[Karang Baru | Muhammad Sofyan] “Mari kita menyimak sebuah Hadits Rasulullah yang berisi do’a agar kita terhindari delapan perkara yang bisa melemahkan kepribadian kita,” ujar Helmi Ismail Fahmi, S.Ag, Staf Penyelenggaraan Syari’ah mengawali Tausiyahnya ba’da Zhuhur pada Senin (6/7) di Mushalla Al-Ikhwan Kankemenag Tamiang.
Asbabul Khuruj hadits tersebut adalah pada suatu pagi Rasulullah SAW berjalan menuju masjid dan dijumpainya seorang pemuda yang sedang shalat sunat. Kemudian ia duduk dan berdo’a, lalu Rasul menghampirinya dan melihatnya berwajah kusut.
Rasulullah kemudian bertanya kepada pemuda tersebut 'mengapa wajahnya terlihat kusut dan tidak bergairah'. Kemudian pemuda tersebut menceritakan bahwa 'ia sedang ditimpa kesusahan disebabkan hutang yang hampir jatuh tempao tapi hingga saat itu ia tidak memiliki uang untuk melunasinya'.
Kemudian Rasul berkata “Maukah engkau saya ajarkan sebuah do’a? yang apabila kamu baca setiap hari pagi dan petang, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari masalah yang kamu hadapi?”
Dengan senang hati pemuda tersebut menjawab, “Tentu ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku do’a tersebut,” dan Rasul pun mengajarinya sebuah do’a.
Adapun do’a dimaksud terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud as, “Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazani, wa a’udzubika minal ‘ajzi wal kasali, wa a’udzubika minal bukhli wal jubni, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijal,” (Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan kedukaan, dan aku berlindung dari sifat lemah dan dari malas, dan aku berlindung kepadamu dari sifat bakhil/kikir dan sifat penakut/pengecut, dan aku berlindung kepadamu dari pengaruh berhutang dan dari penguasaan orang lain).
Dalam do’a ini kita berlindung kepada Allah dua yang pertama adalah dari kesusahan dan kedukaan, apakah itu susah karena fikiran, susah hati dan lain sebagainya. Kalaupun Allah menguji kita dengan kesusahan tentu ada cara dalam menghadapinya demikian juga bila kita ditimpa kedukaan niscaya Allah akan memberikan jalan keluar kepada kita untuk menghadapinya.
Salah satunya adalah dengan berdo’a “Allahumma ajirni fi musibati (Ya Allah berilah kepada musibahku ini) wakhrujli khaira minha (dan gantilah dengan yang lebih baik).”
Selanjutnya kita berlindung kepada Allah dari sifat lemah baik lemah fikiran maupun lemah energi. Kalau orang jauh dari sifat lemah akan selalu energik, ada kreatifitas, ada inovasi. Dan dari malas, kalau orang malas apapun tak tahu apa yang harus dibuat, orang malas itu selalu banyak angan-angan tapi berbuat tidak juga. Angan-angan tanpa ikhtiar akan berbahaya.
Seorang ASN yang telah diberikan fasilitas berupa gaji dan tunjangan oleh pemerintah hendaklah berbuat maksimal sesuai kesejahteraan yang kita terima.
Selajutnya kita berlindung dari sifat bakhil/kikir, dalam islam harta yang kita miliki itu hakikatnya adalah milik Allah maka da perintah mengeluarkan zakat dan itu merupakan salahsatu bentuk bahwa harta yang kita miliki itu tidak seratus persen menjadi milik kita, ada di situ hak-hak yang harus kita keluarkan misalnya zakat infaq, sadaqah dan lain sebagainya.
Kalau seorang manusia sibuk mengumpulkan harta dengan niat untuk bisa menguasainya justru harta itulah yang akan menguasainya semakin banyak hartanya maka tingkat kekhawatirannya juga semakin tinggi. Bisa jadi harta itu akan melalikan kita dari mengingat Allah.
Adapun sifat penakut/pengecut itu adalah berani menghadapi kenyataan hidup, salah satu faktor penyebab kegagalan seseorang itu karena sifat penakut/pengecut ini, tidak berani mengambil resiko.
Selanjutnya Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk menghindari hutang karena hutang itu akan menyebabkan kita susah dimalam hari dan hina disiang hari. Orang yang berhutang itu jalannya semakin lama semakin sempit.
Dan yang terakhir berlindung dari pengusaan orang lain terhadap diri kita sehingga kita tidak memiliki kemerdekaan jiwa. Maksudnya dalam hidup ini jangan banyak berhutang budi sama orang karena kalau sudah banyak berhutang budi pada orang lain maka akan hilanglah kemerdekaan jiwa kita. Banyak menerima hadia, banyak menerimak bantuan orang lain. Kendatipun dalam Islam saling bebuat baik itu dianjurkan tapi jika membuat kita terkekang dengan hutang budi itu tidak baik. [y]