[Kota Langsa | Erlisa] “Tarik… ayooo… tarik…,” teriak salah seorang wanita paruh baya salah seorang suporter MI Gampong Meutia Langsa. Tampak sekumpulan ibu-ibu menarik-narik seutas tali kapal berukuran 20 meter dengan semangatnya. Dengan memakai seragam oranye yang dibasahi oleh keringat mengucur dengan deras serta gerimis yang juga tak mereda tak menjadi alasan untuk tak mengikuti perlombaan tarik tambang HUTPGRI ke-70.
Jatuh bangun MI Gampong Meutia Langsa mempertahankan posisinya. Bahkan ada salah seorang guru tersungkur, terjungkal, tergelincir oleh licinnya medan. Tapi apa daya meskipun sudah bertahan akhirnya MI Gampong Meutia Langsa tak masuk babak final.
Salah seorang guru wanita MI Gampong Meutia Langsa berujar, “Saya sangat senang bisa ikut dan ambil bagian dalam perlombaan meskipun kami tidak menang tidak masalah. Yang terpenting kami sudah berjuang untuk bertahan dan exist disetiap perlombaan.
”Tarik tambang sendiri memiliki filosofi persatuan sebagai modal utama untuk mengalahkan musuh. Permainan ini juga mengajarkan bagaimana membentuk tim yang kompak dalam menyusun strategi yang tepat dapat memenangkan pertarungan. Diperkirakan sekitar ribuan guru yang hadir dalam acara peringatan HUTPGRI tersebut.
Hal ini menunjukan bahwasannya para guru dilingkungan PGRI Kota Langsa cukup solid, dan dapat bergandeng tangan tanpa membedakan ras atau kelas, baik itu sebagai guru SD/MI, SMP/MTS, maupun SMA/MA. Mereka merasa senasib, seperjuangan dan bersandar pada PGRI sebagai ajang persatuan dan silahturahmi diantara guru.
Bahkan untuk guru SMP/MTS dan SMA/MA. Khairul Husna, S.Pd.I M.Pd yang kebetulan menjadi peserta lomba tarik tambang sekaligus kamad MI Gampong Meutia Langsa mengikuti jalannya acara perlombaan HUTPGRI ke-70 ketika ditemui mengatakan, “Bahwa dirinya sangat terpukau dengan kebersamaannya para guru diwilayah Kota Langsa,” ungkapnya. [d/y]