Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Aceh, Drs H Azhari MSi membuka kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK), Senin, 14 Mei 2024.
Acara yang dilaksanakan Subdit Bina Paham Keagamaan Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah (Urais Binsyar) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, di Hotel Grand Permatahati, Blang Oi berlangsung hingga Rabu, 16 Mei 2024.
Azhari yang sebelumnya ikuti Rakor Haji bersama Menag secara zoom, mengatakan kegiatan ini disebutkan sekolah karena pesertanya dilatih untuk menghadapi dan menyelesaikan konflik sosial serta keagamaan.
Kakanwil, sampaikan bahwa bimtek sekolah penyuluh dan penghulu aktor resolusi komplik bukan aktor yang menciptakan konflik tapi yang menyelesaikan konflik.
“Dalam butir UU Nomor 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh mengamanatkan pelaksanaan syariat Islam yang kemudian ada turunannya berbentuk qanun. Dalam perjalanannya, penyusunan qanun juga ada gesekan antar umat beragama di Aceh dan ini harus mampu diselesaikan tanpa konflik,” ujarnya.
Ia meminta penyuluh agama Islam dan penghulu menggunakan bahasa pemersatu yang harus dibangun dalam dakwah. Sebaliknya, jangan persoalkan masalah furukiyah yang masih bisa ditoleransi.
Kakanwil Kemenag Aceh meminta agar menyampaikan sentuhan damai dalam perluasan pemahaman agama, tanpa memicu kontroversi atau perbedaan mazhab.
Peserta acara juga terdiri dari ormas seperti Muhammadiyah, NU, dan Al-Washliyah, dengan tujuan agar penyuluh respontif dan menjadi penyanggap pertama di masyarakat.
Penyuluh, penghulu, Kepala KUA, dan peserta, harap Kakanwil, tanggap dengan segala dinamika di masyarakat seperti konflik sosial berdimensi keagamaan.
"Intinya saling menghargai dalam perbedaan," harapnya dalam acara yang dihadiri Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam Kemenag RI, H Dedi Slamet Riyadi dan Kabid Urais Binsyar Kanwil Kemenag Aceh, Dr H Mukhlis MPd.
H Azhari menekankan peserta untuk melakukan antisipasi timbulnya konflik sosial melalui sudut pandang orang zaman dahulu atau pandangan para ahli seperti akademisi, karena persoalan masa kini bisa jadi bisa didamaikan dengan sudut pandang orang zaman dahulu.
Diharapkan pada peserta agar dapat menjadi penengah, peredam, dan penganyom dalam masyarakat.
“Silakan dorong agar masyarakat saling menghargai dan menegaskan bahwa perbedaan itu hal biasa dalam tradisi beragama. Ini penting supaya masyarakat hidup rukun dan damai,” pinta H Azhari dalam acara yang dihadiri Ketua Tim Penyuluh Agama Islam Kanwil Kemenag Aceh, Dra Evi Sri Rahayu MSos (yang juga Ketua IPARI) dan Ketua Tim Hisab Rukyat Kanwil Kemenag Aceh, Dr H Firdaus Saputra SHI MA. Hadir juga para Katim Bidang Urais seperti H Khairuddin MA.
Selain itu, katanya, harus membangun kerja sama untuk memecahkan masalah sosial, dengan berdiskusi tanpa mengedepankan egoisme.
“Jadi kasihlah air dan jangan kasih api sebagai bentuk resolusi konflik,” tutupnya.
Di sisi lagi, Kakanwil sampaikan bimtek SPARK sekolah penyuluh dan penghulu aktor resolusi konflik, gesekan konflik internal terjadi karena perbedaan pemahaman terhadap hal hal furu'iyah. Tetapi ada juga yang dianggap sesat yg perlu dijauhi, itu yang berhak memutuskan sesat atau tidak yaitu MUI. Penghulu dan penyuluh harus menjaga keharmonisan sesuai dengan ayat Alquran dan hadis. Cara mengantisipasi konflik dengan memberi pemahaman dari sudut pandang para pakar, saling menghargai atau tasammuh, membangun kerjasama berdiskusi, dan mengurangi ketegangan atau mendinginkan suasana.
Aceh merupakan daerah pilihan terselenggaranya acaran uji modul ini. Demikian laporan Kasubdit Bina Paham Keagamaan Dirjen Bimas Islam Dedi Slamet Riyadi, di hotel yang hampir dekat dengan pesisir Ulee Lheue itu.[]