Papua. Nah! [Khairul/Chairul/Mulkan/Taufik]
[Foto: Kontingen saat disambut piket di museum Yogya]