Idi (Irfan) -- Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Timur H.Salamina,S.Ag,MA didampingi Kasi PD Pontren, Abi T.Zulfikar S.Sos.I,M.Pd, dan Kasi Penmad Saiful Bahri S.Pd,M.Pd hari ini Rabu 01 Maret 2023 menghadiri peringatan haul wafatnya almarhum Tgk Ahmad Dewi yang ke-32 di Komplek Pesantren BTM yang terletak di Dusun bantayan, Gampong Keude Kecamatan Darul aman.
Selain Kakan Kemenag, tampak juga Pimpinan Dayah Darussa’adah Tgk H.Saiful Anwar, Pimpinan Dayah Nurul Hidayah Tgk,Marzuki, DPRA Aceh Tgk Muhamad Yunus, Muspika dan Muspida, Kapolsek dan Danramil Darul Aman dan mantan Walikota Langsa Usman Abdullah serta para tamu undangan lainnya.
Dalam sambutan dan arahannya H.Salamina meyampaikan dirinya selaku Kakankemenag Aceh Timur meyampaikan dayah adalah lembaga pendidikan tertua di Republik Indonesia. Bahkan tentara itu lahir dari rahimnya pondok pesantren. Ketika Agresi Belanda ke dua meyerang indonesia pada saat itu Sukarno meminta fatwa ulama-ulama dayah untuk membangkitkan roh jihad melawan Belanda.
Lebih lanjut H.Salamina meyampaikan maka dari itu dayah merupakan benteng terakhir pertahanan. Tidak hanya akidah bahkan bangsa dan negara dan dayah merupakan lembaga pendidikan yang teruji mendidik anak-anak untuk membentuk karakter yang berahklaqul karimah,berbudi pekerti yang baik serta menjadi manusia yang taat.
Oleh karena itu marilah sama- sama kita sama-sama mendukung serta meyerahkan anak kita kepondok pesantren untuk mengenal amal makruf nahi mungkar,mengenal Allah SWT dan mengenal hukum-hukum Allah
Selain itu dari pantauan Admin Website Kemenag Aceh Timur, seperti tahun- tahun sebelumnya, ribuan umat muslim membludak memenuhi lokasi dayah BTM. Para tamu undangan terlihat antusias mengunjungi dayah peninggalan pelopor Syariat Islam di bumi Serambi Mekah, walaupun hujan gerimis yang melanda wilayah Darul Aman dari malam hingga siang tak meyurutkan semangat masyarakat Aceh, khususnya masyarakat Darul Aman.
Peringatan Haul ke-32 Tgk.H.Ahmad Dewi kali ini menghadirkan penceramah Tgk Muhammad Yusuf A.Wahab atau yang lebih dikenal oleh Masyarakat Aceh Tu sop.
Untuk diketahui Tu Sop merupakan Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kab Bireuen Provinsi Aceh.
Selain pimpinan Dayah, di kalangan masyarakat dan santri Kota Bireuen, beliau juga dikenal sebagai bapak pengusaha karena sukses menjalankan usaha seperti Radio Yadara dan Air Minum dalam Kemasan dengan merek Ie Yadara
Berbicara tentang Alm Tgk H.Ahmanullah atau yang lebih akrab dikenal oleh rakyat Aceh khususnya dan rakyat Indonesia umumnya yaitu Teungku Ahmad Dewi di Idi Cut, begini kilasan nya.
Sejarah beliau sering terulis namanya dengan Teungku al Haqir al Faqir Ahmad Dewi. Dari jalur ayahnya Teungku Muhammad Husen mengalir darah perjuangan dari ulama dan pejuang Aceh Teungku Chik Hasballah Meunasah Kumbang yang merupakan murid dari Teungku Chik Pantee Geulima, ulama yang hidup segenerasi dengan Teungku Chik Di Tiro.
Sebenarnya nama Teungku Ahmad Dewi adalah Ahmadullah, namun karena kemiripan dengan wajah ibunya masyarakat memanggil beliau dengan panggilan Teungku Ahmad Dewi.
Kehadiran Teungku Ahmad Dewi dalam iklim pemberlakuan syariat Islam di Aceh memiliki arti penting, mengingat beliau yang mengawali pembentukan ‘team khusus’ yang disebut dengan Barisan Teuntra Merah disingkat BTM, terdiri dari para santrinya yang bertugas melakukan amar makruf nahi mungkar.
Teungku Ahmad Dewi juga seorang alim yang mematangkan keilmuannya di berbagai dayah dan belajar dari para ulama kharismatik Aceh. Sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau tumbuh dan melanjutkan tradisi keilmuan dari kakeknya Abu Meunasah Kumbang yang terkenal dengan keberanian, keahlian ceramah, karena Abu Meunasah Kumbang adalah seorang ulama besar pada masanya.
Pada tahun 1964 dalam usia 13 tahun, Teungku Ahmad Dewi mulai belajar secara sungguh-sungguh kepada salah seorang ulama Aceh Abu Muhammad Thaib Matang Geutho Idi Cut, yang merupakan guru dari banyak ulama Aceh.
Abu Muhammad Thaib Matang Geutho adalah ulama yang hidup segenerasi dengan Syekh Hanafiyah Abbas Teungku Abi, Abu Meunasah Kumbang, Abu Kruengkalee dan ulama lainnya. Di antara murid-murid Abu Muhammad Thaib Matang Geutho yang menjadi ulama adalah Abu Muhammad Seuriget, Abu Ibrahim Bardan Panton dan Teungku Ahmad Dewi. Ketika belajar di Dayah Darutthaibah Matang Geutho, beliau banyak dididik oleh pamannya yang bernama Teungku Muhammad Shaleh yang juga sebagai guru senior di Dayah Matang Geutho.
Setelah beberapa tahun di Dayah Matang Geutho Teungku Ahmad Dewi kemudian melanjutkan pengajiannya ke Dayah Teungku Sofyan Matang Kuli. Dalam beberapa tahun berikutnya beliau melanjutkan ke Dayah Abu Abdul Wahab Idi Cut. Pada rentang waktu itu, Teungku Ahmad Dewi berdakwah di pasar-pasar melalui metode ‘meukat ubat’. Perlahan namun pasti bakat oratornya makin kuat dan memikat para pendengar. Sehingga pada tahun 1973, beliau berjumpa dengan Abu Abdul Aziz Samalanga yang secara berkebetulan berkunjung ke Dayah muridnya Teungku Sofyan Matang Kuli dan beliau kemudian menjadi salah satu murid Abon Samalanga.
Semenjak tahun 1973, Teungku Ahmad Dewi muda menetap di Dayah Mudi Mesra Samalanga. Selama lebih kurang empat tahun beliau tekun belajar di Dayah Mudi Mesra Samalanga sehingga mengantarkannya menjadi seorang ulama yang mendalam ilmunya.
Beliau disebutkan segenerasi dengan Abuya Nasir Waly, Abu Mudi Samalanga, Waled Nuruzzahri Samalanga dan ulama lainnya, adapun guru mereka adalah Abu Panton dan Abu Lueng Angen. Pada tahun 1977 Teungku Ahmad Dewi telah masyhur sebagai penceramah.[y]