[Karang Baru | Muhammad Sofyan] Dulunya ditanam ganja itu untuk penyedap masakan, tidak banyak, tetapi mulai tahun 1976 lahir UU tentang Narkotika sehingga dilarang menanam ganja. Karena sudah dilarang orang malah berlomba-lomba menanamnya karena harganya sudah mahal.
Demikian disampaikan Kapolda Aceh Irjen Pol. Drs. Husin Hamidi diawal sambutannya dalam Sosialisasi Narkoba di Dayah Sabilul Ulum Diniyah Islamiyah (SUDI) Gelanggang Meurak Manyak Payed Aceh Tamiang pada Jum’at (27/3) dengan tema “Melawan Narkoba untuk Mencapai Generasi Dayah yang Berakhlaqul Karimah”.
Lebih lanjut Kapolda menjelaskan mengapa sosialisasi ini diadakan justru di Dayah adalah untuk pengetahuan bagi Santri akan jenis dan bahaya narkoba agar santri dan santriwati tidak tergoda untuk coba-coba mengkonsumsi Narkoba juga menjadi pengetahuan guna disampaikan kepada masyarkat agar menjauhi narkoba.
Kapolda juga sempat menyinggung beberapa syarat dan ketentuan untuk masuk menjadi anggota POLRI dan POLWAN untuk menjawab ucapan Tgk. Yahya Husin bahwa ada Santri dan Santriwati SUDI yang bercita-cita menjadi Polisi dan Polwan.
Sosialisasi yang dibuka ba’da Shalat Jum’at tersebut selain dihadiri oleh seluruh santri dan Santriwati Dayah SUDI, juga dihadiri oleh masyarakat setempat dan beberpa pejabat daerah baik dari Provinsi maupun dari Kabupaten Aceh Tamiang.
Turut hadir juga dalam pembukaannya Jamaluddin T. Muku Anggota DPRA yang terpilih dari Dapil Aceh Tamiang dan Kota Langsa pada tahun 2014 yang lalu dan beliau selalu mengunjungi Dayah ini untuk memberikan bantuan dan memotivasi para Santri dan Santriwati.
Sementara itu Kepala Badan Pembina Pendidikan Dayah Aceh Dr. Bustami Usman, SH, SAP. MSi. dalam sambutannya mengatakan, “Semoga dengan adanya sosialisasi ini para Santri/Santriwati tahu apa itu Narkoba. Dengan adanya ilmu tentang Narkoba ini sehingga timbul keinginan dari hati yang dalam untuk menjauhinya”
Beliau juga menyampaikan bahwa ada program lain untuk dayah yaitu “Pembinaan Manajemen”. Mengingat selama ini Daya (terutama yang Salafi) sangat tergantung dengan pimpinan Dayah.
“Kalau Pimpinan Dayah meninggal Dayahnyapun ikut meninggal” dan secara inplisit beliau meminta kepada Pimpinan Daya (terutama yang Salafi) untuk mempersiapkan calon pengganti “Biasanya anak dari pimpinan Daya itu sendiri atau kalau tak ada anak laki-laki cari Santri terbaik dan jadikan menantu untuk dipersiapkan menjadi pengganti,” ucap Tgk. Bustami di ujung kata sambutanya. [yyy]