Banda Aceh-KemenagNews (24/8/2012) Dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa`dan, M.Pd, mengajak jamaah dan alumni yang sedang awali Syawal dengan tekat untuk terus memintal `benang-benang` ketaatan nan indah selama Ramadhan, agar langgeng dan tetap terawat pasca-Ramadhan. "Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan Rasul-Nya hanya di bulan Ramadhan saja, setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan, kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan," seru Kakanwil dalam khutbah perdana di Bulan Syawal (6 Syawal/24 Agustus) itu.Dalam khutbah yang online juga di antaranya lewat RRI Banda Aceh, Radio Baiturrahman FM, dan Serambi FM itu, Kakanwil juga mengutip beberapa ayat Allah SWT, membandingkan kita yang mencabik-cabik ketaatan dengan kedurhakaan. Salah satunya dari QS. An-Nahl 92:وَلا تَكÙونÙوا كَالَّتÙÙŠ نَقَضَتْ غَزْلَهَا Ù…Ùنْ بَعْد٠قÙوَّة٠أَنْكَاثًا تَتَّخÙØ°Ùونَ أَيْمَانَكÙمْ دَخَلا بَيْنَكÙمْ أَنْ تَكÙونَ Ø£Ùمَّةٌ Ù‡ÙÙŠÙŽ أَرْبَى Ù…Ùنْ Ø£Ùمَّة٠إÙنَّمَا يَبْلÙوكÙم٠اللَّه٠بÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙŠÙبَيÙّنَنَّ Ù„ÙŽÙƒÙمْ يَوْمَ الْقÙيَامَة٠مَا ÙƒÙنْتÙمْ ÙÙيه٠تَخْتَلÙÙÙونَ"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu."Ayat ini mengabadikan sikap hidup seorang wanita jahiliyyah. Menurut riwayat ia bernama Rithah al-Hamqa dari Bani Ma’zhum, yang frustasi karena ditinggal suaminya yang hanya kawin untuk mengeruk kekayaan keluarganya. Wanita ini mengumpulkan benang yang banyak dan memintalnya menjadi kain, tapi setelah benang itu menjadi kain, benang-benangnya diurai kembali. Demikian dia lakukan secara berulang-ulang."Setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam: siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau itu hanya untuk di bulan Ramadhan saja? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah Rithah al-Hamqa yang Allah ceritakan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali," sindir Kakanwil yang juga menjadi khatib Idul Fitri di Lapangan Neusu (Ahad, 19/8).Sebelum mengakhiri nasehat dalam khutbah pertamanya, Kakanwil yang ikut mengisi acara HUT RI ke 67 (17/8) di Blang Padang, sebagai pemandu pembacaan doa, menutupi nasehatnya, "Ramadhan adalah contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa: la’allakum tattaquun. Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki." "Diharapakan dari kita semua sebagai manusia muslim untuk istiqamah menjaga nilai fitri tersebut pada diri kita masing-masing, sehingga tidaklah dengan berlalunya Ramadhan, berlalu pula kebaikan dari dari diri kita," pungkas Kakanwil Kemenag Aceh, yang akan menjadi khatib dalam khutbah Idul Adha 1433 H di Langsa, Insya Allah. [muzakkir/yakub]Foto by aba